Meski Sayuri sudah tahu di mana letak jebakan yang ada di dalam Collapsed Sewage dari kehidupan sebelumnya, ingatannya tidak terlalu sempurna karena terakhir kali ia masuk ke dalam dungeon itu beberapa tahun sebelum ia kehilangan nyawanya. Meski begitu, ia bisa menghancurkan semua jebakan dengan sempurna jika ia mengingat di mana letaknya.
Yang membuat dirinya takjub adalah bagaimana Kai, seseorang yang tidak memiliki pengetahuan apa pun tentang letak jebakan yang ada di Collapsed Sewage dapat dengan mudah menghancurkan jebakan yang dilewatkan oleh Sayuri. Karena itu, perjalanan mereka menjelajahi dungeon benar – benar lancar.
Semakin lama Sayuri perhatikan, gerak – gerik Kyle, Kai, Fein dan juga Emil tidak seperti seorang pemain biasa yang mungkin saat ini dengan senangnya jatuh ke dalam jebakan karena menganggap ini hanyalah sebuah permainan dan mementingkan ‘petualangan’. Mereka benar – benar siaga, memasang kewaspadaan mereka layaknya mereka sedang berada di dunia nyata yang jika mereka kehilangan nyawa di tempat ini, maka di dunia nyata pun demikian.
Memang, seorang pemain profesional dalam Lord’s Regime mungkin dapat dengan mudah melakukan apa yang saat ini Kyle dan teman – temannya lakukan. Namun, Lord’s Regime merupakan permainan yang baru, tidak ada istilah pemain ‘profesional’ untuk sebuah permainan yang baru saja dirilis beberapa hari. Karena itu, Sayuri hanya bisa menilai kalau Kyle dan teman – temannya memiliki pekerjaan yang membuat mereka harus terus bersikap siaga sepanjang waktu.
Tidak hanya itu, ketika mereka memasuki dungeon ini, sikap santai dan tingkah laku bodoh mereka langsung menghilang seketika, seperti mereka menjadi seseorang yang berbeda. Mereka juga dengan serius memerhatikan sekelilingnya dan tidak membicarakan suatu hal yang tidak penting seperti yang sering mereka lakukan selama Sayuri mengenal mereka.
Mereka hanya membicarakan hal yang memiliki sangkut pautnya dengan tempat atau benda yang kemungkinan alat untuk memicu jebakan. Entah memang mereka seperti ini ketika berada di dalam sebuah dungeon, atau mereka menjadi lebih berhati – hati karena saat ini mereka memasuki dungeon dengan tingkat kesulitan spesialis.
Mengingat perkataan mereka ketika Sayuri baru bertemu dengan mereka pertama kali di desa Claydale mungkin memiliki hubungan dengan apa yang mereka lakukan di dunia nyata. Tentang mereka bisa berlatih di dalam Lord’s Regime dan beristirahat di dunia nyata …
…
Apa mungkin mereka seorang atlet profesional?
“Apa ada sesuatu di wajahku?” tanya Kai tiba – tiba.
Sayuri sedikit terpekik karena tanpa sadar ia sudah melihat wajah Kai entah berapa lama. Padahal, ia tidak pernah melakukan kesalahan sekecil ini sebelumnya …
“Tidak ada. Aku hanya kagum karena kau dapat dengan mudah menemukan dan menghancurkan jebakan yang ada di tempat ini,” balas Sayuri.
Kai tertawa satu kali, kemudian membalas, “Bukankah kau juga sama? Kau menemukan dan menghancurkan jebakan lebih banyak dari pada diriku. Apa kau yakin kau belum pernah masuk ke dungeon ini sebelumnya? Rasanya kau benar – benar familier dengan dungeon ini.”
Tidak hanya gerak – gerik layaknya seorang yang profesional di bidang seperti ini, orang ini juga cukup tajam.
“Anggap saja aku sering memainkan permainan Escape Room[1], sehingga aku bisa menemukan jebakan dengan mudah,” balas Sayuri sambil mengangkat kedua bahunya.
“Hmm … latihan yang sering kujalani jadi terdengar bodoh jika kau bisa melakukannya lebih baik dari pada diriku hanya karena kau sering bermain permainan seperti itu,” gumam Kai pelan.
Meski Sayuri mendengarnya, ia memilih untuk tidak menanggapinya karena merasa urusannya akan menjadi lebih panjang jika ia melakukannya.
“Lalu? Tidak mungkin dungeon ini hanya … tentang sebuah jebakan yang ada di dalam bangunan tua yang sudah hancur, ‘kan?” tanya Fein tiba – tiba. “Pasti dungeon ini sesuai dengan namanya. Apa kita akan menuju sistem pembuangan atau semacamnya?”
“Itu benar. Anggap saja tempat ini hanya untuk pemanasan. Keseruan sebenarnya dari dungeon ini akan dimulai setelah kita menemukan ruangan untuk menuju bawah tanah di mana saluran air berada,” balas Sayuri.
“Dan kau mengetahuinya dari NPC yang menjadi Kepala Desa Claydale?” tanya Kyle.
“Mhm,” balas Sayuri singkat.
Seperti namanya, dungeon Collapsed Sewage baru akan benar – benar dimulai ketika para pemain memasuki saluran air bawah tanah. Bagian yang Sayuri dan Kyle serta teman – temannya yang lain berada saat ini hanyalah sebuah pembuka. Setiap tingkat kesulitan memiliki luas bangunan dan jumlah jebakan yang berbeda. Semakin tinggi tingkat kesulitannya, maka bangunan di atas saluran air bawah tanah itu semakin besar dan semakin banyak pula jebakannya. Jalan masuk untuk ke saluran air bawah tanah itu pun terbentuk secara acak meski setiap pemain masuk dengan tingkat kesulitan yang sama.
Namun, ada sebuah ruangan yang dapat dijadikan jalan pintas yang memiliki ciri – ciri yang sama di setiap tingkat kesulitannya. Jalan pintas ini tidak sengaja ditemukan oleh seorang pemain setelah dungeon ini terbuka untuk semua pemain selama lebih dari satu minggu.
Jalan pintas ke tempat itu selalu berada di ruang pencucian. Tentu saja, ruang ‘pencucian’ itu digambarkan dengan banyaknya kain putih yang sudah kotor dan termakan usia, serta beberapa sabun serta peralatan lainnya untuk mencuci.
Setelah menelusuri tempat itu selama lebih dari setengah jam, akhirnya Sayuri menemukan di mana ruang pencucian itu berada.
“Tunggu di dekat pintu masuk. Apa pun yang terjadi jangan masuk ke dalam tanpa aba – abaku,” kata Sayuri menyuruh Kyle dan yang lainnya.
“Oke.” Secara serempak, Kyle dan teman – temannya menjawab secara bersamaan dengan kata yang sama.
Sebenarnya, meski pun Kyle dan yang lainnya ikut masuk ke dalam ruangan itu, tidak akan ada apa pun yang terjadi. Sayuri meminta mereka untuk menunggu di luar karena ruang pencucian itu akan menjadi sempit dan lebih pengap dari sebelumnya jika lebih dari empat pemain memasuki ruangan itu secara bersamaan. Lagi pula, apa yang akan dilakukan oleh Sayuri selanjutnya membuatnya membutuhkan ruangan yang cukup luas.
Jalan pintas yang ada di ruang pencucian itu berada di bawah lantai kayu reyot yang selalu mengeluarkan bunyi setiap kali diinjak. Sayuri menggunakan ujung dari alat pengait yang biasa ia gunakan untuk naik ke atas pohon Quassia untuk melepaskan paku yang terpasang di sana.
Setelah berhasil mencabut lebih dari lima pasang paku dan dua buah lantai kayu yang tua, sebuah lubang yang cukup dalam dan gelap terlihat dari baliknya. Sayuri meminta Kyle dan teman – temannya untuk masuk ke dalam ruangan itu setelahnya untuk menunjukkan jalan rahasia itu pada mereka.
“Kapan terakhir kali kalian bermain seluncur? Atau setidaknya bermain perosotan dengan gua?” tanya Sayuri.
Dengan bingung, Kyle dan teman – temannya saling tukar pandang. Kemudian, Fein berkata, “Red Lily, jangan bilang untuk masuk ke saluran air bawah tanah itu … kita harus meluncur ke tempat itu melewati lubang yang gelap dan … sempit ini?”
Sayuri tersenyum tipis, kemudian membalas, “Itu benar. Wat yang memberitahuku hal ini. Fein, apa kau takut dengan kegelapan?”
