Pengarahan dari Rektor sudah selesai. Para mahasiswa baru Universitas Garuda pun sudah di perbolehkan untuk pulang. Namun mahasiswa jurusan Manajemen Bisnis belum keluar dari GOR, mereka menunggu jalanan keluar lenggang, karena khawatir nya jika mereka ikut keluar sekarang mana mereka akan terpisah-pisah. Mereka pun masih menunggu dan duduk ditempat mereka yang tadi.
Sembari menunggu mahasiswa baru lainnya keluar, beberapa mahasiswa jurusan Manajemen Bisnis pun saling berkenalan. Setelah berkenalan dengan Indi dan Yudhi, Anjani berkenalan dengan teman-temannya yang berada di bangku belakang. Hampir semuanya Anjani berkenalan kecuali satu cowok yang berada di belakangnya yang saat ini tengah menggunakan headset sembari menutup matanya.
"Jangan di ajak kenalan dulu deh dia. Daripada nanti malah kenapa-napa malah pusing deh ngurusnya" ujar Faris yang tadi berkenalan dengan Anjani.
"Kenapa Ris emangnga?" tanya Anjani yang memang bingung saat ini.
"Hehhee dia beda dari yang lain Jan, ga suka banyak temen. Ga suka ribut. Terus apa lagi ya" ujar Faris sembari berpikir lagi.
"Gua mau nambahin. Dingin banget orangnya. Sumpah deh" ujar Indi.
"Kok lo pada tau sih? Tau darimana dah lo semua?" tanya Anjani.
"Dia temen sekelas gua dulu waktu SMA. Ya temen gua lah intinya" jawab Faris.
"Dan gua sekolah di depan sekolahannya Abi sama Faris. Makanya ta" ujar Indi.
"Abi?" tanya Anjani bingung karena ia tidak tahu siapa Abi yang dimaksud.
"Iya Jan, cowok yang di belakang lo itu namanya Abi. Abimanyu Nalesha. Yang dari tadi kita omongin itu. Hehehe gua lupa tadi ngasih tau lo namanya dia" ujar Indi.
"Eh guys udah sepi nih keluar yuk. Keluar dari depan aja yaa jangan sampe rebutan keluarnya" ujar Rivan salah satu mahasiswa baru jurusan Manajemen Bisnis.
Mereka pun berangsur-angsur keluar dari depan dan saat ini berjalan.
"Eh yuk keluar udah giliran kita nih" ujar Indi mengajak mereka semua keluar dari GOR. Sementara itu kakak tingkat jurusan Manajemen Bisnis sudah menunggu di depan pintu, banyak kakak tingkat yang tebar pesona dengan adik tingkat, mereka pun juga menunggu adik tingkat yang tadi di bicarakan oleh Bayu dan Gio.
"Mana Bay, lo nipu ya. Gua dah nunggu semangat nih" ujar Razi.
"Kaga sumpah dah. Tungguin aja, dia di belakang kali" ujar Bayu.
Sama seperti kakak tingkat yang lainnya, Arjuna pun juga menunggu mahasiswa baru untuk di beri arahan ke depannya. Bedanya Arjuna memilih menunggu di tempat yang nantinya akan di jadikan mereka untuk bertemu. Namun dari sini masih kelihatan siapa saja yang berada di depan pintu masuk GOR.
Dia belum ada kan. Atau dia ga masuk hari ini? Tapi di tanda tangan ada. Kemana dia? Atau dia balik duluan ya? Batin Arjuna mencari-cari Anjani.
Sampai pada akhirnya rombongan terakhir pun keluar dari pintu GOR. Anjani sudah terlihat dari mata Arjuna, bahkan Bayu, dan yang lainnya. Dia berada di bagian belakang sendiri, oh tidak dia berada di bagian belakang ke dua. Karena yang paling belakang adalah seorang cowok yang membuat para kakak tingkat cewek langsung melabeli nya karena ketampanannya. Anjani tertinggal karena tadi ia berhenti untuk memasukkan kipas angin portable yang tadi ia pakai di dalam GOR tersebut.
Ia pun melangkahkan kakinya lagi ingin keluar namun tiba-tiba...
"Awasss.... " teriak mereka yang melihat ada baliho besar yang akan jatuh dan hampir menimpa Anjani. Mereka semua berteriak sangat keras sekali membuat yang lainnya pun saat ini juga melihat ke arah yang mereka teriakan tersebut.
Mereka pun sudah berpikir yang tidak-tidak bahkan Arjuna juga sudah berlari ke arah dekat GOR, namun Anjani masih selamat. Dalam hitungan detik ketika melihat ke atas, ke baliho yang akan menimpa dirinya, Tiba-tiba tubuhnya tertarik ke belakang dan di dekap oleh orang yang menolongnya. Anjani sudah sangat lemas.
Anjani dan orang itu terjatuh terguling ke belakang, namun orang itu sangat memperhatikan Anjani ia mendekap Anjani agar tak ada satu goresan pun yang ada di tubuh Anjani. Ia memastikan jika Anjani aman berada di dekapannya itu.
"Lo tenang aja. Ga papa ada gua" ujar cowok itu yang saat ini sedang mendekap erat Anjani yang juga sedang menangis ketakutan di pelukannya.
"Abi.. hiksss... hikss.. " tanggal Anjani setelah ia melihat bahwa Abi yang menolongnya. Ya Abi yang tadi mereka bicarakan di GOR. Abimanyu Nalesha.
Telat sedetik saja tadi Abi menolongnya, tak ada yang tahu seperti apa nasib Anjani saat ini. Mereka yang khawatir pun langsung mendekati Anjani dan Abi. Termasuk juga Arjuna. Ia saat ini sudah melihat dari kejauhan keadaan Anjani.
"Astaga Anjani, lo ga papa kan Jan?" tanya Indi yang jongkok agar bisa melihat Anjani. Namun Anjani masih memeluk erat Abi dengan erat karena ketakutan.
"Astaga Abi, dahi lo berdarah bi" ujar Indi yang berhasil membuat Anjani melihat ke arah wajah Abi. Benar saja dahi Abi mengeluarkan darah walaupun tidak banyak tapi tetap ada luka yang di sebabkan karena menolong Anjani.
"Abi.. Lo... Lo berdarah" ujar Anjani sembari menangkup wajah Abi.
Hal itu membuat Abi terkejut, karena ini adalah kali pertama ada seorang cewek yang memegang wajahnya seperti ini dan ia mengamati di dalam kedekatan ini.
Sementara Arjuna yang melihat itu semua pun yang tadinya khawatir menjadi kesal karena drama yang di suguhkan oleh kedua orang tersebut.
Ck apaan sih dasar sok pahlawan. Banyak drama juga lagi. Batin Arjuna.
"Ga papa" ujar Abi mencoba untuk mengatakan pada Anjani tersebut.
"Bay, kita punya ruang kesehatan darurat kan di sini? Bawa mereka ke sana. Kalo udah nanti bawa lagi ke tempat pertemuan. Gua mau lapor sama ketua BEM dulu. Gimana bisa baliho kayak gini bisa jatuh dan hampir nimpa mahasiswa kita" ujar Arjuna yang langsung pergi dari sana. Ia akan mengatakan hal ini pada ketua BEM. Supaya hal seperti ini nantinya akan sampai ke rektorat juga.
"Calya, Razi. Tolong lo arahin anak-anak ke tempat pertemuan dan di suruh nunggu atau kalo ngga kalian kumpulin dulu nomor-nomor mereka selagi gua bawa Anjani sama Abi ke ruang kesehatan dan Arjuna lapor ke ketua BEM" ujar Bayu.
"Guys yang lainnya ikut kakak-kakak ini ya. Biar Arjuna sama Abi di bawa ke ruang kesehatan terlebih dahulu. Kalian ikut dulu ya" ujar Calya tersebut.
Mereka pun menuruti perintah dari kakak tingkat mereka.
"Anjani, lo bisa jalan sendiri?" tanya Bayu kali ini bukan bagian dari modusnya.
Anjani pun mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Bayu tersebut.
"Oke kalian ikut gua ya" ujar Bayu kepada mereka berdua.
Abi pun berdiri di ikuti dengan Anjani. Sewaktu sudah akan berjalan, tiba-tiba Anjani memegang kaos Abi dengan erat. Sebenarnya ia masih sangat takut sekali. Namun entah mengapa ia hanya bisa mengatakan hal ini kepada Abi saja.
"Boleh ga kalo gua megang kaos lo. Please" ujar Anjani yang masih gemetaran sembari menangis. Abi tidak menjawab permintaan dari Anjani, namun Abi langsung membawa tangan Anjani yang semula meremaa kaosnya saat ini Abi arahlan ke tangannya. Anjani pun saat ini menjadi meremas tangan Abi.
Mereka pun berjalan menuju ke ruang kesehatan.
