“Kamu tidak sendiri. Jadi, jangan sakit, ya.” Kalimat itu sukses membuat Sasmita tersentak sesaat setelah menerima jas yang diberikan Sakti. Wanita itu berdeham singkat dan mengucapkan terima kasih, lalu segera memakai jas tersebut ke tubuhnya. Sakti membalasnya dengan anggukan dan seulas senyum. Setelahnya laki-laki itu mulai melajukan mobilnya meninggalkan pelataran parkir kafe, membelah jalanan padat kendaraan khas ibukota malam itu. Meski begitu, Sakti tetap mengutamakan keselamatan mereka. Sama seperti saat berangkat ke kafe tadi, di perjalanan menuju rumah Sasmita juga tidak ada obrolan yang tercipta. Sakti fokus pada jalanan, sedangkan Sasmita hanya menatap kosong pada suasana di luar melalui kaca di sebelah kirinya. Kalau boleh jujur, sebenarnya Sasmita masih memikirkan tentang