Kai menjentikkan jarinya satu kali, kemudian berkata, “Benar juga … apa ini alasanmu selalu tidur dengan lampu yang dinyalakan?”
“Kata siapa? Jangan mengatakan hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya! Harga diriku sudah lebih rendah dari pada barang yang mendapatkan potongan harga sembilan puluh persen ditambah lima puluh persen!” protes Fein sambil mendesis kencang. “Aku hanya khawatir kalau aku akan tersangkut. Kau lihat armor yang kugunakan ini? Lalu pedang yang ada di punggungku ini? Ha?”
“Kalau begitu, Fein. Kau masuk terlebih dahulu. Jika di tengah perjalanan kau … tersangkut, mungkin seseorang yang berada di belakangmu itu bisa mendorongmu sambil meluncur ke bawah,” usul Emil.
“Benar juga. Ide yang bagus, Emil,” kata Kyle dan Kai sambil menganggukkan kepala mereka setuju dengan usul dari Emil.
“… apa aku baru saja dijadikan kelinci percobaan?” gumam Fein pelan.
Sudut bibir Sayuri terangkat sendiri tanpa keinginannya. “Ini hanya jalan pintas yang dikatakan oleh Wat. Jalan masuk yang sesungguhnya berada di tempat lain yang tidak aku ketahui. Jika kalian tidak ingin masuk dengan menggunakan cara ini, kita bisa mencari jalan yang lain.”
“Siapa yang bilang kita tidak mau menggunakan jalan pintas ini. Ya, ‘kan, Kyle? Kai?” tanya Emil.
“Hei! Bagaimana dengan pendapatku?” protes Fein.
“Jika kau khawatir dengan equip yang sedang kau gunakan, lepas dan masukan ke dalam tas terlebih dahulu untuk beberapa saat, apa susahnya?” usul Kai.
Sekali lagi, dengan dramatis, Fein langsung memeluk tubuhnya sendiri dengan kedua tangannya. “Kai … apa kau menyuruhku untuk melepas pakaianku!?”
“Jangan banyak bercanda dan cepat lakukan!” sahut Emil kesal.
“Baiklah, baik. Semakin lama kau semakin tidak asik, Emil,” gumam Fein dengan mulut yang berbentuk kerucut. Kemudian, ia melirik ke arah Sayuri dengan mata yang dikedipkan beberapa kali. “Apa kau ingin melihat tubuhku yang tidak menggunakan—”
“Halu pulisi, di sini ada om – om hidung belang yang sedang melakukan pelecehan terhadap seorang gadis di bawah umur,” kata Emil tiba – tiba dengan sebelah tangan mengikuti bentuk telepon yang ditempelkan pada telinganya.
Untung saja apa yang dikatakan oleh Emil berhasil memotong perkataan Fein yang membuat bulu kuduk Sayuri meremang. Beruntungnya saat ini fitur semacam itu belum ada di dalam Lord’s Regime, meski pun seorang pemain berusaha untuk melepas seluruh pakaiannya, sebuah celana dengan panjang selutut dan kaus tanpa lengan pasti tidak bisa dilepaskan. Bisa dibilang celana dan kaus itu merupakan sensor dari sistem Gaia.
“Jangan banyak gaya dan cepatlah masuk ke dalam sana!” sahut Kai sambil menendang Fein yang sudah selesai memasukan semua armor dan pedang dua tangan besar yang sebelumnya terpasang di punggungnya.
“Eh! Tunggu sebentar! Pelan – pelan! Kumohon, jangan paksa akuu!”
Fein yang entah bagaimana caranya sudah berakhir dengan bagian kepala yang masuk ke dalam lubang langsung mendapatkan tendangan keras dari Emil, yang membuat Fein masuk ke dalam lubang itu dengan mudah dan meluncur jauh ke bawah tanah sambil berteriak ‘Emillllll aku tidak akan memaafkanmuuuuuuuuu!’
Setelah suara teriakan dari Fein tidak lagi terdengar, Kyle membuka chat tim dan memanggil Fein secara langsung. “Bagaimana, Fein? Karena namamu tidak berwarna abu dan poin HPmu tidak berkurang sedikit pun setelah berseluncur ke bawah sana dengan menyenangkan, sepertinya tidak ada apa pun yang terjadi padamu.”
“Aku akan membuat nama kalian—kecuali Red Lily—menjadi abu – abu dengan kedua tanganku sendiri setelah kalian turun ke bawah sini!” balas Fein yang terdengar sedikit jauh.
Kyle menutup fitur chat tim dengan tawa pelan. “Sudah dipastikan lubang ini cukup untuk pemain dengan tubuh besar seperti Fein. Kalau begitu ayo kita turun ke bawah sana.”
Kai dan Emil sama – sama terkekeh pelan, dan tanpa ragu melompat masuk ke dalam jalan pintas tersebut. Layaknya seorang pria yang sopan, santun dan terhormat Kyle meminta Sayuri untuk masuk ke dalam lubang itu terlebih dahulu sebelum dirinya. Tentu saja, tanpa ragu Sayuri langsung masuk ke dalamnya.
Lubang itu cukup panjang dan dalam, rasanya Sayuri seperti menaiki wahana yang membuat jantungnya tertinggal di belakang. Meski begitu, Sayuri yang hanya pernah berkunjung ke taman hiburan untuk menjalankan tugasnya merasa sedikit terhibur dengan menggunakan jalan pintas tersebut.
Dengan mudah, Sayuri menginjakkan kedua kakinya dan berdiri dengan sempurna di atas tanah setelah wahana singkat yang menyenangkan itu selesai. Ketika ia menaikkan pandangannya, ia bisa melihat Fein yang sedang membuka kedua tangannya dengan lebar seakan ingin menangkap seseorang dalam pelukannya.
“…”
“…”
Sayuri dan Fein sama – sama saling tatap dalam diam. Belum sempat salah satu dari mereka mengatakan sesuatu, Kyle yang menggunakan jalan pintas itu setelah Sayuri tiba – tiba muncul dan masuk ke dalam pelukan Fein dengan sempurna.
“Ah! Kenapa kau!? Aku ingin menolong Red Lily karena ia pasti tidak bisa berhenti karena jalan pintas itu membuat tubuh berseluncur dengan cepat!” sahut Fein sambil mendorong Kyle dari pelukannya.
Kai dan Emil langsung tertawa terbahak – bahak dengan puas. “Sudah kukatakan! Aku yakin Red Lily tidak perlu bantuanmu sama sekali! Lihat! Ternyata gadis ini melakukannya lebih baik dari perkiraanku!”
“Aku anggap itu sebuah pujian,” kata Sayuri membalas perkataan Kai.
“Oh, tentu itu sebuah pujian! Jujur saja, tidak ada satu pun dari kami yang berhasil berhenti dan berdiri dengan sempurna sepertimu, Red Lily!” tambah Emil.
Kyle mendesah pelan sambil merapikan pakaiannya. “Sepertinya kalian kurang latihan. Setelah ini, waktu latihan kalian akan kutambahkan selama tiga jam.”
“Oi, bos. Bukankah kau juga sama? Tunggu, kau juga melakukannya dengan sempurna. Sempurna masuk ke dalam pelukan Fein!” kata Kai kembali tertawa terbahak – bahak.
“Kai, latihanmu akan kutambah lima jam,” kata Kyle dengan singkat.
“Hei! Tidak adil!” protes Kai.
“Kalau begitu, Red Lily. Selanjutnya jalan mana yang harus kita ambil?” tanya Kyle untuk mengalihkan pembicaraan.
Sayuri berusaha untuk menahan senyum ketika melihat wajah Kyle yang sedikit merah, mungkin karena malu. “Mulai sekarang monster akan muncul. Hati – hati dengan kegelapan dan teruslah waspada. Aku juga diberitahu oleh Wat jalan mana yang harus kita ambil untuk menuju ruangan bos dungeon ini. Selama kalian mengikuti arahanku, dungeon dengan tingkat spesialis ini dapat kita selesaikan dengan mudah.” []
Note:
[1] Escape Room: atau yang biasa disebut dengan Escape Game merupakan sebuah permainan yang biasanya dilakukan secara berkelompok untuk menemukan petunjuk, memecahkan teka - teki dan menyelesaikan tugas di satu atau lebih ruangan untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu terbatas. Tujuannya sering kali untuk melarikan diri dari lokasi permainan.