Bab 11. Kedatangan Decoleptor

1066 Kata
Soni yang tidak ingin memperkeruh suasana langsung menarik tangan Zaskia. Sementara itu Novi yang masih berada di ruang tamu. Terlihat diam memikirkan jawaban madunya itu. Ada rasa tidak percaya dalam hatinya saat mendengar jawaban Zaskia. Namun, tidak menutup kemungkinan Halimah memang memberikan fasilitas mewah pada menantu keduanya. Secara Soni adalah putra tunggal serta pewaris satu-satunya keluarga Dirgantara. Waktu berlalu begitu cepat. Tiga bulan sudah sejak kejadian siang itu. Hingga di suatu siang, Novi yang sedang melayani beberapa pembeli terkejut saat mendengar kegaduhan di halaman rumahnya. "Ada apa ini! Kenapa kalian berteriak di depan rumahku?" bentaknya kepada dua orang pria yang sudah berdiri di hadapannya. "Cepat kosongkan rumah ini sekarang juga! Atau aku akan menyeret kalian dengan paksa," ancam salah satu dari mereka. "Mengosongkan rumah ini? Apa mungkin Mas Soni yang menyuruh mereka kemari," batin Novi dengan wajah bingung. "Malah bengong, cepat kosongkan rumah ini sebelum kami benar-benar melakukan kekerasan!" bentak seorang pria berkulit hitam. "Tunggu. Kalian ini siapa, dan kenapa memintaku untuk pergi dari rumahku sendiri?" tanya Novi dengan wajah penasaran. "Suami anda sudah meminjam sejumlah uang kepada atasan kami dan dia menjadi rumah ini sebagai jaminannya. Dan karena Bapak Soni belum membayar angsuran selama 5 bulan maka kami berhak menyita rumah ini," jawab seorang pria bertubuh gempal. "Apa bukti jika suami saya sudah menjadikan rumah ini sebagai jaminan?" tanya Novi yang terlihat tidak percaya. Sambil memberikan sebuah map pada Novi. "Ini, silahkan anda baca sendiri surat perjanjian antara Bapak Soni dan atasan kami." Novi yang penasaran langsung membuka map itu. Dia terlihat membaca setiap kata yang ada di surat tersebut. Bahkan terlihat tanda tangan Soni ada di salah satu kertas itu. "Jadi Mas Soni melakukan pinjaman dan menjadikan rumah ini sebagai jaminan. Ya Allah, dia benar-benar sudah kelewatan," ucap Novi dengan lirih. "Bagaimana, apa sekarang anda sudah percaya?" tanya pria tersebut. "Begini saja, beri kami waktu beberapa hari untuk berkemas-kemas." Novi mencoba untuk bernegosiasi dengan dua pria itu. Beberapa saat kedua orang itu terlihat sedang berunding. Hingga akhirnya mereka pun setuju untuk memberi waktu pada wanita yang berdiri di hadapannya itu. Ada sedikit rasa lega dalam hati Novi mendengar jawaban kedua dekoleptor tersebut. "Ingat kami hanya memberikan waktu tiga hari, jika dalam waktu tiga hari rumah ini belum juga kosong maka kami akan melakukan tindakan tegas!" ancam mereka sebelum meninggalkan rumah itu. "Baik. Saya janji tiga hari rumah ini sudah dalam keadaan kosong," jawab Novi sambil mengangguk pelan. Setelah mendapat kepastian dari sang pemilik rumah. Kedua Depkolektor itu akhirnya pergi meninggalkan rumah itu. Sementara Novi yang terlihat kebingungan masih berdiri di depan rumahnya. "Sebaiknya aku ke rumah Mama sekarang," ucap Novi yang langsung berjalan ke arah kamarnya. Beberapa saat kemudian wanita itu sudah tiba di rumah Halimah dengan di temani sang putri. Halimah yang saat itu sedang membaca majalah di ruang tamu terlihat kaget saat melihat kedatangan menantu kesayangannya. Dengan segera dia meminta Novi untuk duduk di sofa. "Mbok! Cepat buatkan minum untuk Mbak Novi!" teriak Halimah pada Asisten rumah tangganya. "Novi, tumben kamu kesini tanpa memberi kabar. Ada apa, apa ada masalah yang gawat?" tanya Halimah dengan penuh penasaran. "Ada hal penting yang ingin aku katakan pada Mama, dan ini tentang Mas Soni." Novi memandang wajah sang mertua dengan serius. "Soni, apalagi yang