Bab 12 : Foto Bersama

1106 Kata
Hening, suasana tiba-tiba menjadi kikuk. Keduanya terpaku menikmati kebersamaan itu. “Bee, kamu tidak bernapas?” tanya Abi—memutar tubuh Bintang yang membeku—menelisik wajah wanita yang berada di atas pangkuannya. Terdengar helaan napas membuat senyum Abi merekah melihat tingkah Bintang yang dianggapnya lucu. “Bisa turun dari pangkuanku, Bee?” pinta Abi. Bintang segera berdiri, melayangkan protes tersinggung saat Abi memintanya turun dari pangkuan sang suami, seolah Bintang yang suka rela duduk di atas pangkuan lelaki itu. Padahal Abi sendiri yang menariknya tadi. “Bee jangan marah, aku hanya ingin minta dibuatkan wedang jahe,” lirih Abi saat Bintang berjalan meninggalkannya. “Tunggu, aku buatkan,” ketus Bintang. Selama di dapur Bintang menggerutu tak menentu. Bisa-bisanya minta dibuatkan wedang jahe segala Tarik-tarikan begitu, mana dipeluk juga. Bahaya, Mas Abi ini berbahaya, pikir Bintang. “Loh, Mas, kok ke sini?” tanya Bintang karena Abi menghampirinya ke dapur. “Mas mau minum di sini saja,” jawab Abi. Bintang meletakkan minuman untuk Abi tepat di atas meja makan di mana Abi duduk. Lalu berpamitan masuk ke dalam kamar. Bintang mempercepat langkahnya menjauh dari Abi saat lelaki itu banyak bertanya. Namun, sesaat setelah naik ke atas kasur dan baru saja akan terlelap. Bintang merasakan kehadiran Abi masuk ke dalam kamar dan naik ke atas kasur. Bintang merasa aman karena Kanina selalu menjadi pembatas antara dirinya dan Abi. “Bee, kamu sudah tidur?” tanya Abi pelan setelah mengecup puncak kepala Kanina. “Sudah,” jawab Bintang ketus seolah tidak ingin lagi diganggu. Senyum Abi merekah kali ini lebih lebar seraya menggeleng melihat tingkah istrinya. *** “Mas, kamu yang benar saja,” kata Bintang menggantung seraya memicingkan matanya pada Abi yang tersenyum memberi boneka beruang besar pada Bintang saat mereka berada di sebuah toko mainan. “Bunda, boneka kita sama,” ujar Kanina melompat girang karena jenis boneka mereka serupa sekalipun beda ukuran karena boneka kanina lebih kecil. Abi mengatakan dia membeli boneka itu untuk Bintang peluk di malam hari seperti Kanina. Bintang benar-benar tidak habis pikir dengan kalimat yang suaminya ucapkan. “Bunda kalau nggak bisa tidur peluk Ayah saja kayak Kanina,” kata Kanina mengguruti Bintang yang hanya mengangguk seraya meringis. Abi selalu berusaha menjadi suami yang baik, tapi justru terlihat absurd. Terkadang sikapnya seringkali membuat Bintang kesal bahkan salah tingkah. Bintang sampai lelah berpikir sekaku itukah lelaki yang kini menjadi suaminya? Akhir pekan ini, keluarga kecil itu memutuskan untuk berjalan-jalan ke mall. Mereka makan siang dan berbelanja bersama. Hari ini terasa hangat. Abi menatap Bintang, tidak ada yang menyangka kalau Bintang adalah ibu sambung karena perlakuannya pada Kanina terlihat tulus. “Mas, kamu yang bawa bonekanya nggak mau tahu,” gerutu Bintang menjadi pusat perhatian semua orang begitu keluar dari toko karena boneka berukuran besar. Abi tidak keberatan dan menyahut setuju. Sudah waktunya pulang, Kanina yang penuh semangat menarik tangan ayahnya menuju sebuah tempat foto box di sudut mall. "Ayah, Bunda, ayo kita foto di sana dulu," serunya riang, memohon pada Bintang untuk menuruti keinginannya. “Boleh, Bunda?” tanya Kanina dan Bintang tersenyum lembut seraya mengangguk. Abi pun mengangguk penuh semangat. "Ayo, Sayang. Kita foto bertiga!" katanya, sementara Bintang hanya bisa tertawa kecil melihat antusias suaminya. Mereka bertiga masuk ke dalam bilik kecil, suasananya menjadi hangat meski ruangnya sempit. Di dalam box, Kanina berdiri di tengah, lalu Bintang dan Abi berpose di sampingnya. Abi terlihat canggung, tapi berusaha keras untuk menyesuaikan diri. “Mas yang bener gayanya,” protes Bintang. Mereka mulai dengan beberapa pose sederhana, senyum lebar dan tangan yang diangkat ke udara. Kemudian, Kanina mengusulkan agar mereka mencium pipinya bersamaan. “Ayah, Bunda, cium pipi Kanina, ya, bareng-bareng gitu!” kata Kanina penuh semangat. Bintang dan Abi menurut, lalu secara bersamaan mendekatkan wajah mereka ke pipi Kanina. "Gantian Ayah, sekarang kita cium pipi Bunda, kayak tadi," seru gadis kecilnya merubah posisinya. “Kayaknya udah cukup, Sayang, fotonya,” balas Bintang. “Belum Bunda, satu lagi.” Bintang langsung merasa canggung. Matanya melirik ke Abi, berharap suaminya akan mengatakan sesuatu yang bisa menyelamatkan situasi. Namun, Abi dengan polosnya justru menatap Bintang seolah meminta persetujuan. "Eh ... Kanina, itu ...." Bintang tertawa gugup, mencoba menolak permintaan tak terduga gadis kecilnya, tapi Kanina malah memandang mereka dengan harapan. “Begini, Nak?” tanya Abi mendekatkan wajahnya ke arah Bintang. Mendengar itu Bintang menoleh ke arah Abi hingga hidung mereka saling bergesek. “Benar Ayah, tapi Bunda hadap depan saja, Bunda.” Abi mengulum senyum mendengar protes Kanina, sementara Bintang salah tingkah—perlahan memalingkan wajahnya ke arah depan. Mau tidak mau, Bintang hanya bisa menurut. Abi mendekatkan wajahnya ke pipi Bintang membuat Bintang menutup matanya rapat-rapat. Dalam momen itu, dia bisa merasakan bibir Abi perlahan menyentuh pipinya, sebuah sentuhan yang seharusnya sederhana, tapi entah kenapa terasa begitu canggung dan … menyenangkan. Tanpa sadar, tangannya meremas kuat jemarinya sendiri, seolah berusaha menghilangkan rasa malu yang tiba-tiba menghantam dirinya. Abi pun tidak lebih baik. Setelah mencium pipi Bintang, dia langsung menarik wajahnya dengan kikuk, seakan tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Kanina sudah sibuk dengan hasil yang langsung tercetak. Bersorak riang dan tertawa, momen itu semakin lucu adalah ekspresi ketiganya tadi justru tercetak natural. “Bundanya Kanina cantik sekali,” seru Kanina mengusap sayang pipi Bintang membandingkan wajah yang dia sentuh dengan yang ada di kertas foto. Di dalam foto box—Kanina yang ceria, Abi yang canggung, dan Bintang yang tampak setengah malu, setengah tertawa melihat hasil fotonya. “Ayah yang paling semangat mencium Bundahmppp.” Abi membungkam mulut gadis kecilnya dengan telapak tangannya, sementara wajah Bintang sudah memerah. “Ayo, kita beli es krim,” ajak Abi mengalihkan perhatian Kanina yang sudah kembali bersorak riang. Setelah keluar dari bilik foto, Bintang masih terus tertawa kecil sambil berjalan menuju pintu keluar mall. "Selucu itu?" kata Abi ketus berusaha melihat foto yang ada di tangan Bintang. "Iya, ekspresinya kok bisa lucu banget," katanya, meski di dalam hatinya masih tersisa sedikit rasa malu karena momen canggung tadi. “Sebahagia itu kamu dicium?” tanya Abi. Eh. *** Abi mengerutkan keningnya kemudian beradu pandang dengan Bintang yang duduk di sampingnya. Saat memarkirkan mobilnya di halaman rumah bersamaan dengan mobil lain yang ikut terparkir. Abi sudah salah tingkah melihat pintu mobil di sampingnya terbuka dan mamanya keluar membawa banyak paperbag di tangannya. "Loh, Mas, itu Mama? Mama bilang kamu mau datang?” tanya Bintang bingung. “Aku nggak tahu, Bee. Mama nggak ada bilang.” Bintang menyayangkan karena tidak mempersiapkan apa-apa saat ibu mertuanya datang, sementara Abi berdebar melihat tentengan mamanya. Pasalnya Abi belum mem-brefing ibu negaranya. Mama Ara tersenyum lebar melihat Bintang menghampirinya dan memeluk menantunya. "Surprise! Mama bawa oleh-oleh untuk kalian dari Jepang.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN