Minur merasa penasaran pria seperti apa yang Ayah jodohkan kepadanya. Semoga saja pria itu sesuai dengan seleranya. Orangtua Minur sangat senang melihat putrinya yang sudah siap. Ekawira, ayah Minur terkejut melihat putrinya masih memakai sandal tidur Doraemon.
"Minur, ganti sandalmu!"
"Maaf. Minur lupa."
Minur cepat-cepat menuju lemari sepatu yang berada di bawah tangga. Tidak lama tamu yang dinantikan datang juga. Orangtua Minur segera menyambut tamunya dan mempersilahkannya masuk. Ekawira kemudian memperkenalkan Minur kepada orangtua calon suaminya.
"Kenalkan ini putriku, Minerva Magnolia Nurlatiefa."
Minur merasa gugup diperhatikan oleh calon mertuanya seperti itu.
"Minerva kamu cantik," kata ibu calon suaminya.
"Panggil saja aku, Minur. Itu nama panggilanku."
"Minur."
"Oh ya dimana putra kalian?"tanya ayah Minur.
"Masih ada di mobil. Nanti dia juga ke sini."
Seorang pemuda tinggi muncul dari pintu masuk. Ekspresi wajahnya sangat serius. Tubuhnya atletis. Minur memperhatikan pria yang baru masuk itu. Ia merasa pernah bertemu dengannya. Minur mengaku pria itu tampan dan memiliki warna mata yang indah. Pria itu juga memperhatikan Minur dan ia juga merasa sudah bertemu dengannya.
"Kamu," serunya membuat semua orang terkejut.
"Apa kamu kenal aku?"
"Kamu wanita yang hampir aku tabrak waktu itu."
Minur memutar bola matanya. Terkejut.
"Tongkol balado,"seru Minur tak kalah kerasnya.
"Jadi kamu yang akan menjadi calon istriku selanjutnya?"
"Aku tidak tahu kalau calon suamiku adalah kamu."
Orangtua mereka terlihat kebingungan, lalu Minur menjelaskan semuanya kepada orangtuanya, begitu juga dengan pria itu menjelaskan kepada orangtuanya juga.
"Maaf atas kecerobohan putraku ini," kata ayahnya.
"Tidak apa-apa yang penting Minur baik-baik saja. Ini juga salah Minur jalannya tidak hati-hati,"jawab Ekawira. "Ini Gasendra, calon suamimu. Gasendra, Ini Minerva, putriku."
Minur dengan enggan bersalaman dengan pria yang sudah membuatnya celaka dan membuatnya memiliki kemampuan aneh. Minur menggunakan kekuatannya. Ia mencium aroma berondong jagung dari tubuh Gasendra. Minur merasa heran kenapa pria itu memiliki lebih dari satu aroma, sedangkan ayahnya selalu memiliki satu macam aroma, yaitu aroma roti bawang putih dan tidak pernah berubah begitu pun juga dengan ibunya yang selalu memiliki aroma kue keju.
Minur masih menatap pria muda itu dan membuat mulutnya ingin meneteskan air liur dan terasa lapar. Ini pertama kalinya Minur merasakan hal seperti ini kepada pria yang ditemuinya.
"Bagaimana apa kamu suka? Apa Gasendra membuatmu bernapsu?"bisik ayahnya.
"Mungkin saja."
Ekawira senang ada kemungkinan Minur menyukai calon suaminya kali ini.
"Bagaimana Minur, apa kamu mau menerima anak kami, Gasendra?"tanya Matthew, ayahnya Gasendra.
Ekawira meminta Izin untuk bicara dengan Minur, ia menarik tangan Minur dan membawanya ke ruang makan.
"Terima saja Minur. Kalau tidak Ayah akan memasukkanmu ke kandang bebek."
"Apa? Kandang bebek?"
" Jadi Ayah mengancamku?"
"Iya."
" Ancaman Ayah itu ngga level seharusnya Ayah mengancamku misalnya diusir dari rumah, karena selalu menolak keinginan untuk menikah."
"Mana tega Ayah ancam putri Ayah dengan mengusirnya dari rumah. Tadinya Ayah mau memasukanmu ke kandang macan, tapi ibumu melarangnya"
"Ayah juga tega mau memasukanku ke kandang macan."
"Benar juga. Maafkan Ayah. Tadinya Ayah mau mengikat macannya dulu supaya macannya tidak bisa menyerangmu. Sebaiknya kita kembali."
Minur nampak ragu. Ini pertama kalinya juga Minur ragu menolak pria yang dikenalkan kepadanya. Padahal sebelumnya ia tidak pernah ragu. Mata indah Gasendra yang berwarna hazel bagaikan lelehan caramel membuatnya terpesona.
"Meskipun kamu lebih tua 5 tahun dari Gasendra, kalian pasangan yang serasi."
Apaaaa? Gasendra lebih muda 5 tahun dariku yang benar saja. Itu artinya sekarang ia berumur 25 tahun dan aku, 30 tahun. Itu artinya calon suamiku adalah berondong. Pantas saja aroma tubuhnya tercium aroma berondong jagung. Haduh bagaimana ini? Aku kan ingin pria yang seumuran denganku atau lebih tua pikir Minur.
Gasendra memperhatikan Minur. Wanita itu bukan kriterianya untuk dijadikan istrinya. Apa lagi dia lebih tua darinya. Semua kriteria wanita yang diinginkannya, yaitu memiliki tubuh langsing, cantik, seksi, anggun, dan berkelas. Semuanya tidak ada pada Minur. Selain itu ia gadis kampung yang pergaulannya sangat terbatas.
"Aku rasa masalah perbedaan umur tidak jadi masalah," kata ibunya Gasendra.
Semua orang pun menyetujuinya.
"Aku menerimanya," jawab Minur dan hampir membuat ayahnya terkena serangan jantung, karena terlalu gembira. Ia tidak menyangka putrinya akan menerima perjodohan ini, bahkan Ekawira mengajak ibunya menari goyang bebek.
"Bagaimana denganmu, Gasendra?"tanya ayahnya.
Gasendra sekali lagi memandang Minur. Wanita yang jauh dari impiannya untuk dijadikan istrinya. Ia melihat Minur tersenyum lebar dan mengedip-ngedipkan matanya. Dasar wanita aneh pikir Gasendra. Ia juga memperhatikan jepit spongebob yang dipakainya. Ya ampun wanita itu kekanak-kanakan sekali pikirnya lagi. Ia butuh istri yang dewasa meskipun umur Minur lebih tua darinya.
Gasendra melihat orangtuanya menatapnya dengan tatapan memelas seperti tatapan bulat mata kucing di film puss in boots untuk menerima Minur sebagai calon istrinya. Orangtua Minur pun melakukan yang sama. Gasendra mengerang dalam hati. Terpaksa ia menerima Minur, si gadis kampung sebagai calon istrinya.
"Aku menerimanya."
"Horeeee," teriak orangtua Gasendra dan mereka pun melakukan yang sama menari goyang bebek seperti orangtua Minur dan mereka menari bersama-sama.
Gasendra melihat orangtuanya jadi bertindak aneh sejak bergaul dengan keluarga Minur. Ia memasang wajah dingin dan itu terlihat menggemaskan di mata Minur. Gadis itu tiba-tiba mencium aroma caramel gosong dari tubuh Gasendra. Apakah aroma yang Minur cium itu sesuai perubahan suasana hati Gasendra?pikir Minur, tapi yang jelas Gasendra memiliki cita rasa yang berbeda di tubuhnya dan itu membuat Minur menyukainya. Ia seperti melihat banyak makanan dalam tubuh tuan muda itu. Minur tertawa cekikikan dan itu tidak terlepas dari perhatian Gasendra.
"Apa yang kamu tertawakan?"tanya Gasendra ketus.
"Tidak ada."
Gasendra berdiri dan menarik Minur keluar. Di luar Minur bisa melihat mata hazel Gasendra yang benar-benar indah. Pria itu juga memiliki rahang wajah yang tinggi dan aristokrat. Bibir merahnya terlihat seksi di mata Minur. Ahay. Di dalam hati, Minur sudah jungkir balik kegirangan mendapatkan pria yang sesuai seleranya. Sepertinya ia harus berterima kasih kepada ayahnya, karena sudah memberikan Gasendra sebagai calon suaminya.
Minur mulai melancarkan aksinya bersikap genit kepada calon suaminya. Ia bergelayut manja di lengan Gasendra sambil mengedip-ngedipkan matanya. Tentu saja tindakan Minur itu langsung membuat Gasendra agak takut. Ia tidak habis pikir kenapa mau menikah dengan wanita seaneh Minur.
"Kenapa kamu mau menikah denganku?"tanya Gasendra.
"Karena kamu membuatku ingin meneteskan air liur setiap kali aku melihatmu. Kamu seperti makanan lezat yang siap aku santap." Minur tersenyum lebar.
"Hah,"seru Gasendra. Wajahnya menjadi pucat.
Apa yang tadi wanita itu bilang? Santapan lezat. Memang aku ini makanan. Jangan-jangan Minur adalah seorang kanibal hiiiiiiii pikir Gasendra dalam hati.
Gasendra mengerang sekeras mungkin dalam hati. Ia bodoh sudah menerima wanita aneh dalam hidupnya dan ia tidak mungkin membatalkan perjodohan ini lagi. Gasendra juga tidak bisa membayangkan akan seperti apa hari-harinya yang ia lalui nanti bersama Minur.
"Lalu kenapa kamu mau menerimaku sebagai calon istrimu?"
"Itu karena orangtuaku. Mereka ingin aku segera menikah dan memberikan cucu untuk mereka."
Wajah Minur langsung berubah semerah tomat membayangkan adegan ranjang bersama Tuan muda Gasendra yang lezat di atas ranjang untuk membuat anak. Wajahnya menjadi semakin memerah dan tersipu malu saat memandang Gasendra. Tubuhnya digoyang-goyangkan ke kiri dan ke kanan dengan wajah tersipu malu.