Ekawira tersenyum lebar. Minur selesai makan setelah menghabiskan piring keenam. Ekawira sangat takjub dengan kemampuan lambung putrinya itu. Setelah selesai makan, Minur dan ayahnya pergi ke ladang dengan berjalan kaki sambil bernyanyi.
Tidak terasa Minur dan ayahnya telah sampai di peternakan berkunjung ke kandang angsa. Ia kemudian melihat angsa yang selalu mengejar-ngejarnya akan dipotong untuk pesanan.
"Ngook...ngook...ngook."
Minur mengartikannya sebagai permintaan tolong.
"Tolong jangan potong aku. Dagingku tidak enak, karena aku sudah tua,"kata si Angsa.
Minur yang merasa kasihan melarang angsa itu dipotong dan akhirnya angsa itu dilepaskan.
"Minur, kenapa kamu melarang Angsa itu dipotong?"
"Angsa itu tidak mau dipotong masih ingin menikmati hidup di dunia. Angsa itu bilang dagingnya tidak enak sudah tua."
"Memangnya kamu mengerti bahasa angsa?"
"Tidak. Aku hanya menebak-nebak saja apa yang dikatakannya."
Ekawira kembali menggelengkan kepalanya.
"Potong angsa yang lain saja,"perintah ayahnya kepada salah satu pegawainya.
Angsa yang sudah diselamatkan Minur langsung mendekatinya, Minur siap-siap untuk lari, tapi angsa itu berhenti di depannya.
"Ngook...ngook...ngook."
Minur mengartikannya sebagai terima kasih sudah menyelamatkannya.
"Sama-sama angsa."
Angsa yang sudah menjadi musuh bebuyutan Minur sejak lama menggosok-gosokkan kepalanya di kaki Minur sebagai tanda terima kasihnya, karena Minur sudah menyelamatkan nyawanya dan akhirnya mereka berteman. Angsa itu tidak mengejar-ngejar Minur lagi, bahkan angsa itu menemani Minur menggarap tanah dan menanam benih tomat. Tidak lupa ia berselfie dengan angsa yang diberi nama Momocha, lalu mengrimkannya kepada Gasendra. Minur dan angsa itu sudah menjadi teman baik dan meminta mereka untuk tidak memotongnya.
Minur mencoba mencium aroma tubuh Momocha dan aroma bebek panggang membuat perutnya berbunyi. Momocha menjadi ketakutan melihat tatapan mata Minur yang ingin memakannya. Momocha langsung lari.
"Momocha, jangan lari! Aku tidak akan memakanmu,"teriak Minur.
***
Gasendra yang sedang memarkirkan mobilnya di basement gedung tiba-tiba di serang oleh pria yang tidak dikenal.
"Berikan kunci itu!"
"Aku tidak akan memberikannya padamu."
Pria yang menggunakan penutup kepala langsung memukulnya. Gasendra berusaha untuk menangkis segala serangannya dan berhasil membuat pria itu jatuh berkali-kali. Luna, sekretarisnya yang melihat Gasendra diserang langsung berteriak minta tolong. Pria itu langsung lari ketakutan.
Gasendra mengelap sudut bibirnya yang berdarah sambil memandang kepergian pria itu.
"Apa Anda tidak apa-apa?"
"Aku tidak apa-apa."
Seperti tidak terjadi apa-apa, ia masuk ke dalam lift diikuti oleh sekretarisnya.
***
Matthew masuk ke ruangan Gasendra dengan langkah terburu-buru setelah mendengar Gasendra diserang. Pintu ruangan menjeblak terbuka membuat Gasendra terkejut melihat kedatangan ayahnya dengan wajah panik dan cemas.
"Apa kamu terluka?"
"Tidak terluka parah. Hanya pukulan keras di wajah. Ayah tidak perlu mencemaskanku lagi. Aku baik-baik saja."
Matthew mendesah lega, lalu duduk di kursi.
"Seharusnya Ayah bilang kepadamu kemarin malam."
"Tentang apa?"
"The Black Wolf. Ayah yakin pria yang menyerangmu tadi salah satu anggota aliansi itu. Kamu harus hati-hati mulai sekarang."
"Sebenarnya kunci apa yang Ayah berikan padaku?"
"Kunci masa depanmu dengan Minur." Matthew tersenyum penuh rahasia
Gasendra menatap ayahnya dengan wajah bingung.
"Pada saat nantinya kamu akan tahu."
"Kalau kunci itu bisa membahayakan hidupku dan Minur aku tidak mau menyimpannya lagi. Aku kembalikan kepada Ayah."
"Itu tidak bisa. Kamu sendiri yang harus menyimpannya. Sebaiknya kita lupakan dulu masalah ini. Bagaimana hubunganmu dengan Minur?"
"Hubungan kami baik-baik saja. Dia baru saja mengirimkan fotonya dengan angsanya."
Gasendra memperlihatkan foto Minur kepada ayahnya.
"Minur cantik kan seperti boneka barbie."
"Hah. Cantik seperti boneka barbie dari mana? Lihat saja bentuk tubuhnya tidak seramping boneka barbie. Tubuhnya sangat semok, padat, dan berisi."
"Apapun bentuk tubuhnya yang penting kamu suka."
"Kalau Bella pantas disebut sebagai boneka barbie. Tubuhnya langsing dan ramping. Wajahnya juga cantik."
"Jangan bicarakan dia lagi! Ayah tidak suka. Sebaiknya kamu beritahu Minur untuk datang di pesta ulang tahunmu Minggu depan."
"Apa aku harus memberitahunya?"
"Tentu saja. Dia kan calon istrimu, jadi harus hadir supaya seluruh dunia tahu kamu sudah tidak lajang lagi."
"Aku nanti akan memberitahunya."
"Kalau begitu Ayah mau kembali ke ruangan Ayah. Jaga baik-baik kunci masa depanmu itu."
Matthew kemudian meninggalkan ruangan Gasendra bertepatan dengan adanya suara pesan masuk dari Cyprus, salah satu anggota grup PPWPG ( Pasukan Pembasmi w*************a Gasendra) seorang hacker handal yang disewa Matthew dan memberitahunya bahwa ia sudah berhasil mengambil alih akun i********: Bella dan menghapus foto-fotonya dengan Gasendra. Matthew tersenyum puas.
Sementara itu Gasendra mendapat pesan dari Minur.
Dari my Sweetie Pie :
Honey Buns yang baik, tampan, lucu, dan imut, belikan aku bunga mawar merah, putih, pink, ungu ya setiap hari, Kalau kamu tidak membelikannya, aku akan menyuruh Momocha mematuk kakimu.
Cium sayang dari Neng Minur. Muaaach.
Gasendra kembali mengingat saat ia dikejar-kejar angsa dan salah satu angsa itu ada yang berhasil mematuk kakinya dan rasanya sangat sakit. Tubuhnya bergidik. Ia membalas pesan Minur.
Kamu memgancamku ya. Ancamanmu tidak akan berhasil. Aku tidak mau membelikan bunga mawar untukmu.
Minur membalas pesannya dengan cepat dengan pesan suara. Minur menangis dengan keras. Tangisan pilu yang membuat hati Gasendra jadi merasa ikut sedih.
"Kamu jahat tidak mau membelikan bunga untukku. Momocha, ayang Gasendra pelit."
"Ngok...Ngok...Ngooook."
Pesan suara dari Minur pun berakhir. Gasendra mengetik balasan dengan cepat.
Cup...cup...cup. Jangan menangis lagi! Aku akan membelikan bunga mawar yang banyak untukmu.
Gasendra langsung menelepon toko bunga yang ada di Bandung, memesan bunga mawar yang diinginkan Minur. Ia kemudian terhenyak di kursinya, menatap ponselnya. Ia sama sekali tidak mengerti kenapa ia mau saja menuruti permintaan Minur.
***
Minur berseri-seri melihat pesan balasan dari Gasendra, lalu ia dan Momocha menari-menari di kebun tomat dan itu pemandangan yang sangat ganjil bagi orang-orang yang kebetulan sedang lewat.
Siang harinya Minur pulang ke rumah dengan wajah lelah, karena sudah mencangkul tanah yang membuat perutnya lapar. Sepanjang jalan perutnya selalu berbunyi. Momocha berjalan di sampingnya sambil melebarkan sayapnya. Minur memutuskan mengadopsi Momocha sebagai salah satu anak bulunya dan membawanya ke rumah.
Dipertengahan jalan Minur ketakutan bertemu dengan anjing liar yang akan menyerangnya. Minur mencium aroma kentang goreng yang menguar dari tubuh anjing itu. Ia tidak mengerti kenapa anjing liar itu memiliki aroma kentang goreng. Dengan sigap Momocha langsung berada digaris depan melindungi Minur. Momocha mematuk kepala anjing.
"Ngok...ngok...ngok."
Sayapnya dibentangkan lebar-lebar. Anjing itu lari ketakutan. Momocha memandang cemas Minur.
"Ngok...ngok...ngok."
"Terima kasih Momocha. Aku baik-baik saja."
"Ngok...ngok...ngok."
Minur mengartikannya kalau Momocha akan siap melindunginya dan akan mengabdi kepadanya selamanya. Minur sangat terharu, lalu memeluk Momocha. Sesampainya di rumah, Minur mencari ibunya. Ia menemukannya di dapur.
"Ibu, kenalkan ini Momocha dan mulai sekarang Momocha akan tinggal di sini menjadi bagian anggota keluarga ini."
"Halo Momocha! Selamat datang di rumah. Kamu anak yang manis."
Momocha membentangkan sayapnya lebar-lebar, merasa senang. "Ngok...ngok...ngok."
"Aku sudah memutuskan Momocha menjadi pagar ayu di pernikahanku nanti dan jangan lupa diberi seragam kebaya untuknya ya, Bu."
"Beres. Ibu akan menjahitkan seragam kebaya untuk Momocha."
Minur naik ke lantai atas dan Momocha mengikutinya dari belakang.
"Momocha, ayo mandi bersama!"
"Siap Bos!"