“Kamu masih memikirkan soal itu, Sas?” Sakti memecah keheningan di meja makan pagi itu dengan sebuah pertanyaan. Wanita yang sejak tadi fokus mengunyah potongan sandwich dengan pandangan kosong itu pun mendongak. Seulas senyum tipis tercetak di wajahnya. Bahkan saking tipisnya senyuman itu, Sakti sama sekali tidak menyadarinya. “Aku hanya merasa nggak enak saja sama Papa,” jawab wanita itu dengan kepala tertunduk. Sakti meletakkan sendoknya di piring lalu beralih menatap wajah wanita yang duduk di hadapannya ini. Ada sorot sendu di dalam pancaran netra wanita itu. “Tidak perlu kamu pikirkan, Sas. Kemarin aku sudah membahas hal ini bersama orang tuaku dan mereka paham dengan apa yang kita inginkan. Mereka juga bilang kalau mereka setuju-setuju saja sama semua keputusan yang kita ambil na