Berapa kali pun Sayuri melihat dan mengingat siapa orang yang menjadi 'bos' pelaku perdagangan manusia yang ada di depannya ini, ingatannya selalu kembali pada Connor Hayes. Tidak sekali pun ia mengingat seseorang yang memiliki nama 'Nelson' dengan wajah seperti itu.
Bersamaan dengan Connor Hayes dan Fein yang baru keluar dari mobil sedan yang mereka naiki, ada dua orang lainnya yang ikut turun bersama mereka. Beberapa menit kemudian, datang dua mobil SUV lain yang dinaiki oleh enam orang di masing - masing mobilnya.
Berarti saat ini, bila dihitung dengan Connor Hayes, ada dua puluh orang yang ikut terlibat dalam perdagangan manusia ini, dan Sayuri berharap kalau orang - orang itu tidak akan bertambah lebih banyak lagi.
Cahaya yang menyorot kedua mata Sayuri menarik perhatiannya. Dengan mata yang sedikit disipitkan, ia menoleh ke sumber cahaya. Di atas sebuah kapal yang berjarak dua kapal lain yang ada di depannya saat ini, sebuah lampu sorot kecil berkedip beberapa kali tepat ke arah wajahnya.
Orang yang menarik perhatian Sayuri dengan cara sejelas itu tidak mungkin salah satu bawahan dari Connor Hayes. Karena, mereka pasti akan langsung menghabisi seseorang yang menyusup ke dalam kapal mereka tanpa basa – basi. Kemungkinan besar Kyle, Emil atau Kai yang lain yang menarik perhatian Sayuri dengan cara itu.
Sayuri langsung mengeluarkan kaca kecil yang sebelumnya ia bawa. Ternyata kaca itu digunakan lebih cepat dari pada dugaannya.
Ia menggunakan kaca itu untuk memantulkan cahaya dari lampu sorot, membalas kalau ia mendapat perhatian dari mereka.
Entah kebetulan atau tidak, ketika Sayuri melihat kedipan dari lampu sorot yang tertuju padanya, rasanya kedipan itu seperti kode morse yang masih sering digunakan untuk mengirim pesan dalam situasi seperti ini.
. - . - . . - . - -
Sayuri langsung memijat keningnya pelan. Kedipan pada lampu sorot yang tertuju ke arahnya bila diuraikan menjadi ‘R D Y’, atau … Ready? Siap?
Tapi … apa mereka lupa kalau Sayuri hanyalah seorang gadis berumur tujuh belas tahun yang tinggal di sebuah panti asuhan? Apa mereka terlalu berharap padanya kalau ia juga memiliki kemampuan untuk mengerti kode morse hanya dari bermain ‘permainan VR’?
Meski begitu, Sayuri tetap membalas dengan memantulkan kedipan lampu sorot menggunakan kaca yang bila diuraikan menjadi ‘Y’.
Entah apa yang akan dipikirkan oleh mereka karena mendapatkan balasan dengan menggunakan kode yang sama. Entah mereka akan berpikir kalau Sayuri benar – benar membalas dengan kode morse juga, atau ia hanya membalas mereka dengan memantulkan cahaya itu dengan asal.
… Yang Sayuri harap mereka akan berpikir kemungkinan kedua.
Namun entah apa yang dipikirkan oleh mereka bertiga, karena sekali lagi, Sayuri melihat kedipan lampu yang juga terlihat seperti kode morse yang lain.
- . - . - - - - - . .
K W 8?
Oke, Wait?
Oke … tunggu?
… Serius?
Tentu saja Sayuri memilih untuk pura – pura tidak mengerti kode morse dengan mengabaikan pesan itu dan pergi menuju ruang nahkoda.
Semua bawahan Connor Hayes masih sibuk dengan kedatangan bos mereka, sehingga saat ini semua orang masih berkumpul di geladak kapal. Ia langsung mencari tempat yang aman untuk bersembunyi, yang tidak akan dilihat oleh mereka yang akan mengendalikan kapal.