dilakukannya sekarang?" tanya Halimah yang terlihat mulai kesal. "Lebih baik kita bicarakan ini berdua, aku tidak mau Helena mendengarnya," jawabnya sambil mengusap rambut sang putri. Tidak berapa lama seorang perempuan paruh baya menghampiri mereka dengan membawa sebuah nampan berisi minuman. Setelah meletakkan minuman di atas meja, perempuan yang biasa di panggil Mbok itu segera meninggalkan ruang tamu. Namun, dengan cepat Halimah mencegahnya. "Mbok, hentikan semua pekerjaanmu. Dan bawa Helena main di halaman belakang!" perintah Halimah yang di jawab anggukan oleh wanita tersebut. "Helena sayang, kamu main sama Mbok Ijah dulu ya di belakang. Oma mau bicara sebentar dengan Mama," ucap Halimah sambil tersenyum pada sang cucu. "Iya, Oma." Gadis kecil itu langsung berdiri dan menggandeng tangan Mbok Ijah. "Sekarang katakan apa yang sudah dilakukan Soni!" perintah Halimah saat sang cucu sudah tidak terlihat. Novi langsung menceritakan apa yang terjadi hari ini. Dia menjelaskan jika Soni sudah menjadikan rumah mereka sebagai jaminan pada salah satu bank swasta. Dan sekarang mereka akan menyita rumah itu karena Soni tidak membayar angsuran selama lima bulan. "Berapa hutang yang diajukannya?" tanya Halimah dengan penasaran. "130 juta rupiah." Novi menjawab dengan ragu. "Ya Allah, banyak sekali. Ini pasti karena p*****r itu!" ucap Halimah yang terlihat terkejut. "Sekarang apa yang harus aku lakukan. Ma?" tanya Novi sambil memegang tangan sang mertua. "Kamu tunggu disini! Biar Mama telepon Soni agar dia segera kemari," perintah Halimah yang langsung mengambil ponsel yang ada di atas meja. Berkali-kali ia berusaha menghubungi sang putra. Tetapi tidak ada jawaban dari Soni. Hingga akhirnya Halimah memutuskan mengirim sebuah pesan singkat pada pria tersebut. Haliamah Cepat kamu ke rumah bersama Zaskia, sekarang juga! "Kita tunggu mereka berdua datang," ucap Halimah. "Lebih baik sekarang kita makan siang dulu, sepertinya tadi Mbok Ijah sudah menyiapkan makan siang." *** "Assalamualaikum, Ma. Mama!" teriak Soni sambil masuk ke dalam rumah bersama Zaskia. Sambil melipat tangannya. "Darimana saja kalian, kenapa jam segini baru datang." "Maaf, Ma. Hari ini aku dan Zaskia pergi berbulan madu, jadi kami sedikit terlambat." Soni menjelaskan pada sang ibu. "Wah. Kamu pasti bahagia karena sudah berhasil menikmati uang putraku, dasar perempuan tidak tahu malu!" bentak Halimah yang langsung menampar pipi Zaskia. "Mama! Apa yang Mama lakukan." Soni terlihat tidak terima dengan perlakuan Halimah. "Novi! Cepat kemari," teriak Halimah sambil terus memandang wajah kedua orang yang ada di hadapannya secara bergantian. "Kamu. Apa yang sudah kamu katakan pada Mama sampai dia begitu marah kepada Zaskia?!" tanya Soni sambil berteriak. "Diam kamu Soni! Novi tidak salah dalam hal ini," jawab Halimah. "Novi, cepat katakan apa yang sudah terjadi siang ini." Mendengar perintah sang mertua. Ibu satu anak itu langsung menceritakan kejadian tadi siang. Wajah Soni yang awalnya terlihat marah mendadak berubah jadi gugup. "Kenapa kamu diam? Apa benar kamu sudah menggadaikan rumah yang diberikan Papa kepada Novi," ucap Halimah sambil mendekat ke arah sang putra. "Jadi selama ini dia menggadaikan rumah Novi untuk membahagiakanku. Ah bodo amat, yang terpenting semua kebutuhan hidup ku terpenuhi," batin Zaskia sambil melirik ke arah Novi. "Soni. Jawab pertanyaan Mama! Apa benar kamu sudah menggadaikan rumah itu?!" bentak Halimah yang mulai hilang kesabaran. "Iya. Ma," jawab Soni sambil menunduk. Sambil duduk di sofa. "Ya Allah, apa salahku sampai kau uji aku melalui putraku sendiri."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN