06. Berbohong

1043 Kata
Lucy langsung menghentikan langkahnya, dan langsung berbalik ke arah Fiona yang sedang duduk. "Merepotkan!" Gerutu Lucy sambil bergegas menghampiri Fiona. Lucy jongkok di dekat Fiona dan memegang kaki Fiona. Lucy memijat-mijat lembut kaki Fiona, yang sedang Fiona pegangi. "Bagaimana? Masih terasa sakit?" Tanya Lucy yang mencemaskan Fiona. "I„ Iya." Dengan ragu Fiona mengangguk. ~Maafkan aku Lucy, aku enggak ada maksud ngebohongin kamu. Tapi gimana kalo aku ketinggalan, aku takut gelap dan enggak mau sendirian… Kalo aku pura-pura sakit gini, kamu pasti jalannya di samping aku.~ Fiona menatap Lucy dengan perasaan bersalah, karena Fiona hanya berpura-pura keseleo. ~Lucy emang beneran baik.~ Fiona tersenyum menatap Lucy. Lucy lalu memunggungi Fiona sambil berjongkok. "Cepat naik, aku akan menggendongmu." Lucy tanpa melirik Fiona. "Apa?!! Tidak„ Tidak perlu. Aku bisa jalan sendiri." Fiona dengan cepat menolak tawaran Lucy, sambil berdiri. Lucy menengok dan menarik lengan Fiona, sampai Fiona bersandar dipunggung Lucy. Lucy melingkarkan lengan Fiona di lehernya, dan dengan cepat Lucy mengambil pedang yang sebelumnya ia letakkan di atas tanah. "Jangan Lucy, aku sangat berat!" Fiona berusaha melepas rangkulannya. "Diamlah! Aku ingin cepat kembali ke rumah. Lagi pula ini bukan pertama kalinya." Lucy menarik kembali lengan Fiona. Lucy berdiri sambil menggendong Fiona, dan mulai berjalan. ~Jadi waktu itu, dia bawa aku kayak gini juga?! Serius?! Kuat juga cewek ini. Bahunya juga lebar sama kekar.~ Dalam hati Fiona. "Lucy, sini pedangnya aku pegangin?" Tawaran Fiona, yang melihat Lucy agak kesusahan memegang pedang karena sambil menggendong dirinya. ~Bodoh! Tidak mungkin aku serahkan pedang ini kepadamu, bagaimana jika semua ini adalah rencanamu. Lalu kau menebasku di saat aku lengah. Kau pikir aku sebodoh itu?!~ Pikir Lucy. ~Jawab kek, jangan diem-diem bae…~ Fiona. "Lucy„ Sudah berapa lama kau latihan pedang, sampai badanmu bisa kekar seperti ini?!" Fiona memegang dan memijat bahu Lucy sambil terkagum-kagum. "Hei!! Berani-beraninya kau menyentuhku, tanpa ada rasa malu sedikitpun?! Diamlah! Atau aku akan memberikanmu kepada binatang buas, sebagai santapan mereka?!" Lucy sangat jengkel kepada Fiona yang tubuh dan mulutnya tidak bisa diam sejak tadi. "Baiklah„ Baiklah„ Aku akan diam. Kau membuatku takut." Fiona memeluk Lucy lebih erat. ~Tubuhnya dingin„ Apa karena hatinya dingin, jadi tubuhnya Lucy juga ikutan dingin?~ Bual Fiona dalam hati. ~Tenanglah Lucy, aku akan menghangatkanmu. Aku akan balas budi dan membantumu sebelum aku kembali ke duniaku.~ Fiona terdiam dan bersungguh-sungguh dari hatinya yang terdalam. ~Tubuh wanita ini sangat hangat, ini membuatku nyaman… Ah„ Apa yang kau pikirkan, Lucy?! Sadarlah!! Wanita ini bisa saja berpura-pura baik„ Aku akan menyelidikinya terlebih dahulu.~ Pikir Lucy yang hatinya sedang bergejolak. *** Sesampainya di rumah kediaman jenderal Kelvin, Lucy menurunkan Fiona. Fiona dan Lucy sudah melewati gerbang. Fiona masih berpura-pura sakit, sambil berjalan memegangi lengan Lucy yang berjalan beriringan dengannya. Saat menuju kamar Lucy, Fiona dari kejauhan melihat Bibi Rose sedang melewati koridor. Fiona terkejut dan dengan refleks menarik lengan Lucy untuk bersembunyi di balik pilar. Lucy terkejut karena Fiona mendorong tubuhnya sampai bersandar pada pilar. Tangan Fiona memegang lengan Lucy, kedua mata Fiona mengawasi pergerakan Bibi Rose yang tidak menyadari keberadaan mereka. Lucy sesaat terpesona kepada Fiona, dan jantungnya berdegup dengan cepat karena wajah Fiona berada dekat dengannya. ~Lucy! Sadarlah! Apa yang sedang kau pikirkan?!~ Lucy berusaha menyadarkan kembali pikirannya. "Diam! Ada Bibi Rose„ Kita akan kena masalah, jika Bibi Rose mengetahui kita masih berkeliaran di sini." Bisik Fiona sambil menatap Lucy, lalu menengok ke arah Bibi Rose kembali. Lucy teringat saat Fiona yabg refleks mendorongnya tadi, Lucy langsung melihat ke arah bawah Fiona. ~Wanita gila! Kau berbohong. Ternyata kakimu baik-baik saja.~ Lucy menyadari jika kaki Fiona baik-baik saja. Tak lama, Bibi Rose yang hanya sekedar lewat saja pun sudah tak terlihat lagi oleh Fiona. "Ahh,, Syukurlah. Sekarang sudah aman. Bibi Rose sudah pergi." Fiona menghela nafas dan menatap Lucy. Lucy langsung menarik pinggang Fiona, sampai jarak di antara mereka sangat dekat. Fiona yang terkejut, langsung memegangi lengan dan menatap Lucy. "Lu„ Lucy„ Kau kenapa?" Mata Fiona terbelalak dan jantungnya berdegup kencang. Entah mengapa Fiona malah terbawa suasana dan terpesona kepada Lucy, darahnya seperti berdesir. ~Kenapa wajahnya tidak asing buatku?~ Fiona masih terpesona menatap Lucy. "Beraninya kau membohongiku!" Lucy menatap tajam Fiona. "A„ Aku…." Fiona tergagap. ~Apa yang aku pikirkan, apa aku sudah gila?!! Perasaan apa ini?? Ga mungkin aku„~ Fiona keheranan sendiri, dengan apa yang dia rasakan saat ini. "Kau mengabaikanku, lagi?!!" Lucy masih terlihat marah kepada Fiona, dan melepaskan Fiona. Lucy yang kesal akhirnya meninggalkan Fiona, untuk berjalan menuju kamarnya dan di ikuti Fiona. Fiona takut Lucy akan sangat kecewa kepadanya dan menyusul Lucy, sambil memperhatikan sekitarnya. Fiona berjaga-jaga juga, karena takut ada orang lain yang lewat atau memergoki mereka. "Lucy„ Maaf. Aku tidak bermaksud seperti itu. Sungguh aku tidak bermaksud membohongimu„ Aku benar-benar minta maaf. Aku bersalah… Aku takut gelap, aku takut kau tinggalkan. Aku benci sendirian…." Fiona cemas, sambil celingukan mengamati sekitar. Lucy menghentikan langkahnya, sampai Fiona menabrak punggungnya. "Ah, maaf„ Maaf." Fiona sambil mengusap-usap kepalanya, yang membentur punggung Lucy. Lucy berbalik, dan menatap Fiona. "Kau tidak berbohong lagi, kan?" Lucy menatap Fiona dengan tatapan polos. "Hmm?" Fiona kebingungan. "Apa, yang tadi kau ucapkan itu benar? Kau„ Kau„" Lucy ragu dan malu. "Apa?" Fiona semakin mendekati Lucy. "Apa kau, takut aku tinggalkan? Kau juga benci sendirian?" Lucy menatap lembut Fiona. ~Lucy kenapa? Apa dia juga merasakan hal yang sama? Aduh anak ini, imut juga. Polos banget.~ Fiona. "Iya Lucy, aku mengatakan yang sebenarnya. Maafkan aku." Fiona memasang wajah sedih. Fiona tulus ingin bersahabat dengan Lucy, dan tidak ingin kehilangan Lucy yang menurutnya banyak kemiripan di antara mereka. "Aku memaafkanmu." Lucy lalu berbalik kembali dan berjalan menuju kamarnya. "Benarkah? Terima kasih, Lucy." Fiona senang dan tersenyum lebar, sambil mengikuti langkah kaki Lucy. "Lucy, apa sekarang kita berteman?" Fiona menatap Lucy yang kini berada di sampingnya. ~Baiklah, tidak ada ruginya juga. Dan aku bisa mengawasinya lebih mudah.~ Lucy mengangguk. Fiona tersenyum lebar. Sesampainya di depan pintu kamar Lucy. "Kalau begitu, apa kita bisa tidur bersama? Kitakan, sudah berteman." Fiona tersenyum. ~Aku juga ingin merasakan tidur bersama sahabatku. Biasanya waktu sekolah dulu, teman-temanku melakukan itu. Sayangnya aku tidak diajak. Tapi sekarang aku sudah punya sahabat sejati. Hehe….~ Fiona tersenyum. ~Wanita ini, kenapa tidak punya rasa malu?? Bisa-bisanya mengajak aku bermalam dengannya. Tidak waras!~ Pikir Lucy. "Di sana!" Lucy menunjuk ke suatu arah. Fiona langsung menatap ke arah yang Lucy tuju. Namun saat Fiona memalingkan wajahnya, Lucy yang menipu Fiona langsung bergegas masuk ke kamarnya. Lucy langsung menutup dan mengunci pintu kamarnya. "Hei, Lucy! Buka pintunya!" Fiona mengetuk pintu kamar Lucy. Lucy membiarkan dan tidak mempedulikan Fiona. "Kau berbohong! Kau juga membohongiku„ Kalau begitu, kita impas ya? Padahal aku ingin tidur bersamamu. Tidak apa-apa, masih bisa lain kali… Baiklah, kalau begitu sampai besok Lucy." Fiona akhirnya menyerah dan memutuskan untuk kembali ke kamarnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN