Musuh bebuyutan jadi sahabat

1144 Kata
Setelah selesai mandi, Minur turun ke bawah dan melihat satu buket besar mawar merah di atas meja ruang tamu. Hatinya senang dan berbunga-bunga. Ia tidak menyangka Gasendra akan membelikan bunga mawar begitu banyak. Minur segera mengambilnya dan mendekapnya. Pipinya merona merah dan merasa terharu. Momocha menuruni tangga dengan cepat mendekati Minur. Bulu-bulunya telah bersih dan berkilau setelah dimandikan. Sekarang angsa itu sudah memakai kalung dengan bel kecil bekas kucingnya yang sudah meninggal beberapa tahun yang lalu "Lihat Momocha! Gasendra memberikan aku bunga mawar yang sangat banyak." Minur mendekatkan buket bunga itu kepada angsanya dan Momocha langsung menjulurkan lehernya, mengendus aroma mawar. "Ngok...ngooook." Momocha mematuk kelopak bunga mawar dan memakannya membuat Minur terkejut. "Momocha jangan! Ini bukan makanan. Yah bunga mawarnya jd rusak." Minur menangis dengan keras. "Momocha jahat,"teriak Minur. Tangisan keras Minur membuat Reni, ibunya segera berlari ke ruang tamu dengan wajah panik, lalu ia memfoto Minur yang sedang menangis sambil memeluk bunganya. "Ada apa ini?" "Momocha memakan bunga mawarku,"kata Minur sambil terisak-isak menangis. "Dikira Ibu ada apa? Itu kan hanya bunga mawar. Kamu ngga usah cengeng begitu." Wajah Minur nampak cemberut. "Ini bukan hanya sekedar mawar biasa, tapi ini mawar pemberian ayang Gasendra yang imut dan lucu. Kyaaa." Minur menggesek-gesekkan kepalanya pada buket bunga mawar dan rona merah langsung menghiasi pipinya yang putih mulus. "Ya sudah sekarang makan siang dulu. Ayo Momocha, Ibu sudah menyiapkan makanan untukmu." Sebelum Momocha pergi mengikuti ibu Minur, sejenak ia menatap Minur yang dibalas tatapan kesal oleh Minur. "Ayo Momocha!"kata Reni. "Ngooook." Reni mengirimkan foto Minur ke grup presdir yang kece dan tampan dengan tulisan Minur sangat terharu sampai menangis menerima pemberian bunga dari Gasendra. Padahal kenyataannya Minur menangis, karena bunganya dimakan Momocha. Reni tertawa cekikikan. Ia sudah berjanji akan mengirimkan foto-foto Minur kepada Matthew untuk sebagian dijadikan foto-foto pra nikah. Tak lama kemudian Ekawira datang untuk makan siang bersama. Mata coklat Minur berkilauan melihat begitu banyak makanan. Tanpa menunggu lagi, ia langsung makan dalam porsi besar seperti biasanya. "Jika kamu sudah menikah nanti, jangan banyak makan seperti itu, itu akan sangat memalukan. Mana ada anak gadis makan sebanyak kamu." "Kamu bisa makan sebanyak yang kamu inginkan sebelum kamu menikah,"kata Reni dengan senyuman lebarnya. Minur mengangguk sedih. Ia makan sambil mengeluarkan air mata membayangkan kalau ia akan makan sedikit, jika tinggal di rumah Gasendra nanti. Setelah selesai makan Minur membantu ibunya membereskan meja makan. *** Momocha yang sudah selesai makan muncul dari dapur, lalu mendekati Minur, tapi Minur masih menatap kesal angsanya. Momocha menggesek-gesekkan kepalanya di kaki Minur. "Minur yang cantik, maafkan aku." Minur berlalu pergi ke kamarnya, diikuti Momocha dari belakang. "Tungguuuu!" Minur masuk ke dalam kamar dan melarang Momocha masuk. Ia masih marah pada angsanya. Momocha menatap sedih pintu kamar Minur. "Ngok...ngok...ngok." Momocha berjalan mondar-mandir dengan gelisah. "Maafkan aku Neng Minur. Aku salah dan menyesal sudah makan bunga mawar itu. Buka pintunya!" Minur masih belum mau membukakan pintunya. "Maafkan aku Neng Minur! Aku mohoooooon." Minur membuka pintunya. "Kamu berisik sekali Momocha. Masuklah!" Momocha dengan hati senang masuk ke kamar Minur. Ketika angsa itu masuk, Minur mencium aroma yang berbeda pada tubuh angsanya. Ia mencium aroma martabak keju. Bagi Minur, ini sangat aneh, karena Momocha memiliki lebih dari satu aroma makanan di tubuhnya seperti Tuan muda Gasendra yang memiliki banyak aroma. Minur menyunggingkan senyuman lebar. "Momocha, kamu telah menjadi cita rasa nona muda angsa." "Ngooook." "Kamu jangan memakan bungaku lagi ya." "Iya." "Bagus." Minur