Hati yang hancur

661 Kata
Dua Minggu sudah, selepas pulang dari rumah ibu, mereka saling tak tegur sapa, beberapa kali Alex mencoba mengajak bicara tapi tapi tidak pernah Naura gubris. Rumah besar ini terasa semakin hampa, dulu Alex selalu jengah saat Naura bermanja dan ingin agar istrinya diam, tapi setelah istrinya benar-benar diam, semua terasa dingin dan sepi. " Naura... Alex mengetuk pintu kamarnya untuk kesekian kalinya. " Bangun, ini sudah siang," lanjut Alex. masih tidak ada jawaban, ia pun mencoba mengetuk sekali lagi. Alex mulai panik, ia mengambil kunci cadangan dan mendapati Naura sudah terbaring lemah dan mukanya pucat. " kamu kenapa?" Alex panik seraya memegang kening istrinya dan ternyata istrinya itu demam. Ia mencoba melakukan pertolongan pertama dengan mengompresnya. Namun demam Naura tak kunjung turun dan Alex pun berinisiatif membawa istrinya itu ke rumah sakit. Sesampai di sana Naura langsung ditangani Gilang yang kebetulan sedang bertugas. Meski seperti itu Alex dan Gilang sama sekali tak tegur sapa. " Bisa sakit juga?" tanya Gilang seraya mengecek. "Bisalah ! aku juga kan manusia !" " Oh,, Manusia kirain malaikat, baik hati sekali soalnya. Suster yang memasang infus terlihat senyum-senyum tak tahu bila mereka adalah kakak dan adik ipar, sementara Alex sedang mengurus administrasi. " Tetap paksakan makan, ya." Naura menggangguk lemas, setelah Alex kembali Gilang pun berlalu. Alex menemaninya, ia berusaha sabar ketika ia menolak makanan yang ia suapi, bahkan disaat sakit pun ia sama sekali tak bermanja. " Aku mau makan sendiri saja" ucap Naura " Biar aku siapin." Naura menggeleng kepalanya pelan, sambil mengambil piring yang dipegang Alex , kemudian menyantapnya dengan lahap, setelah itu Naura kembali tidur. Ketika menjelang malam, suhu panas ditubuhnya sudah turun dan normal, wajahnya pun tidak terlalu pucat. Alex masih setia menemani dan menanyakan apa yang Naura butuhkan. Ponsel Alex berdering panggilan dari Alya, Alex segera mengangkatnya karena dikawatirkan ada urusan pekerjaan yang penting. "Hallo..." "Mas.. tolong aku!" ucap Alya lirih terdengar menangis. " Kamu kenapa?" Naura seketika menoleh, karena ia tau itu panggilan dari Alya. " Tolong aku, mas" " Kamu dimana?" Dengan bibir gemetar Alya memberi tahu posisinya. " Aku kesana sekarang " Alex langsung menutup telponnya. " Aku harus pergi, ucapnya pada Naura dengan ragu. " mau kemana?" "Hanya sebentar !" " Tidak ! aku tidak mengizinkan kamu pergi" ucap Naura karena ia yakin yang nelpon tadi adalah Alya. " Hanya sebentar! aku akan kembali! ucap Alex sambil berlalu dan membawa kunci mobilnya. " Kamu jangan pergi" Naura beranjak, padahal posisinya masih begitu lemas. Dengan paksa dia mencabut selang infus dari tangannya dan berlari keluar, berjalan beberapa saat ada Gilang di sana yang baru saja lepas tugas. " Kamu kemana?" tanya Gilang khawatir. " Suamiku pergi" " Tapi kamu tidak bisa pergi, kamu sedang sakit, Naura! " " Kali ini aku harus pergi, aku harus lihat dengan mata kepala ku sendiri." " kenapa, ada apa?" Naura tak menjawab dan memaksakan pergi. Gilang mengikuti langkahnya dan masih tetap mencoba menahan. " Masuk kedalam mobil ku!" Kali ini Naura menurut, Sepanjang jalan ia hanya menunduk melihat ponsel. Gilang merasa khawatir dan tidak tega melihat kakak iparnya itu. Melalui nomor ponsel Alex , akhirnya keberadaannya diketahui, tapi perjalanan kesana sedikit terganggu. " Are you oke?" tanya Gilang cemas seraya memacu kendaraannya. Hingga tak lama setelah mereka tiba di suatu tempat dan memarkirkan mobil, Naura keluar dari mobil dan berjalan terhuyung-huyung. Gilang membantunya, kemudian ia menemukan suaminya dengan Alya, darah terlihat mengalir dari pelipis dan bibirnya. "Naura cantik, dia baik dan menyayangimu tulus, juga mungkin membuatmu senang. Aku ingin kamu bahagia, tapi jangan melebihi bahagia saat bersama ku." ucap Alya pada Alex. Alex terlihat hanya diam. " Aku tahu aku egois, tapi melepaskan mu begitu menyiksa sakit rasanya, aku sangat menderita selama tiga tahun ini!" Alya menangis sesenggukan. Naura pun hancur mendengarnya, ia tak mendekat dan menghentikan langkahnya, dan yang membuat semakin runtuh ketika saat Alex mendekati Alya dan memeluknya. Naura hanya mampu mematung, hingga Gilang membalikkan badannya, tak membiarkan kakak iparnya itu melihat semua pemandangan yang membuatnya begitu sakit.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN