Merasa Malu

1419 Kata
Yu sudah masuk ke dalam apartemen. Dia langsung merebahkan tubuh di atas ranjang. Sampai detik ini, Yu masih tidak bisa berpikir dengan baik. Bahkan ia mengira apa yang baru saja terjadi hanyalah sebuah mimpi atau imajinasi semata. Siapa yang akan langsung percaya dengan situasi yang Yu alami? Bahkan otaknya sendiri tidak bisa mempercayai itu. Wanita yang merupakan asisten Prof Takashi mendatanginya. Padahal mereka tidak saling kenal. Bicara saja tidak pernah. Mungkin hanya pernah berkontak mata, itu pun bisa dihitung pakai jari dan dalam kondisi yang tidak sengaja. Tapi siapa sangka wanita itu datang dan berbicara dengan dirinya. Tanpa mengenalkan diri seperti kondisi normal pada umumnya. Lucunya wanita itu mengenal dan tahu nama lengkap Yu. Kegilaan demi kegilaan terjadi. Kalau saja kedua temannya tahu, pasti mereka langsung heboh dan menyebarkan rumor untuk mempermalukan wanita tersebut. Xioba dan Yohan seperti menaruh rasa kesal yang sangat mendalam karena tindakan yang wanita itu lakukan. Sebenarnya wanita itu tidak salah, tapi kedua temannya seakan tidak sadar diri dengan asal mula permasalahan terjadi. Yu menatap langit-langit kamar. Kemudian ia tertawa dengan lepas. "Menikah," lirihnya. Hal itu sangat tidak mungkin. Kenalan saja belum, tapi sudah langsung membahas soal pernikahan. "Benar-benar gila," lanjut Yu lagi. Sepertinya harus ada momen yang tidak terlupakan selama ia tinggal di negara ini. Biasanya hidup yang Yu alami begitu-begitu saja. Tapi hari ini sangat berbeda. Dia sampai tidak percaya sama sekali. "Arabella." Nama wanita tersebut keluar dari mulut Yu. Siapa yang tidak kenal dengan asisten Prof Takashi, hampir semua mahasiswa mengenalnya. Yu bangkit dari ranjang. Ia langsung mengambil tab di dalam tas. Entah apa yang tengah ia lakukan. Yu begitu fokus melihat tap dengan kening berkerut. Disisi lain, Arabella sangat frustasi. Dia membenturkan kepalanya berulang-ulang kali di stir mobil. Arabella harap, ia bisa melupakan kejadian memalukan yang baru saja terjadi. Seumur hidup, ia tidak pernah merendahkan diri sendiri. Lebih baik dikatakan gila dibanding menjijikan. Tapi Arabella mendapatkan dua kata itu sekaligus. Harga dirinya mau diletakkan dimana? Arabella sudah seperti orang dewasa m***m yang sedang menggoda anak kecil. Memalukan sekali. "Bodoh...bodoh...bodoh," lirih Arabella. Lama kelamaan dahinya memerah karena terbentur berulang kali dengan stir mobil. Arabella tidak tahu bagaimana mendekati pria, apalagi waktu yang diberikan Papanya tinggal beberapa hari lagi. Pikiran Arabella menjadi tidak kondusif. Siapapun tolong lempar kepala Yu dengan benda keras agar lupa ingatan. Arabella sudah sangat merasa malu. Rasanya ia ingin segera kabur sehingga wajahnya masih bisa terselamatkan. Arabella mengambil ponsel di dalam tas. Tangannya mengarah pada aplikasi kamera. Tampilan wajah Arabella di layar ponsel tersebut. Arabella masih belum percaya jika dirinya baru saja ditolak sehingga ia melihat wajahnya sendiri. Arabella tidak jelek. Bahkan ia memiliki dua lesung pipi. Bukannya dia juga manis? Arabella sampai tersenyum sendiri agar melihat betapa manis dan cantik dirinya sendiri. Selain wajah yang tidak jelek. Postur tubuhnya juga ideal. Walaupun Arabella menggunakan pakaian tertutup, tapi postur tubuh di balik pakaiannya itu sangat bagus dan ideal. Arabella cukup rajin menjaga postur tubuhnya. Tidak hanya postur tubuh, Arabella juga memiliki pekerjaan yang bagus. Otaknya juga berfungsi dengan baik. Banyak yang menyebutnya pintar dan sebagainya. Bahkan pria terang-terangan kagum dengan dirinya. Arabella memiliki uang tabungan, dia juga ada mobil dan tinggal di apartemen bagus. Jadi kenapa dirinya ditolak? Apa yang kurang sehingga dirinya mendapat penolakan? Arabella tidak terima. Arabella hanya bisa merutuki diri sendiri. Dia tidak ingin bertemu dengan Yu lagi. Sudah cukup ia mendapatkan penghinaan yang luar biasa walau tindakan Arabella memang sangat gila. *** Arabella memijat pangkal hidung. Tiga dokumen yang sudah ia cetak ada di tangannya. Tiga dokumen tersebut berisi informasi tentang mahasiswa yang akan menjadi anak bimbingan dari Prof Takashi. Salah satu mahasiswa yang terpilih adalah Yu. Arabella sampai berpikir untuk membuang Yu dan menggantikan dengan mahasiswa lain saking kesalnya. Tapi hal itu tidak bisa ia lakukan. Bagaimanapun, Arabella harus bisa membedakan urusan pribadi dan urusan pekerjaan. Yu memang masuk ke dalam mahasiswa yang diinginkan oleh Prof Takashi. Mau tidak mau, Arabella tetap harus melihat dan memegang dokumen yang berisi identitas Yu. Tapi rasa kesal Arabella tidak kunjung hilang. Dia masih kesal dan marah. Baru kali ini Arabella ditolak. Biasanya ia yang sering menolak Pria. "Sadarlah, Ara!" Arabella bermonolog sendiri sambil menampar pelan kedua pipinya. "Masih banyak pria lain yang lebih baik diluar sana," lanjutnya lagi. Arabella tengah menyemangati diri sendiri. Bahkan ia melatih diri agar bersikap acuh ketika bertemu dengan Yu. Arabella tidak ingin bertemu. Bahkan ia berusaha untuk menghindar. Tapi keadaan membuat Arabella dan Yu tidak bisa menghindar sama sekali. Prof Takashi menyuruh Arabella untuk menemui tiga mahasiswa yang sudah terpilih. Ada beberapa hal yang harus Arabella katakan sebelum ketiga mahasiswa itu menjadi anak bimbingan Prof Takashi. Termasuk ketersediaan mahasiswa sendiri untuk dibimbing oleh seorang dosen yang terkenal menakutkan dan sangat teliti. Arabella berdiri di depan cermin. Ekspresi wajah apa yang harus ditampilkan saat bertemu dengan Yu nanti. Apa seperti ini? Arabella tersenyum secara paksa, malah terlihat lebih menakutkan. Apa seperti ini? Arabella tertawa. Tapi terlihat lebih menakutkan. Pantas saja saat ia tersenyum orang-orang malah tidak berani menatapnya. Sejak lahir wajahnya memang judes begini. Jadi mau bagaimana lagi. Sepertinya Arabella akan berekspresi seperti biasanya saja. Kemudian menjalankan agenda seperti orang yang tidak mengenal Yu. Arabella tidak tahu apa yang akan Yu lakukan ketika bertemu dengan dirinya nanti. Satu hal yang Arabella takutkan yaitu Yu melaporkan dirinya kepada pihak kampus atas tindakan memalukan yang ia lakukan. Apalagi kalau Prof Takashi sampai tahu. Bisa-bisa Arabella langsung dipulangkan. Arabella sadar jika dirinya sudah salah dengan langsung mengajak Yu untuk menikah. Hal ini juga bisa masuk ke dalam kategori menggoda mahasiswa jika mahasiswanya sendiri merasa tidak nyaman dengan obrolan diluar masalah pendidikan. Apa Arabella minta maaf saja sebelum semua semakin kacau? Tapi bagaimana cara untuk meminta maaf? Tiba-tiba Arabella menjadi orang bodoh yang tidak tahu apa-apa. Sudahlah, lebih baik ia segera tidur. Kalau tidak, bisa-bisa kulit menjadi cepat rusak. Keesokan harinya, Arabella berangkat ke kampus dengan lebih percaya diri. Bahkan ia berlatih didepan cermin untuk menghadapi Yu. Dia tidak bisa menghindar, jadi mau tidak mau harus dihadapi. Arabella sudah mengirim email dua hari sebelumnya untuk memberitahu kepada ketiga mahasiswa untuk mendatangi ruangannya. Sebentar lagi waktu yang sudah dijanjikan datang. Belum pukul sepuluh pagi, tapi ketiga mahasiswa sudah ada di depan ruang nya. Sungguh mahasiswa yang sangat disiplin. Pada pukul sepuluh, Arabella membuka pintu ruangan dan menyuruh ketiga mahasiswa itu untuk masuk. Tapi entah kenapa, Arabella dan Yu sempat berkontak mata walau hanya sebentar. Jantung Arabella berdetak dengan cepat, sebenarnya ia sangat malu mengingat tindakannya kemarin. Pasti Yu tengah menahan tawa karena menganggapnya orang gila dan menjijikan. "Silahkan duduk," ujar Arabella. "Terima kasih, Prof." Arabella menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan secara perlahan. "Untuk penelitian akhir, kalian bertiga akan dibimbing oleh Prof Takashi." Ketiga mahasiswa tersebut tampak terkejut. "Kenapa?" tanya Arabella. Sejak tadi, Arabella hanya bisa melihat dua mahasiswa saja. Dia menghindari kontak mata dengan Yu. "Ti-tidak ada apa-apa, Prof." "Bimbingan dengan Prof Takashi memang sulit. Tapi yakinlah, penelitian yang kalian lakukan agar sangat berguna. Bahkan jika kalian melanjutkan pendidikan atau masuk ke dunia kerja." Arabella sudah merasakan sendiri. Saat tugas akhir untuk pendidikan magisternya, Arabella dibimbing oleh Prof Takashi. Maka jangan heran Arabella menjadi asisten Prof Takashi. "Tapi kalau kalian menolak, tidak masalah." Arabella tidak memaksa. Dia akan mencari mahasiswa lain yang punya semangat juang. "Prof..." panggil Yu. Arabella sedikit terkejut mendengar suaranya. Maklum saja karena Arabella sudah mengajak pria itu untuk menikah. Kegilaan yang ia lakukan cukup besar. Arabella berdehem. Dia berusaha bersikap biasa saja seperti tidak terjadi apa-apa. "Iya, ada apa?" tanyanya dengan wajah serius. Bahkan mereka berkontak mata cukup lama. "Saya ingin dibimbing oleh Prof Takashi," ucap Yu. "Baguslah." Lain dimulut dan lain dihati, itulah yang terjadi. Arabella sedikit berharap jika Yu menolak menjadi anak bimbingan Prof Takashi sehingga mereka tidak akan sering bertemu. "Bagaimana dengan kalian berdua?" Arabella buru-buru mengalihkan tatapan kedua mahasiswa yang lain. Ternyata kedua mahasiswa menerima. Arabella tidak perlu mencari mahasiswa lain. Arabella mulai menjelaskan beberapa hal sebelum ketiga mahasiswa itu memasuki tingkat empat yang tinggal satu bulan lagi. "Baiklah, saya akan menghubungi lebih lanjut jika ada informasi dari Prof Takashi," ucap Arabella karena tidak ada lagi yang mereka bicarakan. "Baik, Prof." Arabella kembali ke meja kerjanya. Sedangkan mahasiswa-mahasiswa yang ada di ruangannya mulai keluar. Tapi siapa sangka, Yu berdiri sambil menatap Arabella. "Ada apa?" tanya Arabella dengan detak jantung menggila. Apalagi hanya mereka berdua di ruangan ini. Meskipun begitu, Arabella tidak memperlihatkan kecemasannya. Wajahnya tampak serius. "Kedepannya kita akan sering bertemu," ujar Yu. Arabella ingin tertawa palsu tapi tidak bisa. "Ya, begitulah." "Bagaimana saya harus menghadapi Anda, Prof?" Arabella mengepalkan tangan. Apa pria di depannya tidak bisa melupakan kejadian kemarin?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN