“Nona?” Kamania tersentak kaget. Langsung disembunyikannya kedua tangan yang tadi diam-diam ingin membantu merangkai bunga ke dalam vas. Ia salah tingkah saat menoleh ke arah Megan, kemudian menyunggingkan senyum malu. “Pasti bosan, kan? Kalau begitu mendengarkan saya bercerita saja, tentang pemilik mansion ini.” Bulu mata bergerak pelan seiring dengan Kamania berkedip. Dikira dengan fokusnya Megan pada pekerjaan, ia akan abai dengan keberadaan Kamania. Namun ternyata salah, Megan hebat bisa membagi dua konsentrasinya sekaligus. “Tuan lahir dengan sendok emas di mulutnya. Tidak ada yang tidak tuan dapatkan. Kasih sayang, kemewahan, ketampanan bahkan seluruh perhatian. Karena semuanya nyaris sempurna, tuan tumbuh jadi sosok yang sesuai harapan. Lembut, penyayang, sopan terhadap orang tu