duduk di kasur dan Momocha terbang ke atas kasur duduk di samping Minur. Ia mengambil kartu ucapan yang terselip di antara bunga mawar yang belum sempat ia baca. Di kartu tertulis : Untuk Honey Buns, Tak ada wanita lain yang aku sayangi, hanya kamulah wanita yang mengisi hatiku. Hati Minur langsung berbunga-bunga, mendekap kartu ucapan itu, lalu di cium-cium. Minur tersenyum dan tertawa. Ia memeluk Momocha dengan erat. "Ngok." "Ayang Gasendra mencintaiku, Momocha. Lihat ini!" "Ngok." Suara deringan ponsel mengejutkannya. Minur semakin senang Gasendra melakukan video call dengannya. "Hai Sweetie pie, bagaimana kabarmu?" "Aku baik-baik saja. Dan kamu?" "Aku juga baik." Minur tersipu malu dan hal itu tidak luput dari perhatian Gasendra. "Ada apa?" "Terima kasih bunga mawarnya." "Jadi kamu sudah menerima bunganya?" "Iya." Minur langsung memperlihatkan bunga mawarnya." "Kamu suka?" "Iya. Terima kasih juga untuk kartu ucapannya." "Sama-sama." Tiba-tiba Minur sudah mengerucutkan mulutnya dan menciumi layar ponselnya berkali-kali mencoba mencium Gasendra dari jarak jauh membuat pria itu terkejut dan menjauhkan layar ponselnya. "Sudah cukup Minur!" Minur menghentikan ciumannya. "Aku hanya ingin memberitahumu kalau Minggu depan adalah hari ulang tahunku dan aku mengundangmu datang. Nanti kamu bisa menginap di rumahku dan…." "Aku akan datang,"serunya senang. "Baiklah. Aku akan menyuruh sopir keluargaku untuk menjemputmu." "Terima kasih sudah mengundangku." "Ngok." Minur mengarahkan kamera ponselnya kepada Momocha. "Say hello!" "Ngoook." Momocha pun mematuk layar ponsel Minur mencoba mencium Gasendra. "Hentikan Momocha! Nanti ponselku rusak." "Ngok." "Jadi sekarang musuh bebuyutan, jadi sahabat ya." Gasendra tertawa dan merasa geli melihat keakraban yang diperlihatkan oleh mereka. "Kami sudah jadi sahabat sekarang." "Aku masih banyak pekerjaan. Kalau begitu sampai jumpa Minggu depan." "Sampai jumpa!" Minur langsung menari bersama Momocha, karena senang akan segera bertemu dengan Gasendra lagi. *** Minur menghentikan menari bersama Momocha, karena ia teringat kalau ia belum menyiapkan hadiah ulang tahun untuk Gasendra. Wajahnya tiba-tiba berubah jadi muram. "Ngok." "Menurutmu hadiah ulang tahunnya apa?" Momocha hanya memperhatikan Minur dan hanya duduk dengan tenang di sampingnya. Dua jam kemudian, Minur masih belum menemukan jawabannya, akhirnya ia keluar kamar dengan terburu-buru dan turun ke bawah diikuti oleh Momocha dari belakang. Minur menemukan orang tuanya di ruang keluarga sedang menonton TV. "Ayah, Ibu. Ini sangat gawat." "Memangnya ada apa?"tanya ayahnya. "Ini benar-benar sangat gawat." "Iya ada apa?"tanya ibunya. "Jangan membuat kami cemas." "Minggu depan aku diundang ke pesta ulang tahun Gasendra." "Itu bagus. Terus apanya yang gawat?"tanya ayahnya lagi. "Kalian tidak mengerti. Aku belum punya hadiah untuknya. Itu yang gawat. Kira-kira Minur harus memberi hadiah apa?" Orang tua Minur jadi ikut berpikir. "Jam tangan,"kata ayahnya. "Sepertinya Gasendra sudah punya banyak jam tangan mahal." "Dasi,"kata ibunya. "Sudah punya banyak." "Pakaian, sepatu, kacamata hitam, Tas, ikat pinggang,"kata ayahnya lagi. "Aku yakin Gasendra sudah punya semua itu dan mungkin saja banyak teman-temannya yang memberikan semua itu kepadanya. Aku ingin sesuatu yang spesial dan unik untuk ayang Gasendra ahay." Wajah Minur merona. "Ya, kan Momocha." "Ngok." "Bagaimana kalau mobil saja?"kata ibunya. "Ibuuu,"seru Ekawira tidak percaya. Wajah Minur menjadi cerah dan senyum-senyum sendiri membayangkan ia memberikannya sebuah mobil yang bergambar foto-fotonya bersama Gasendra di sekeliling badan mobil. Pikiran Minur sampai melayang ke tingkat tujuh, lalu ia tertawa cekikikan. "Aku setuju,"kata Minur. "Kalian berdua ini. Memangnya kita orang kaya dan punya banyak uang." "Jual saja salah satu sawah punya ayah." "Apa?"seru ayahnya terkejut. "Ayah tidak akan menjualnya." Ekawira memasang wajah cemberut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN