Bom asap yang dilemparkan oleh Kai ke tengah – tengah geladak kapal langsung meledak, mengeluarkan asap yang begitu tebal. Menghalangi pandangan tidak hanya bawahan Connor Hayes yang masih menggunakan seragam layaknya agen di dalam film Men In Black, tetapi juga Sayuri.
Suara tembakan yang membabi buta langsung terdengar diselingi oleh sahutan kencang dari orang – orang itu. Namun beberapa detik kemudian suara berisik itu semakin lama semakin pelan dan akhirnya menghilang.
Sepertinya bom asap yang digunakan oleh Kai bukan sembarang bom asap yang hanya menghalangi pandangan saja, tetapi juga memiliki efek tidur jika menghirup asapnya terlalu banyak.
Dengan cepat Sayuri langsung melihat ke arah pintu menuju ruang penyimpanan. Ruangan itu tidak kedap suara, dan suara berisik dari keributan yang baru saja terjadi tentu akan menarik perhatian Connor Hayes.
Tapi tidak ada tanda – tanda kalau Connor Hayes akan keluar dari ruangan itu. Fein pasti melakukan sesuatu padanya di dalam sana, ‘kan?
“Kalian ini … bukankah seharusnya kalian memilih cara yang lebih baik untuk menyelesaikan hal ini tanpa membuat keributan?” tanya Sayuri pada Kyle dan yang lainnya yang sudah keluar dari tempat persembunyiannya. “Jika saja Fein tidak berhasil mengajak Connor … maksudku Nelson sendiri ke tempat lain, dan aku yang tidak membereskan orang – orang yang ada di ruang nahkoda, sepertinya rencana penangkapan kalian akan gagal.”
Apa ini yang membuat mereka gagal menangkap Connor Hayes sebelumnya? Setelah melihat mereka menggunakan cara barbar seperti ini … apa mereka benar – benar unit khusus reserse kriminal yang selalu mengerjakan tugas mereka secara diam – diam?
Kai terkekeh pelan, kemudian membalas, “Sayuri, kami menggunakan cara ini karena yakin kami akan berhasil menyelesaikan semuanya dengan mudah.”
“Sayuri, aku dan Emil melihat secara langsung bagaimana kau … membereskan orang – orang yang ada di ruang nahkoda,” kata Kyle dengan kening yang berkerut. “Dengan kemampuan seni bela dirimu, dan mungkin pengalaman yang kau dapatkan karena memainkan beberapa ‘permainan’, melihatmu dapat melakukan hal itu tidak bisa membuatku dan Emil lebih terkejut lagi.
“Tapi, apa yang kau lakukan tetaplah berbahaya. Bagaimana jika tadi kau hanya beruntung untuk mengalahkan tiga orang sekaligus seorang diri? Lain kali tolong jangan melakukan hal berbahaya seperti itu lagi,” lanjut Kyle. “Bukankah kami sudah memintamu untuk menunggu kami sebelumnya?”
Ah … ternyata mereka memilih untuk percaya kalau Sayuri mengerti kode morse …
“Memintaku untuk menunggu kalian? Kapan?” tanya Sayuri dengan kepala yang sedikit dimiringkan pura – pura tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Kyle sebelumnya.
Mendengar perkataan Sayuri, Emil langsung tertawa satu kali sambil menepuk bahu Kyle. “Dengar, ‘kan? Meski kemampuan yang dimiliki Sayuri sangat luar biasa … tapi untuknya mengerti kode morse dari lampu sorot yang kau gunakan itu terlalu berlebihan.”
“Tapi aku yakin kau membalas kodeku sebelumnya,” gumam Kyle pelan.
“Oh, maksudmu kedipan lampu sorot yang kau gunakan untuk menarik perhatianku itu? Apa itu kode morse? Lagi pula apa yang dikatakan Emil itu benar, Kyle. Apa kau pikir aku yang hanya ‘seorang gadis biasa yang akan masuk Sekolah Menengah Atas’ ini mengerti kode yang sering digunakan oleh unit khusus seperti kalian?” kata Sayuri panjang lebar sambil menepuk tangannya satu kali.
“Kita bisa membicarakan ini lain kali. Saat ini kita harus mengutamakan untuk menangkap ‘Nelson’ terlebih dahulu, ‘kan?” kata Kai.
“Polisi pusat kota G sedang berada di perjalanan menuju tempat ini. Setidaknya mereka bisa membantu kita untuk membawa orang – orang ini,” kata Emil sambil mengeluarkan beberapa tali dari tas yang ia bawa.
Sayuri kembali menolehkan wajahnya ke arah ruang penyimpanan kapal, kemudian bertanya, “Uh, bagaimana dengan Fein?”
Tiba – tiba Kai memperlihatkan jam tangan yang ia gunakan pada Sayuri sambil berkata, “Tenang saja, Fein sudah memberi kami kode kalau ia berhasil menangkap bos dari pelaku perdagangan ilegal ini.”
Sayuri melihat kedipan warna merah pada jam tangan yang diperlihatkan oleh Kai. Jadi ini alat yang sering digunakan oleh unit khusus seperti mereka untuk memberi informasi dari jarak jauh …
Terima kasih pada benda ini, beberapa kali Sayuri merasa kesulitan untuk melarikan diri dari kejaran unit khusus seperti Kyle di kehidupan sebelumnya.
Kyle mendesah panjang sambil mulai mengikat semua bawahan Connor yang dibantu oleh Emil. “Kai, bawa orang – orang yang ada di ruang nahkoda ke tempat ini.”
Hidung Kai langsung mengernyit, kemudian ia membalas, “Ehhh … aku sendirian?”
“Siapa lagi? Kau ingin aku meminta Sayuri untuk menggendong orang dewasa seorang diri?” desis Kyle.
“Uh, baiklah.” Meski Kai menggerutu ketika membalasnya, ia tetap melakukan apa yang diminta oleh Kyle.
“Kalau begitu aku akan pergi ke ruang penyimpanan. Tidak untuk membantu Fein, tetapi aku khawatir pada anak – anak yang dikurung di bawah sana,” kata Sayuri setelah melihat tidak ada pekerjaan lain yang bisa ia lakukan di geladak kapal.
“Mohon bantuannya, Sayuri. Kemungkinan besar bantuan yang kami minta akan datang tidak lama lagi,” balas Emil.
Melihat Kyle yang membalasnya dengan anggukkan kepala, tanpa menunggu lebih lama lagi Sayuri langsung pergi menuju ruang penyimpanan yang ada di bagian terbawah kapal.
Sayuri sempat kesulitan untuk membuka pintu keempat yang harus ia lewati untuk pergi ke ruang penyimpanan itu. Rasanya ada yang mengganjal pintu yang ada di depannya ini untuk terbuka.
Ketika akhirnya ia berhasil membukanya, tubuh Connor Hayes yang terkulai lemas karena kehilangan kesadaran yang ternyata menghalangi pintu. Membuat Sayuri tidak mengerti bagaimana bisa Connor Hayes tetap bebas melakukan pekerjaan ilegalnya selama tujuh tahun, bila ia berhasil ditangkap semudah ini.
Sadar kalau kedua tangan dan kaki Connor Hayes terikat, Sayuri memilih untuk meninggalkannya terlebih dahulu dan kembali melanjutkan perjalanannya menuju ruang penyimpanan. Karena Fein tidak terlihat di mana pun, sepertinya ia sudah pergi ke tempat itu juga.
“Tidak maaaaauuuu!”
Suara teriakan dari Tia yang serasa memecah kedua gendang telinga menyambut Sayuri ketika ia baru saja masuk ke dalam ruang penyimpanan.
Dari jauh, Sayuri melihat kalau Tia berdiri di depan anak – anak yang lain dengan tangan yang terbentang lebar, di depannya Fein sedang mengangkat kedua tangannya dengan wajah yang terlihat panik. Melihat mereka seperti itu, rasanya Sayuri seperti melihat induk ayam yang sedang melindungi anaknya dari hewan buas yang mencoba untuk memakan mereka.
Mengerti bagaimana situasi semacam itu bisa terjadi, Sayuri langsung berjalan mendekati mereka. “Tia, maaf aku terlambat.”
Tia dan anak – anak yang lain langsung menolehkan wajah mereka ke arah Sayuri. Dengan mata yang sudah basah, mereka semua langsung berlari ke arah Sayuri untuk menjauh dari Fein dengan cepat.
“Sayuriii ada orang jahat lain yang ingin menculik kami!” sahut Tia.
“Tubuhnya besar dengan senyum yang menyeramkan! Orang itu pasti memiliki niat buruk!”
“Mamaaa, aku ingin pulaaang!”
Sayuri hanya bisa tersenyum canggung pada mereka semua. Melihat orang asing dengan tubuh besar seperti Fein tentu saja membuat trauma mereka yang diculik dan diperlakukan seperti ini kembali. Takut pada Fein merupakan hal yang wajar.
“Semuanya, tidak perlu khawatir. Kakak itu merupakan temanku yang akan membantu kalian kembali pulang,” kata Sayuri berusaha untuk menenangkan yang lain. “Kalian sebaiknya berterima kasih padanya.”
Meski masih terlihat takut, mereka semua berterima kasih pada Fein secara bersamaan dan kembali bersembunyi di balik punggung Sayuri.
Fein yang melihat kalau mereka semua masih takut hanya bisa mendesah panjang sambil mengusap bagian belakang lehernya.
“Maaf, jika tahu kalau mereka akan takut padaku, aku seharusnya menunggumu,” gumam Fein pelan.
“Aku tahu kau tidak bermaksud seperti itu. Kerja bagus, Fein. Me … ngalihkan perhatian ‘Nelson’ pasti membuatmu sangat lelah,” balas Sayuri.
“Tolong jangan membuatku mengingat hal itu …” balas Fein sambil mengusap kedua lengannya dengan tubuh yang sedikit bergetar. “Bagaimana keadaan di atas sana? Ketika aku mendengar suara tembakan dan sahutan, aku langsung menghajar Nelson sampai kehilangan kesadaran.”
“Semua terkendali. Kai menggunakan bom asap dan membuat semua bawahan Nelson yang ada di geladak kapal kehilangan kesadaran,” balas Sayuri.
Fein mendesah lega sambil menganggukkan kepalanya dengan puas. “Untunglah kalau begitu,” katanya sambil melirik anak – anak yang masih bersembunyi di balik punggung Sayuri. “Sepertinya polisi yang bekerja di pusat kota G sudah tiba. Aku akan membawa Nelson ke atas sana. Um, Sayuri, karena mereka semua terlihat takut padaku …”
Sayuri terkekeh pelan, kemudian membalas, “Tidak perlu khawatir, aku akan menjelaskan semuanya kepada mereka dan menyusulmu ke atas.”
“Terima kasih,” balas Fein singkat sambil menganggukkan kepalanya satu kali, kemudian ia keluar dari ruang penyimpanan dengan bahu yang sedikit merosot, mungkin masih memikirkan dirinya yang ditakuti oleh anak – anak ini.
Sayuri langsung memutar tubuhnya menghadap Tia dan yang lainnya. Kemudian berkata, “Kalian dengar itu? Orang jahat yang sebelumnya mengurung kalian di tempat ini berhasil dikalahkan oleh temanku. Di luar sana sudah banyak teman – temanku yang lain untuk membantu kalian pulang.”
Tia menyatukan kedua tangannya yang bergetar sambil berkata, “Sayuri, kami … kami semua bisa pulang?”
“Mhm, itu benar. Tia, kemungkinan aku tidak bisa menemanimu dan yang lainnya sampai kalian kembali pulang,” balas Sayuri. “Karena itu, Tia … bisakah aku meminta bantuanmu sekali lagi untuk menjaga yang lainnya dan memberi tahu semua hal yang kau ketahui pada polisi yang akan membantumu nanti?”
Tia langsung menganggukkan kepalanya berkali – kali. “Tentu, aku mengerti.”
Sayuri tersenyum puas, kemudian mengusap kepala Tia dengan pelan. “Terima kasih, Tia. Kau benar – benar kuat.”
.
.
‘Nelson’ dan semua bawahannya sudah ditangani oleh beberapa polisi dari pusat kota J, begitu pula dengan Tia dan anak – anak lainnya sudah dibantu oleh anggota polisi wanita agar mereka tidak terlalu takut.
Kyle yang tiba – tiba berdiri di sebelah Sayuri langsung berkata, “Terima kasih, tanpa bantuanmu kemungkinan besar kami tidak akan bisa menyelesaikan semua ini dengan mudah.”
Sayuri tertawa satu kali, kemudian membalas, “Melihat cara kalian yang menggunakan bom asap dan membuat keributan tentu saja kalian pasti akan gagal.”
Kyle tertawa miris sambil mengusap keningnya. “Sudah Kai katakan sebelumnya, menggunakan bom asap sudah menjadi bagian dari rencana. Lagi pula, jika kau tidak berhasil mengalahkan tiga orang yang ada di ruang nahkoda, kami tidak akan menggunakan bom asap itu.”
“Hmm, terima kasih padaku, kalau begitu,” balas Sayuri sambil mengangkat kedua bahunya.
“Ya, terima kasih padamu,” tambah Kyle sambil terkekeh pelan. “Saat ini Emil dan Kai sedang melapor pada atasan, mereka juga akan memberi tahunya tentang dirimu yang membantu kami.”
“Atasan unit khusus, ya? Apa perkataanmu sebelumnya itu masih berlaku, Kyle? Kau akan membantku untuk tetap tinggal sebagai warga negara biasa?” tanya Sayuri. “Entah kenapa rasanya aku akan mendapatkan penawaran yang menyebalkan dari atasanmu setelah mengetahui kalau aku membantu kalian dalam misi ini.”
“Tentu, aku tidak akan pernah mengingkari janji yang kubuat sendiri,” balas Kyle sambil mengusap bagian belakang lehernya, kemudian melihat ke arah Emil dan Kai yang saat ini sedang sibuk berbicara pada layar monitor yang memperlihatkan seseorang di sana.
“… Kudengar kau menginginkan sesuatu dari kami jika berhasil membantu kami untuk menyelesaikan misi ini, Sayuri,” tambah Kyle. “Apa … apa yang kau inginkan?”
“Yang pertama, tentu saja Kredit,” balas Sayuri tanpa pikir panjang. “Hadiah Kredit yang cukup untuk membeli Helm VR, dan Kredit yang cukup untuk membeli pakaian serta makanan sampai musim dingin selesai untuk semua orang yang ada di panti asuhan tempatku tinggal.”
“Hal itu dapat diatur dengan mudah. Atasan juga pasti akan tertarik padamu setelah mendengar laporan dari Emil dan Kai, hadiah Kredit yang akan kau dapatkan pasti akan lebih banyak dibandingkan dengan apa yang bisa kami berikan,” balas Kyle sambil menganggukkan kepalanya satu kali. “Lalu, apa kau memiliki permintaan lain?”
“Aku ingin sebuah sertifikat yang bisa membuatku masuk ke SMA yang ada di kota C dengan mudah,” balas Sayuri sambil mengangkat sebelah tangannya. “Setidaknya sebuah sertifikat yang dapat mewakilkan kemampuanku. Ah, tapi tolong jangan berikan aku sertifikat yang terlalu mencolok seperti membantu unit khusus menangkap pelaku perdagangan manusia.”
Kyle terkekeh pelan. “Tentu saja, Sayuri. Tapi … kau ingin masuk ke sekolah yang ada di kota C? Kalau boleh tahu, apa nama sekolah itu?”
“Sekolah Menengah Atas Earl. Kau tahu? Sekolah yang menerima pelajar tidak hanya dari nilai akademisnya, tapi juga kemampuan yang mereka miliki,” balas Sayuri. “Seperti yang kau ketahui, kemampuan bela diriku tidak buruk, ‘kan? Aku juga memilih sekolah itu karena semua pelajar akan tinggal di asrama, sehingga panti asuhan tempatku tinggal tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untukku.”
Kyle melipat tangannya di d**a dengan senyum cerah yang terpasang di wajahnya, kemudian ia berkata, “Sekolah Earl yang ada di kota C, ya. Sayuri … aku tidak tahu apakah ini takdir atau apa. Tapi … sepertinya kau bisa masuk ke sekolah itu dengan mudah.”
Kepala Sayuri sedikit miring karena mendengar perkataan itu dari Kyle. “Uh, kenapa?”
“Karena keluarga Emil yang memiliki sekolah itu.” []