Di jalan, banyak sekali orang yang melihat ke arah Anjani dan Abi beberapa orang yang mengetahui tentang baliho yang roboh itu pun turut kasian kepada Anjani. Namun mereka yang tidak tahu pun penasaran kenapa mereka di bawa oleh kakak tingkat. Banyak sekali spekulasi yang saat ini dibicarakan oleh mereka semua.
Sesampainya di ruang kesehatan banyak juga mahasiswa baru yang sakit atau pingsan. Mereka pun saat ini juga penasaran dengan dua orang yang baru datang itu.
"Kenapa Bay?" tanya Ghea yang memang merupakan teman Bayu yang bertugas di bagian kesehatan itu saat melihat Bayu dan dua mahasiswa baru itu.
"Korban baliho ambruk Ghe, yang cowok dahinya berdarah. Tolong di obatin ya" ujar Bayu meminta tolong kepada Ghea pada saat ini.
"Jadi baliho ambruk itu beneran Bay? Gua kira hoax" ujar Ghea.
"Duduk di sini ya" ujar Bayu kepada Anjani dan Abi. Mereka duduk di satu kasur karena kasur yang lainnya penuh. Anjani pun masih setia memegang tangan Arjuna sembari menangis. Bayu pun tak tahu harus berkata apa. Karena Anjani sedari tadi menangis. Bayu juga sangat tahu bagaimana jika ia yang berada di posisi Anjani pasti ia akan sangat ketakutan.
Abi pun di obati oleh Ghea.
"Kak, ada teh anget ga?" tanya Abi kepada mereka.
Mereka pun langsung diam dan melihat ke arah Abi.
"Ada kok, kamu mau minum bentar ya" ujar Bayu yang langsung sigap mengambil air dari Jumbo yang berisi air teh manis.
Luka Abi pun berhasil di obati bertepatan dengan Bayu yang membawa teh anget tersebut.
"Ini" ujar Bayu sembari memberikan kepada Abi.
"Makasih kak" jawab Abi. Setelah itu Abi tidak meminum minuman itu. Abi malah menghadap ke arah Anjani dan berbicara ke Anjani.
"Udah ga papa. Lo udah di sini. Lo udah aman. Ini minum dulu ya. Biar lo tenang" ujar Abi membuat para cewek yang ada di ruang kesahatan tersebut baper dengan perlakuan Abi itu. Bahkan ada yang sampai memvideo mereka.
"Makasih.. Abi" ujar Anjani.
Anjani pun meminum teh tersebut. Tangannya masih gemetaran. Tangan yang satu untuk meminum tehnya dan tangan yang satunya lagi masih memegang tangan Abi.
Sementara itu, saat ini Arjuna sedang berbicaralah kepada Elang yang merupakan Ketua BEM Universitas Garuda.
Arjuna memilih untuk langsung ke Ketua BEM Universitas bukan Fakultas agar keluhannya segera tersampaikan ke Rektor ataupun wakil Rektor.
"Elang, gua mau bicara bentar aja" ujar Arjuna.
"Iya gimana Jun?" tanya Elang.
"Lo mau rapat sama Rektor dan Wakil Rektor kan?" tanya Arjuna.
"Iya Jun, gimana?" tanya Elang.
"Tolong sampein ke Rektor atau Wakil Rektor kalo baliho di pintu masuk GOR sebelah selatan tadi ambruk dan hampir mengenai mahasiswa baru jurusan Manajemen Bisnis" ujar Arjuna yang membuat Elang langsung mendengar kan dengan seksama apa yang di bicarakan oleh Arjuna. Karena ini bukan masalah sepele.
"Terus gimana Jun? Anaknya ga papa kan?" tanya Elang.
"Dia ga papa karena ada yang nyelamatin. Tapi mereka ada sedikit luka gores cuman lo tau kan kalo aja ga ada yang nyelamatin gimana jadinya mahasiswa baru itu? Tolong ya lo bilang in ke Rektor atau Wakil Rektor kalo bisa evaluasi pemasangan baliho lagi. Takutnya kejadian kayak gini lagi. Karena ga cuman nyawa yang jadi taruhannya tapi psikis juga. Yang hampir kena tadi cewek dan gua yakin dia pasti ketakutan tadi. Tolong ya lo sampein. Kalo Rektor atau Wakil Rektor butuh bukti suruh buka i********: aja banyak yang udah share" ujar Arjuna.
"Oke Jun siap. Makasih ya infonya. Gua pergi dulu" ujar Elang yang langsung pergi untuk mengikuti rapat dengan Rektor beserta jajarannya.
Arjuna pun berjalan kembali ke tempat yang di gunakan oleh jurusan Manajemen Bisnis berkumpul.