Kamania terbangun saat kepalanya terdorong membentur dinding. Pandangan yang tadinya sedikit memburam karena efek bangun tidur, langsung jelas detik itu juga kala netranya menangkap keberadaan sosok bertubuh tinggi berdiri menjulang di depan. Terlintas ingatan tentang Kamania yang bersembunyi dari pria itu, tapi tidak bisa dikatakan bersembunyi lagi karena jelas sekarang ia sudah ketahuan. “Bukankah sudah kuberitahu, kalau tidak ada gunanya bermain petak umpet?” Kamania tersadar dari keterpakuan. Kepalanya masih berusaha memproses, meski refleks tubuhnya begitu cepat. Lagipula, apa yang terjadi? Kenapa sekarang terlihat gelap, padahal sebelumnya masih sore? “Berdiri atau aku yang menarikmu secara paksa.” Langsung detik itu juga Kamania menurut. Ia sempat melihat, namun bergegas kembali