04. Bangga

1522 Kata
Lucy dengan perlahan berjalan mendekat ke Fiona yang sedang berbaring di tempat tidurnya. "Apa dia orang baik?" Lucy menatap Fiona dari arah dekat, sambil menyelimuti Fiona. Fiona yang terbangun, kaget saat melihat Lucy yang berada di dekatnya. "Lucy!!" Fiona hendak duduk. Kepala Fiona langsung membentur kepala Lucy yang sedang menyelimutinya, dengan cukup keras. "Aaarrghh!!!" Lucy langsung berdiri sambil mengusap-usap kepalanya yang kesakitan, karena terbentur oleh kepala Fiona. "Aduh! Sakit„ Eh, Lucy… Maaf, enggak sengaja… Aku tidak sengaja melakukannya. Kau tidak apa-apa??" Fiona langsung berdiri dan mendekati Lucy, sambil memegang kepalanya juga yang sakit. "Beraninya, kau!!" Lucy yang masih memegang kepalanya, menatap Fiona dengan kesal. ~Wanita gila„ Aku salah berpikir, tadi… Ternyata dia benar-benar sudah gila. Bisa-bisanya dia memukul kepala seorang pangeran!~ Dalam hati Lucy yang sedang kesal kepada Fiona. Fiona berusaha menyentuh kepala Lucy yang terbentur tadi. Lucy kali ini siaga, dan langsung memegang lengan Fiona lebih dahulu, sebelum tangan Fiona sampai di kepala Lucy. "Jangan menyentuhku!!" Bentak Lucy kepada Fiona, sambil melototi Fiona. Fiona yang terkejut langsung terdiam, dengan kedua bola matanya terbelalak. ~Astaga! Mau ngamuk ya, dia? Serem juga. Padahal dia, yang nyentuh tangan aku.~ Dalam hati Fiona sambil menatap Lucy, dan tangannya masih digenggam Lucy. Lucy menarik lengan Fiona dan menyeretnya ke dekat pintu kamarnya. "Seharusnya aku tidak menyelamatkan wanita ini! Dimana akal sehatku, saat itu?" Gerutu Lucy dengan suara pelan, sambil menarik lengan Fiona dan membawanya ke arah pintu kamar Lucy. ~Apa?! Jadi yang menyelamatkan aku itu, Lucy?! Terus kenapa yang lainnya bilang, aku diselamatkan jenderal Kelvin?~ Fiona yang masih bisa mendengar suara Lucy. Lucy membuka pintu kamarnya, dan hendak menghempaskan Fiona agar keluar dari kamarnya. "Lucy„ Lucy„ Tunggu sebentar… Apa maksudmu tadi? Jadi kau yang menyelamatkan aku?!" Fiona menatap Lucy, sambil mendekap lengan Lucy. Jarak di antara Fiona dan Lucy begitu dekat. Lucy kaget karena sebelumnya tidak pernah ada yang berani mendekatinya, namun Fiona malah mendekap tangannya sampai tangannya menyentuh bagian sensitif Fiona yang empuk. ~Apa yang wanita gila ini lakukan? Kenapa menyentuhku tanpa punya rasa malu sedikitpun?!~ Pikir Lucy yang jantungnya berdetak lebih cepat, sambil melirik Fiona yang berada di sampingnya. "Jangan dekat-dekat, denganku!!!" Bentak Lucy dengan wajahnya yang merona. Lucy berusaha melepaskan genggaman Fiona. "Iya„ Tapi kau ceritakan dulu. Sebenarnya apa yang terjadi padaku, waktu itu? Jadi kau yang menyelamatkanku? Bukan jenderal Kelvin?!" Fiona menggenggam lengan Lucy semakin erat. ~Kuat juga, wanita ini!~ Lucy berusaha terus melepaskan lengan Fiona. "Bicara apa, kau?! Cepat, keluar dari kamarku!!" Lucy. "Iya, aku akan keluar. Tapi setelah kau ceritakan kepadaku, kejadian yang sebenarnya." Fiona. ~Jika benar dia yang menyelamatkanku, dia benar-benar gadis yang baik. Ternyata kita sama. Aku bisa bersahabat dengannya.~ Dalam hati Fiona, sambil merasa senang. Lucy berhasil melepaskan lengan Fiona, dan segera menghempaskan Fiona sampai keluar dari kamarnya. Setelah Fiona berada di luar kamar Lucy, dengan cepat Lucy menutup pintu kamarnya. Fiona berusaha masuk kembali ke kamar Lucy sambil mengetuk pintu Lucy. "Lucy, tunggu! Buka pintunya!!" Teriak Fiona sambil terus mengetuk pintu kamar Lucy. "Pergi!! Dasar wanita gila!!" Teriak Lucy dari dalam kamarnya. "Ceritakan dulu. Aku akan pergi, setelah kau ceritakan semuanya kepadaku. Ayo cepat, buka pintunya!!" Fiona bersikukuh. Fiona terus berusaha membuka pintu kamar Lucy, sambil mengetuk beberapa kali pintu kamar Lucy. Kini tidak ada jawaban lagi dari Lucy, Lucy membiarkan Fiona yang dianggapnya sebagai wanita gila. Vivian yang tidak sengaja lewat saat itu, langsung terkejut ketika melihat dan mendengar Fiona. "Ya ampun„ Apa yang sedang Nona Fiona lakukan?!!" Vivian terkejut, sambil berlari mendekati Fiona yang membuat keributan di depan kamar Lucy. "Nona!! Apa yang sedang kau lakukan?!! Ayo cepat, kita pergi dari sini!" Vivian panik sambil menatap Fiona. Vivian langsung menarik lengan Fiona, dan membawanya agar segera pergi meninggalkan kamar Lucy. "Tunggu dulu, Vivian! Ada sesuatu yang penting yang mau aku tanyakan kepadanya. Kenapa kau menarik aku seperti ini?!" Fiona ikut terseret oleh Vivian. "Apa Nona benar-benar tidak ingin hidup lagi?! Tindakan Nona itu sangat ceroboh. Yang Mulia Lucy, pasti akan membunuh Nona. Lalu bagaimana jika Bibi Rose mengetahuinya juga, Nona dan aku pasti akan kena hukuman." Vivian berbicara tanpa menghentikan langkahnya. "Tapi„" Fiona. "Nona, tolonglah. Aku mohon. Jika Bibi Rose tahu, aku akan kena hukuman yang berat." Vivian memelas kepada Fiona. "Baiklah." Fiona yang merasa kasihan kepada Vivian, akhirnya menurut. *** Fiona kelelahan, karena seharian ini harus membaca buku-buku yang Bibi Rose berikan kepadanya. Fiona harus menghafal buku-buku tersebut. Fiona berbaring di atas kasurnya. "Haaaahh„ Kalo di dunia lain pun, masa harus ada ujian kayak gini juga sih?! Mata aku juling nih, kalo harus tiap hari kayak gini." Fiona menghela nafas. "Oh iya„ Aku jadi ga sempet lihat Lucy deh, jadinya. Udah sore kayak gini. Dia udah makan belum, ya? Biar aku yang anterin makanan buat dia aja,, Hehe… Alasan bagus untuk ketemu dia. Jadi bisa tanya lagi ke dia, apa benar dia yang nyelametin aku waktu itu?" Fiona duduk di atas tempat tidurnya. Saat Fiona hendak keluar dari kamarnya, Vivian datang dengan membawakan makanan untuk Fiona. Atas perintah Bibi Rose, Vivian melarang Fiona untuk keluar kamar. Fiona agak kesal, namun hanya bisa menurut saja. *** Malam harinya, ketika sudah sepi. Fiona mengendap-endap keluar dari kamarnya, untuk menuju ke kamar Lucy. Sebelum sampai di kamar Lucy, Fiona dari kejauhan melihat Lucy yang sedang berjalan sambil melihat sekitarnya dengan hati-hati. Fiona langsung sembunyi. "Si Lucy, ngapain? Bawa apaan tuh? Mau kemana ya, dia? Ikutin ah." Fiona penasaran, sekaligus ingin membicarakan hal yang belum sempat ia tanyakan. Lucy yang membawa sebuah benda yang di bungkus oleh kain hitam, berjalan keluar melewati pintu gerbang di ikuti Fiona. Lucy terus berjalan dan tidak curiga ada seseorang yang mengikutinya, karena selama ini tidak pernah ada orang yang mengikutinya. ~Mau kemana sih, nih anak? Ga takut apa cewek keluar malem-malem, ngelewatin hutan kayak gini?~ Fiona sambil tergesa-gesa mengikuti langkah kaki Lucy. Lucy dan Fiona berjalan melewati pohon-pohon bambu. Dan sesampainya di dekat sungai, Lucy membuka bungkusan kain hitam yang ia bawa tadi dan menggenggamnya. ~Apaan tuh? Eh„ Pedang??~ Dalam hati Fiona. Fiona bersembunyi di balik semak-semak dan terus memperhatikan Lucy. Ternyata Lucy datang ke dekat sungai untuk berlatih pedang. Fiona dengan kagum terus memperhatikan Lucy tanpa mengeluarkan suara, sambil jongkok. ~Kayaknya emang Lucy yang nyelametin aku waktu itu deh„ Kayaknya dia udah biasa latihan pedang disini. Mungkin waktu dia latihan kayak gini, waktu itu aku hanyut di sungai itu. Terus Lucy nolong aku„ Hmm… Bisa jadi kayak gitu.~ Pikir Fiona sambil melihat ke arah sungai dan Lucy yang masih berlatih pedang. ~Lucy keren banget!~ Dalam hati Fiona. Karena sudah jongkok agak lama, Fiona merasakan kesemutan pada kedua kakinya. "Aduh! Kesemutan…" Fiona dengan suara pelan menyelonjorkan kakinya, dan memijat-mijat lembut kakinya yang kesemutan. Dan tiba-tiba sebuah pedang, terhunus di depan Fiona. Lucy curiga, karena semak-semak yang terus bergerak-gerak. "Apa yang kau lakukan, disini?!" Dengan tatapan dingin dan tajam, Lucy menghunuskan pedang ke depan Fiona. "Ah, bikin kaget aja." Fiona melihat ke atas, ke wajah Lucy dengan santainya. Lalu dengan santai Fiona memijat kakinya kembali. ~Apa yang dia lakukan? Apa dia mengabaikanku?!!~ Lucy kesal kepada Fiona yang masih duduk santai, saat pedang masih menghunus dihadapan Fiona. "Hei!! Beraninya kau mengabaikanku!! Cepat, jawab pertanyaanku. Kenapa kau bisa ada disini?!!" Lucy kesal. "Aku tidak mengabaikanmu. Aku kesini karena mengikutimu." Fiona masih dengan santainya duduk, dan menatap Lucy. ~Wanita ini??! Apa dia ini polos, atau bodoh? Dia bilang, dia disini karena mengikutiku? MENGIKUTIKU?!! Bisa-bisanya mengatakan hal itu dengan mudahnya.~ Lucy mengerutkan keningnya. "Apa yang kau inginkan?! Kenapa kau mengikutiku?!" Lucy masih belum menarik pedangnya. "Hmm„ Kau pura-pura lupa, ya? Hehe„ Aku mencarimu, karena ingin menanyakan hal yang tadi pagi belum kau jawab." Fiona berdiri. "Apa itu?!!" Lucy kesal dan benar-benar tidak mengingatnya. "Kau ini pelupa, atau pura-pura lupa?" Fiona menatap Lucy, sambil tersenyum dan mengangkat alisnya. "Cepat katakan saja, jangan banyak bicara!!" Lucy semakin kesal. "Baiklah, tapi singkirkan dulu pedangnya." Fiona. ~Aku tahu, kamu enggak akan menusuk aku. Tapi gimana pun juga itu pedang asli„ Kalau kena sedikit aja, pasti bakalan sakit.~ Dalam hati Fiona. ~Pintar juga wanita ini„ Pasti karena tertangkap basah, olehku. Jadi sejak tadi, dia berpura-pura bodoh. Setelah aku menarik kembali pedangku, dia pasti akan melarikan diri… Kita lihat saja, melarikan diri kemana pun akan aku tangkap!~ Lucy menarik kembali pedangnya dari hadapan Fiona, untuk memancing Fiona yang menurutnya adalah seorang mata-mata raja Jarren(raja saat ini). Fiona yang kesemutannya sudah hilang, perlahan berdiri. Lucy siaga, dan berpura-pura menurunkan pedang yang masih digenggam tangan kanannya. Fiona dengan tersenyum lebar dengan cepat merangkul Lucy, sampai Lucy terkejut dan terdiam. Fiona melingkarkan kedua tangannya di atas bahu Lucy yang lebih tinggi darinya, sampai Lucy agak menunduk ke arahnya. "Lucy, aku bangga kepadamu. Saat orang-orang mengucilkanmu, kau kuat dan tidak terpuruk. Kau hebat! Kau bahkan tidak mau mengakui, kalau kau yang telah menyelamatkanku. Dan malah orang lain yang mendapatkan pujian atas kebaikanmu. Aku tahu apa yang kau rasakan, karena aku pernah mengalaminya. Kita sama„ Ah, tidak kau jauh lebih kuat dariku." Mata Fiona berkaca-kaca dan perlahan melepaskan rangkulannya. Fiona menatap Lucy dengan haru dan mata yang berkaca-kaca. Lucy yang jantungnya berdebar dengan cepat, menatap Fiona dan melihat ketulusan dari mata Fiona. Lucy terdiam membeku di tempat, dengan jantungnya yang masih berdebar cepat. "Anak pintar." Fiona tersenyum sambil mengelus-elus kepala Lucy. Wajah Lucy merona, hati Lucy tiba-tiba merasa hangat setelah Fiona mengusap kepalanya. Lucy terkejut dan mendorong Fiona sampai terjatuh ke atas semak-semak. "Aduh! Apa yang kau lakukan?!" Fiona yang berbaring di atas rumput dengan wajah Lucy yang tepat berada di depannya. "Diam!!" Lucy melihat Fiona sambil tangan kirinya menggenggam lengan kanan Fiona, dan tangan kanan Lucy menggenggam pedangnya. Wajah Lucy berubah kembali menjadi serius dan penuh kebencian. "Sakit, tahu!! Kamu main dorong aj,, ehmmhh!!" Fiona terkejut dan terdiam, saat Lucy tiba-tiba mencium bibirnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN