Bab 12. Talak Cerai

1090 Kata
Sambil menampar pipi Soni. "Dasar suami tidak tahu diri! Bisa-bisanya kamu mengorbankan kebahagiaan anak dan istrimu demi perempuan benalu ini." "Cukup. Ma! Dari dulu aku sudah bilang kalau aku tidak mencintainya, aku juga tidak ingin menikah dengan wanita ini. Tetapi Mama dan Papa justru memaksa ku untuk menikahinya!" jawab Soni sambil berteriak. "Bisa-bisanya kamu bicara seperti itu setelah kamu menemukan wanita ini. Mas, jika memang kamu tidak mencintaiku kenapa kamu begitu memanjakan aku?" tanya Novi sambil mulai meneteskan air matanya. "Asal kamu tahu, aku melakukan itu hanya karena tanggung jawab sebagai seorang suami bukan karena cinta." Soni menatap Novi dengan tajam. "Kamu dengar sendiri 'kan. Mas Soni tidak pernah mencintaimu, lalu sekarang percuma saja kamu mempertahankan rumah tanggamu," ucap Zaskia sambil berdiri dan melipat tangannya. "Tutup mulut kalian berdua!" bentak Halimah yang mulai kehilangan kesabarannya. "Dasar kamu perempuan tidak tahu malu, bisa-bisanya kamu menghina menantuku." "Apa sih yang bisa di banggakan dari perempuan kolot dan kampungan seperti dia? Bukannya aku jauh lebih segalanya daripada dia," jawab Zaskia sambil melirik ke arah Novi yang terlihat menangis. "Dia memang kolot dan kampungan, tapi dia bisa menjadi istri, Ibu dan Menantu yang sangat sempurna bagiku. Tidak seperti kamu, masak telur dan buat teh hangat saja tidak jelas rasanya." Halimah memandang Zaskia dengan rasa benci. "Cukup!" teriak Novi hingga membuat semua terdiam. "Kamu mencintainya 'kan. Mas? Baik. Mulai hari ini aku mundur, dan kamu bisa menjatuhkan talak cerai padaku." "Novi, apa yang kamu katakan! Mama tidak setuju kalau Soni harus bersatu dengan p*****r ini." Halimah langsung mendekati sang menantu. "Tidak apa-apa, Ma. Mungkin ini adalah jalan terbaik untuk kita semua," sahut Novi sambil berusaha tersenyum di hadapan Halimah. "Bagus deh, kalau kamu akhirnya memutuskan untuk mundur dari persaingan kita dalam memperebutkan Mas Soni," ucap Zaskia sambil memeluk tangan Soni. "Tunggu apa lagi, Mas. Cepat talak istri tuamu ini." "Zaskia, diam kamu!" bentak Halimah sambil melebarkan matanya. "Soni, Novi. Mama mohon kalian pikirkan baik-baik, jangan sampai karena keegoisan kalian Helena menjadi korban." Sambil berjalan ke arah Novi. "Kamu yakin mau bercerai denganku, apa kamu tidak takut hidupmu semakin menderita? Kamu tahu sendirikan kalau orang tuamu hanya penjual nasi rendahan." Novi yang tidak terima dengan penghinaan Soni. Langsung menampar laki-laki itu dengan keras. Tatapan tajam terlihat jelas dari kedua mata wanita itu saat melihat Soni. "Kamu boleh menghinaku bahkan memukulku sesuka hatimu, tapi jangan pernah menghina orang tua ku. Aku pastikan aku bisa hidup jauh lebih baik bersama Helena walaupun tanpa bantuan darimu," jelas Novi dengan mata berkaca-kaca. "Dasar perempuan sombong! Apa kamu lupa kalau selama ini Mas Soni yang sudah menanggung hidupmu? Bahkan sampai kamu menjadi Desainer itu tidak luput dari pemberian Mas Soni 'kan," ucap Zaskia sambil memperhatikan Novi dengan sinis. Halimah yang sudah tidak dapat menahan emosinya. Langsung menarik tangan Zaskia dan Soni ke arah pintu. Dengan keras ia langsung mendorong tubuh keduanya untuk keluar rumah. "Sekarang kalian pergi dari sini! Lebih baik aku kehilangan anak daripada aku harus kehilangan Novi dan Helena," ucap Halimah sambil bertolak pinggang. "Mama tidak bisa mengusirku begitu saja sebelum Mama memberikan warisan Papa yang menjadi hakku." Soni terlihat tidak terima dengan apa yang dilakukan oleh Halimah. "Warisan? Warisan apa yang kamu maksud! Apa kamu lupa perjanjian yang sudah kamu tanda tangani sebelum pernikahan itu?" tanya Halimah yang langsung membuang muka. Mendengar ucapan Halimah, Soni langsung terdiam. Ia tiba-tiba teringat kejadian 4 tahun lalu. Tepatnya beberapa bulan sebelum pernikahan Novi dan Soni. Soni yang saat itu sedang menikmati suasana malam di teras rumahnya. Tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan sang ayah. Pria berusia 50 tahun itu terlihat membawa sebuah amplop coklat di tangannya. Heru yang sangat hafal dengan sikap sang putra yang begitu keras kepala dan sering berubah pikiran. Memintanya untuk menandatangani sebuah surat perjanjian. Sebuah surat yang berbunyi jika Soni melakukan kekerasan, poligami bahkan menceraikan Novi secara otomatis dia akan dicoret dari daftar pewaris tunggal. Bahkan semua aset dan fasilitas yang dimilikinya selama ini akan ditarik oleh keluarga. Dengan begitu Soni tidak lagi menjadi pimpinan dari perusahaan Dirgantara. Dan bahkan ia akan diusir dari rumah yang ditempatinya selama ini. "Baik, kalau begitu aku akan pergi dari rumah ini. Aku akan buktikan jika aku pasti bisa sukses tanpa bantuan keluarga Dirgantara," ucap Soni sambil memberikan kunci mobil kepada Halimah. "Bagus, Mama bangga kamu bisa membuktikan seberapa mampu kamu membahagiakan perempuan ini tanpa ada nama Dirgantara." Halimah melirik ke arah Zaskia dengan sinis. "Mas, kenapa mobil itu kamu berikan pada Mama mu?" tanya Zaskia dengan penasaran. "Sudahlah, nanti kita beli mobil yang lain." Soni langsung meninggalkan rumah itu. "Selamat tinggal, nikmatilah penderitaanmu sebagai istri kedua!" teriak Halimah sambil melambaikan tangannya. *** "Sudahlah. Ma, biarkan mereka hidup bersama. Lagipula Mas Soni dan Zaskia juga saling mencintai," ucap Novi sambil berusaha menghentikan air matanya. "Tidak. Sampai kapanpun Mama akan membantumu mempertahankan rumah tangga kalian, Mama tidak mau orang tuamu berpikir jika Mama ini orang tua yang gagal." Halimah perlahan mengajak Novi duduk di sofa. Sejak pernikahannya dengan Soni beberapa tahun lalu. Novi memang jarang menemui kedua orang tuanya. Bahkan sekedar bercerita tentang masalah hidupnya pun tidak pernah. Semua permasalahan yang ada di hidup dan rumah tangganya hanya akan diceritakan kepada Halimah. Seorang wanita paruh baya yang begitu sangat menyayanginya sama seperti orang tuanya. Jadi tidak heran kenapa Novi sering mencari solusi dalam setiap masalah di rumah tangganya bersama Halimah. Gadis itu tidak henti-hentinya menangis meratapi permasalahan rumah tangganya saat ini. Ia tidak menyangka jika laki-laki yang selama ini dia banggakan di depan banyak orang justru tega mengatakan bahwa tidak pernah mencintainya. Sesaat ia terdiam hingga tiba-tiba Novi merasakan pelukan hangat sang mertua. "Kamu harus kuat, Mama yakin Soni akan kembali padamu." Halimah berusaha menghibur Novi. "Apa Mama yakin perempuan itu akan meninggalkan Mas Soni? Sementara selama ini apapun yang kita lakukan tidak pernah membuat mereka berpisah," ucap Novi sambil bersandar di pelukan Halimah. "Kamu tenang saja, perempuan itu pasti akan meninggalkan Soni. Secara suami sekarang tidak lebih dari seorang gelandangan dan pengangguran, siapa sih perempuan yang mau hidup dengan seorang pengangguran seperti Soni? Tidak ada 'kan." Halimah menatap mata Novi dengan dalam. "Mama benar, Mas Soni sekarang hanyalah seorang pengangguran miskin. Semoga saja itu bisa membuat Zaskia segera meninggalkannya," batin Novi sambil mengusap air matanya. Sejak saat itu Halimah meminta sang menantu untuk tinggal bersamanya. Dia juga menebus rumah yang sudah dijadikan jaminan oleh Soni. Dan langsung menyewakan rumah itu kepada orang lain. Ia berharap dengan begitu Soni tidak tahu jika hutang-hutangnya sudah dibayar lunas oleh sang ibu. Semua dilakukan Halimah agar Zaskia segera meninggalkan pria tampan itu. Karena mereka paham benar kehadiran Zaskia yang tiba-tiba hanya bertujuan untuk menguasai seluruh harta Dirgantara.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN