Bayi Andra segera saja menjadi pusat perhatian di tempat kerja ibunya. Beruntung Andra tidak rewel. Karyawati bahkan berebut menggendong. Termasuk ibu bos dan si bungsu. Si bungsu yang sudah empat tahun, senang sekali ada Andra. Serasa mendapat mainan baru. Sepulang pre school, langsung minta ke ruko bundanya demi bisa bermain dengan Andra yang sekarang sudah bisa duduk. Walau tentu saja beberapa kali akan jatuh. Si bungsu bahkan sampai minta dedek bayi sendiri pada ayah bundanya, karena Andra tidak bisa dia bawa pulang ke rumah. Membuat Ilyas dan istrinya tentu saja tersenyum masam. Dikira boneka, begitu kepingin, langsung ke toko langsung dapat deh.
Adhia, yang memang pintar dan rajin, bahkan sampai dibiayai oleh ibu bos untuk ambil kursus ketrampilan. Sesuai minat Adhia. Kuliner. Waktunya menyesuaikan sebisa Adhia. Bahkan dibiayai kuliah di UT, Universitas Terbuka, pilihan itu karena waktu belajar yang sangat fleksibel.
Hari berlalu, minggu berlalu, bulan berlalu, tanpa terasa. Tarendra beberapa kali ditelpon sang mama. Mamanya sudah sangat curiga, karena anak lelakinya jadi jarang pulang. Bahkan tidak pernah minta uang bulanan lagi. Rupanya Adhia pintar mengatur keuangan. Sehingga Tarendra bahkan tidak perlu menengadahkan tangannya lagi, meminta dari orang tuanya. Bahkan Adhia bisa membeli perhiasaan, untuk investasi sekolah Andra kelak, katanya.
Kehidupan rumah tangga mereka berlangsung adem ayem, yaah sesekali wajarlah jika ada pertengkaran. Tapi, mereka berhasil mengatasi halangan yang ada, karena ada Andra.
Tapi ternyata ketenangan itu berakhir, saat di hari Jumat, ketika para karyawan pria termasuk bos Ilyas sedang menjalankan ibadah sholat Jumat, ruko milik sang istri tercinta jadi heboh karena kedatangan tamu yang marah-marah.
Ny. Soemitro, mamanya Tarendra, mendadak datang ke tempat itu. Padahal di situ sedang sibuk persiapan makan siang untuk anak yatim dan dhuafa, program sedekah yang sudah dijalankan sejak lama oleh ibu bos.
Adhia yang hari itu bertanggung jawab untuk proses pengemasan makanan, mendadak dipanggil salah satu karyawan karena ada yang ingin bertemu. Tapi dia sama sekali tidak menyangka bahwa dia akan kembali bertemu dengan ibu mertuanya.
Bahkan kali ini, Bu Soemitro tidak segan mengeluarkan semua kosa kata yang sebenarnya tidak pantas diucapkan oleh seorang perempuan terhormat. Dan sudah berumur seperti dirinya.
Adhia diam saja, dia telah terbiasa dihina, dicaci maki, dihujat dan dikatai, bahkan mungkin lebih parah dari ini. Beruntung Andra sedang bermain bersama putra bungsu si bos, jadi dia tidak perlu melihat ibunya dicaci maki oleh neneknya.
Bu Soemitro semakin kesal karena Adhia sama sekali tidak merespon. Padahal dia berharap, Adhia akan melawannya sehingga dia punya alasan pada Tarendra. Alasan untuk menghakimi Adhia. Kesal, semakin kesal, hingga akhirnya saat tangan nyonya kaya yang sombong itu terangkat sepertinya akan menampar Adhia, tiba-tiba saja ada sebuah tangan menghalangi disertai suara menghardik.
"Hentikan! Di sini tempat usaha saya. Dan saya tidak mengijinkan adanya kekerasan dalam bentuk apapun. Adhia karyawan saya. Jika ibu punya masalah dengan Adhia yang menyangkut pekerjaan, ibu bisa bertemu saya langsung atau melalui team leader. Tapi, saya tidak mentolerir kekerasan!"
Bu Soemitro memindai perempuan di depannya. Perempuan cantik, bahkan sangat cantik, memakai gamis dan hijab. Kulit wajahnya yang putih tampak memerah, seperti menahan marah.
"Kamu siapa? Jangan ikut campur urusan saya!"
"Saya pemilik tempat ini. Dan sudah sepantasnya ibu bersikap sopan karena ibu tamu di sini. Ibu tahu, segala ucapan dan tindakan ibu tadi itu sangat tidak pantas!"
Perempuan cantik itu berdiri memunggungi Adhia, seperti sengaja melindungi Adhia.
"Saya Nyonya Soemitro. Saya mamanya Tarendra. Dan perempuan tidak punya malu ini..." jarinya menunjuk ke arah Adhia, "Seharusnya tahu diri. Dia tidak pantas untuk anak saya."
"Kenapa tidak pantas?" Tanya perempuan super cantik itu, nadanya sangat ingin tahu alasan ucapan nyonya kaya nan sombong itu.
"Karena dia anak yatim piatu. Siapa bapak ibunya saja dia tidak tahu. Dia orang miskin. Tidak pantas menjadi salah satu anggota keluarga kami yang terhormat. Pasti dia hanya menginginkan harta kekayaan kami saja!" Bu Soemitro membentak.
"Dan menurut ibu, itu semua membuat Adhia tidak pantas menjadi istri Tarendra?"
"Tentu saja! Calon istri Tarendra harus berasal dari keluarga yang juga kaya seperti kami. Jelas! Terhormat! Berpendidikan tinggi! Semua itu tidak ada padanya!"
Adhia yang meradang, selama ini hanya menyimpan uneg-unegnya saja, berkata ketus, "Setiap anak manusia tidak bisa memilih untuk dilahirkan dari rahim siapa, siapa ayahnya, siapa orang tuanya. Begitu pula saya. Saya memang tidak tahu siapa ayah ibu kandung saya. Tapi kami - anak-anak panti - juga manusia, sama-sama ciptaan-Nya. Yang bisa kami lakukan hanyalah menjalani hidup sebaik mungkin. Tidak ada bedanya antara kami, anak buangan, dengan kalian, orang-orang kaya!"
Yang ada di situ, semua terdiam, tertegun mendengar omongan Adhia, yang diucapkan dengan nada bergetar.
"Tetap ada bedanya, Adhia." Ibu bos bersuara. Adhia kaget, mengira ibu bos akan membelanya, ternyata...
"Bedanya..., kamu dan teman-teman senasibmu yang ada di panti asuhan, bisa jadi jauh lebih terhormat dibanding orang-orang yang selalu menganggap remeh kalian. Yang selalu menganggap hina kalian. Seolah kalian bukan manusia." Bu Soemitro yang semula menyangka bahwa perempuan cantik di depannya berpihak padanya, wajahnya menjadi masam karena merasa telak tersindir.
"Dan anda, Nyonya Soemitro yang merasa terhormat..." tangan ibu bos itu membuat tanda kutip saat berkata terhormat, "Bagi saya, Adhia jauh lebih terhormat dibanding Anda. Walau
Adhia hanyalan tamatan SMK, tapi Adhia jauh lebih tahu sopan santun dibanding Anda. Dia juga rajin sholat. Bagi saya, sebagai bos-nya, itu jauh lebih baik!" Nada suara itu sangat tajam, membuat lawan bicaranya merasa terhina.
"Jangan macam-macam kamu sama saya! Saya bisa bikin kamu dan usaha kamu ini berantakan! Saya akan hancurkan kamu kalau kamu masih mengijinkan dia bekerja di sini!!"
"Anda mengancam saya, Nyonya?" Ibu bos tersenyum tapi tampak menyeramkan. Bibirnya tersungging senyum yang menyeringai... entahlah, malah membuat yang melihat tampak takut, termasuk Bu Soemitro.
"Anda pasti pernah dengar pepatah , diatas langit masih ada langit bukan?" Bos cantik itu melangkah mendekati Bu Soemitro dengan anggun. Bu Soemitro bahkan sampai mundur beberapa langkah karena entah kenapa suasana mendadak menjadi menyeramkan untuknya.
Perempuan ayu itu mengeluarkan ponselnya dan berbicara dengan seseorang di depan Bu Soemitro.
"Haloo... Assalamualaikum... Tina, maaf saya lupa, kontrak kerjasama kita dengan Soemitro Tbk, hanya tinggal menunggu tanda tangan saya saja kan ya? Tolong diberi disposisi seperti ini: Ibu minta direview dengan teliti. Atau bisa dibatalkan saja! Terima kasih, Tina." Tanpa mau repot menunggu jawaban dari lawan bicara di seberang sana, perempuan cantik itu segera mengakhiri pembicaraan. Dia kemudian melihat ke arah Bu Soemitro dengan pandangan kasihan.
"Untuk ibu ketahui, perusahaan papa saya merupakan salah satu pemakai utama jasa transportasi perusahaan suami ibu. Hanya saja, kali ini saya yang menggantikan kedudukan papa saya, karena papa sudah tidak mau lagi cawe-cawe (ikut campur). Saya tidak akan menyetujui lagi perpanjangan kontrak kerjasama dengan Soemitro Tbk. Ingat bu, di atas langit masih ada langit. Ibu memang berasal dari keluarga kaya, tapi masih banyak orang lain di luaran sana yang jauh lebih kaya dibanding ibu. Jadi jangan sombong akan harta kekayaan yang ibu miliki, gak akan dibawa mati ini!"
Bu Soemitro terdiam, tak mampu berkata-kata. Dia hanya tak menyangka perempuan cantik di depannya ini ternyata sangat berani, dan sangat kaya. Malu, Bu Soemitro beringsut hendak pulang.
"Aah ya... sebelum anda pulang Nyonya, saya ingatkan sekali lagi, jangan pernah berani mengancam kami lagi! Jika Anda mengancam Adhia di sini, itu artinya Anda juga mengancam saya. Jangan pernah berani menampakkan wajah anda di depan saya! Silakan anda pulang. Saya anggap keperluan anda dengan Adhia sudah beres karena anda hanya menghina Adhia saja!"
Hai... Love jangan lupa ya... biar tahu kalau Scars update