Televisi tengah menyala, namun fokus Kamania sama sekali tak berada di sana. Sambil memeluk notebooknya, Kamania terpikirkan tentang ayah. Hidungnya panas, antara ingin menangis namun berusaha ditahan. Betapa Kamania merindukan ayah, ingin tahu bagaimana keadaan ayah, tapi Kamania tidak bisa apa-apa. Mansion ini terlalu besar, hampir dua minggu bebas, Kamania masih belum hapal arah menuju pintu keluar. Ditunjang memiliki halaman yang luas, Kamania ragu dengan kemampuan melarikan dirinya. Satu-satunya hal yang bisa Kamania lakukan sekarang adalah berdoa. Semoga ayah tanpa dirinya jadi lebih baik, tidak lagi mabuk-mabukan dan mencoba bangkit dari rasa sakit yang telah ibu torehkan. Tidak apa perlahan ayah memilih melupakan Kamania, asal hidupnya semakin tertata dan teratur. Di balik hilangn