Sayuri ingat dengan jelas perkataan dari orang – orang yang membawanya. Seharusnya kapal ini berangkat ketika tengah malam, yang berarti masih ada waktu sekitar satu jam lagi. Namun ia juga ingat kemungkinan jadwal keberangkatan mereka akan berubah karena Connor Hayes memilih untuk ikut.
Mereka yang selalu berhati – hati pasti tidak akan berlama – lama diam di suatu tempat. Dengan kemungkinan itu, kapal ini pasti akan langsung berlayar.
Pemikiran Sayuri terbukti benar karena tiga orang yang sebelumnya ia lihat di geladak kapal masuk ke dalam ruang nahkoda. Tempat persembunyian yang dipilih oleh Sayuri sepertinya tepat, karena tidak sekali pun mereka melihat atau sekedar melirik ke arahnya.
“Ugh, jika saja mereka memberi kita kabar setengah jam sebelumnya. Mungkin kita tidak akan serepot ini,” protes seseorang yang mengenakan baju biru tua.
“Hush, jangan banyak protes. Apa kau mau kehilangan lidahmu jika bos atau bawahan terdekatnya yang lain mendengar perkataanmu itu? Kau sudah bekerja cukup lama di bawahnya, seharusnya kau sudah tahu bagaimana sikap orang – orang yang ada di sekitar bos itu,” balas seseorang yang Sayuri sudah sangat kenal dengan suaranya. Ia yang mengantar Sayuri ke ruang penyimpanan yang ada di bagian terbawah kapal.
Tubuhnya tinggi dengan perut yang sedikit buncit. Janggut dan kumisnya terlihat tidak terawat sama sekali, dan terlihat jelas kalau dia orang yang paling ‘senior’ bila dibandingkan dengan dua orang yang lain.
“Ya, ya … maafkan kami Pak Tua Erkin,” gumam temannya yang menggunakan jaket hitam.
Seseorang yang dipanggil sebagai Pak Tua Erkin itu mendengus kencang, kemudian mulai menghidupkan mesin kapal dan mempersiapkan keberangkatan mereka.
“Tapi … bagaimana bisa bos membawa orang baru itu?” tanya si jaket hitam sambil mengusap dagunya pelan. “Bukankah dia baru direkrut hari ini? Biasanya, mereka yang ikut mendampingi bos melakukan pekerjaan seperti ini merupakan orang – orang yang sudah bekerja di bawahnya selama beberapa tahun, ‘kan?”
Seseorang yang menggunakan baju biru tua langsung tersenyum penuh makna, dengan jari kelingking yang bergerak – gerak dengan menggelikan, ia membalas, “Siapa tahu? Mungkin bos sangat menyukai orang yang satu ini sampai ia ingin membawanya ke mana pun.”
Sayuri mendesah pelan sambil menggelengkan kepalanya. Jika tahu akan jadi seperti ini, Kyle dan teman – temannya yang lain tidak membutuhkan bantuan Sayuri untuk mencari di mana anak – anak yang akan dijual di pasar gelap. Karena Fein terus berada di dekat Connor Hayes.
… Uh, yang lalu biarlah berlalu. Memiliki rencana B sampai Z pun tidak akan pernah salah dalam menjalankan sebuah misi.
Mendengar omongan mereka lebih lanjut sepertinya tidak akan membantu Sayuri untuk mendapatkan informasi tambahan sedikit pun. Semua hal yang perlu disiapkan untuk keberangkatan kapal itu sudah selesai, mereka hanya perlu menunggu perintah dari Connor untuk segera berangkat.
Menggunakan senjata api tanpa peredam suara tentu akan menarik perhatian orang – orang yang ada di sekitar sini. Apalagi, keadaan di luar sana cukup sepi karena sudah tengah malam, dan pelabuhan tempatnya berada tidak ada banyak orang di sekitarnya.
Menunggu Kyle dan yang lainnya serasa hanya membuang – buang waktu. Lagi pula, di kehidupan Sayuri sebelumnya ia selalu bekerja sendiri dan membereskan semuanya dalam waktu yang singkat.
…
Asalkan ia tidak ketahuan, semua akan berjalan lebih mudah dan lancar untuk Kyle dan yang lainnya, ‘kan?
Sayuri menggenggam belati dekorasi yang sebelumnya ia ambil dari salah satu kotak yang ada di ruang penyimpanan. Tentu saja, kali ini Sayuri tidak akan keluar dari ruangan ini dengan darah yang mengotori tangannya.
Ia menggunakan pegangan dari belati itu untuk memukul bagian belakang leher semua orang yang ada di ruangan itu. Setidaknya jarak mereka cukup jauh dan saling membelakangi punggung satu sama lain. Asalkan Sayuri menutup mulut mereka dengan rapat dan melakukan apa yang harus ia lakukan … semuanya dapat berjalan dengan lancar. Tali yang ia bawa juga cukup untuk mengikat mereka bertiga dan mendorong mereka ke ujung ruangan.
Setelahnya Sayuri tidak lupa untuk mengunci pintu ruangan itu dari luar setelah membereskan semua hal yang perlu ia rapikan. Sepuluh menit belum berlalu ketika Sayuri kembali keluar dari ruangan nahkoda itu, dan tidak banyak yang berubah dari keadaan yang ada di geladak kapal. Semua orang masih sibuk memuji Connor Hayes agar mendapat bayaran lebih.
Dengan wajah yang terlihat kesulitan, Fein hanya bisa duduk dengan kedua kaki yang rapat di sebelah Connor Hayes yang merangkulkan tangan ke bahunya dengan santai. Entah apa yang dirasakan Sayuri ketika melihat hal itu, yang jelas rasa kasihannya pada Fein lebih sedikit dibandingkan dengan rasa ingin tertawa terbahak – bahak …
Ah, tidak. Kasihan Fein, oh, kasihan.
Kapal di mana Kyle memberikan kode lampu sorot padanya pun terlihat sepi. Kemungkinan besar ia dan yang lainnya sudah berpindah tempat menjalankan entah rencana apa untuk menangkap pelaku perdagangan manusia secara ilegal ini.
“Jadi, mana barang mahal yang baru saja kudapatkan hari ini?”
Perkataan yang didengar oleh Sayuri dari mulut Connor Hayes seakan membuat perutnya langsung terpelintir. Tentu saja ‘barang mahal’ yang dikatakan oleh Connor adalah dirinya.
“Erkin sudah menyimpannya di ruang penyimpanan, bos. Apa kau ingin memeriksanya terlebih dahulu?”
Connor mengusap dagunya berpikir, kemudian membalas, “Sebenarnya aku tidak terlalu tertarik dengannya. Tapi mendengar ocehan Layla yang terus berkata kalau barang itu dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi jika barang itu sedikit lebih dewasa, aku jadi ingin melihatnya.”
“Kalau begitu kami akan mengantarmu, bos!”
Sayuri langsung mengernyitkan hidungnya ketika menghitung lebih dari delapan orang yang ikut ‘mengantar’ Connor Hayes menuju ruang penyimpanan.
Dilihat dari jauh, Sayuri bisa tahu kalau mereka semua membawa senjata api. Melawan delapan orang sekaligus dengan kemampuannya saat ini cukup sulit apalagi jalan menuju ruang penyimpanan sangat sempit untuknya bergerak dengan leluasa, bila senjata api ikut ditambahkan … tentu saja ia hanya akan kembali pulang dengan nama.
Bila ia tidak berhati – hati, tidak hanya keselamatan dirinya saja yang terancam. Tapi mungkin saja Connor Hayes akan menjadi lebih berhati – hati dan menangkapnya di kemudian hari akan menjadi lebih sulit.
Tidak hanya memperburuk keadaan dan memperbesar kemungkinan kalau Kyle dan teman – temannya akan gagal menangkap Connor Hayes, kesempatan Sayuri membuat keluarga Boyd kehilangan salah satu pemasukannya juga akan lenyap tertiup angin.
Sayuri tidak pernah percaya dengan adanya teori telepati. Namun, dalam keadaan yang seperti ini entah kenapa hal itu yang muncul di pemikirannya pertama kali.
Dengan kening yang berkerut dalam, ia mengandalkan gelombang otak … sel otak … atau apalah itu yang memiliki sangkut paut dengan hal – hal mengenai teori telepati untuk menarik perhatian Fein yang berada di geladak kapal.
Entah harapannya yang terkabul, atau mungkin teori telepati memang benar adanya, karena di saat itu pandangan Sayuri dan Fein bertemu secara singkat.
Dalam waktu yang singkat itu, Fein langsung berlari menyusul Connor Hayes dan beberapa bawahannya yang lain. “Bos! Bos, aku juga ingin ikut. Karena ini pekerjaan pertamaku … mungkin aku harus belajar beberapa hal darimu secara langsung …”
Melihat ekspresi wajah yang dibuat oleh Connor Hayes dari jauh membuat bulu kuduk Sayuri langsung meremang. Apalagi Fein yang berada di dekatnya DAN wajah yang dibuat Connor Hayes itu tertuju padanya?
“Ohho, Fian. Apa akhirnya kau tertarik? Padahal sebelumnya kau terus menolak …” balas Connor Hayes kembali merangkulkan tangannya pada bahu Fein.
“Me—menolak apanya, bos. Aku hanya … hany—hanya sedikit kurang tidak percaya diri …”
Sayuri langsung menyatukan kedua tangannya dan berdoa semoga Fein akan kembali dengan fisik dan mental yang masih kuat setelah misi ini selesai. Meski begitu, hal yang perlu dikorbankan oleh Fein setelah ini tidak akan pernah sia – sia.
“Kalau begitu aku akan mengantarmu berkeliling kapal ini, Fian. Karena kau akan mendapatkan lebih banyak pekerjaan setelah ini,” balas Connor sambil menarik Fein untuk pergi ke ruang penyimpanan.
“… apa meninggalkan bos dengan anak baru itu tidak akan menjadi masalah?” tanya salah satu bawahan yang sebelumnya ingin mengantar Connor ke ruang penyimpanan.
“Sebenarnya siapa yang kau khawatirkan? Bos atau anak baru itu?” tanya temannya.
“Duh, tentu saja anak baru itu. Kau tidak ingat bagaimana … er, sebaiknya kita tidak membicarakan hal ini lebih lanjut jika kita tidak ingin trauma mendalam kita kembali.”
… Sepertinya semua berjalan lancar?
“Pppst.”
Mendengar suara itu, Sayuri langsung menolehkan wajahnya dengan cepat. Tidak terlalu jauh dari tempatnya berada, Kai melambaikan tangannya untuk menarik perhatian Sayuri.
Jika saja Kai tidak bergerak, mungkin Sayur tidak akan menyadari keberadaannya karena saat ini pakaian yang digunakan oleh Kai seakan membuatnya berbaur dengan sekitarnya.
Kemudian, Sayuri melihat kalau Kai menunjuk ke arah orang – orang yang ada di geladak kapal sambil mengangkat sesuatu di sebelah tangannya. Meski tidak terlalu jelas, tapi Sayuri yakin kalau apa yang ada di tangan Kai saat ini adalah sebuah bom asap.
Sayuri kembali menyebarkan pandangannya ke sekitar. Di bagian tergelap kapal yang, dengan samar ia bisa melihat Kyle dan Emil sudah siap di posisi mereka masing – masing.
Desahan lega keluar dari mulut Sayuri tanpa sadar. Sepertinya hal yang paling ia khawatirkan tidak akan terjadi.
Seakan mendengar aba – aba dari Kai di kedua telinganya, Sayuri tahu kalau bom asap yang dipegang Kai akan ia lemparkan ke tengah – tengah geladak kapal.
“Penyusup!” sahut seseorang dari bawah sana. Sayangnya, Sayuri tidak melihat begitu jelas siapa yang mengatakan hal itu karena asap sudah memenuhi geladak kapal. []