03. Ditakdirkan

1390 Kata
Setelah selesai membersihkan diri, Fiona yang dibantu oleh Vivian kembali ke kamar Fiona. Saat masuk ke kamar Fiona, Bibi Rose sudah duduk di kursi sambil meminum secangkir teh hangat. "Kemarilah, Nona Muda. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu… Dan Vivian, kau boleh pergi." Bibi Rose yang berdiri sambil melirik ke arah Fiona dan Vivian. "Baik Bibi Rose, kalau begitu aku permisi." Vivian pergi meninggalkan Fiona dan Bibi Rose. Fiona duduk di sebrang tempat duduk Bibi Rose. Singkat cerita, Bibi Rose menceritakan kejadian saat Fiona di bawa oleh Jenderal Kelvin ke tempat saat ini Fiona berada. Dan Jenderal Kelvin sebenarnya adalah seorang putra raja Stephen, yaitu raja terdahulu yang di kudeta oleh saudaranya sendiri Aaron. Raja Aaron yang jahat meninggal karena di racun oleh anaknya sendiri yang lebih kejam dari dirinya, anaknya bernama Jarren. Jarren adalah seorang raja yang kejam, dan siapa pun yang menentang dirinya akan ia habisi dengan keji. Para rakyat saat ini pun di buat menderita, oleh raja Jarren. Namun tidak ada yang berani kepada raja Jarren karena kekuatannya, dan tidak ada satu orang pun yang bisa melawannya. Raja terdahulu telah meramalkan hal yang akan terjadi saat ini, dan pemberontakan waktu itu terjadi saat Lucy dilahirkan. Kelvin masih berusia 7 tahun saat pemberontakan terjadi, Lucy adalah adik kandung Kelvin. Sedangkan kakak-kakak Kelvin yang lain di bunuh, saat pemberontakan terjadi. Saat semua anggota kerajaan di habisi satu persatu, Raja dan Ratu terdahulu menitipkan Lucy dan Kelvin kepada Bibi Rose. Setelah Bibi Rose menceritakan panjang lebar kepada Fiona. "Jadi, begitu ceritanya Nona. Nona sudah ditakdirkan dengan pangeran Kelvin. Pesan dari Raja terdahulu„ Bahwa keturunan Raja terdahulu dengan seorang wanita muda yang memiliki kalung batu permata merah dengan bola kaca, yang bisa menghentikan musibah ini. Nona, kami mohon kepada Nona, untuk bersedia membantu kami. Menikahlah dengan Pangeran Kelvin, dan segeralah mempunyai keturunan." Bibi Rose menggenggam tangan Fiona. ~Ya ampun, aku berasa jadi kayak orang penting. Ah„ Pantes aja waktu aku masuk ke dunia ini, banyak kekacauan yang terjadi. Gara-gara raja yang kejam, ya? Oh iya, aku juga mau nanyain sesuatu.~ Pikir Fiona. "Sebelum aku menjawab pertanyaan Bibi Rose, ada yang ingin aku tanyakan terlebih dahulu?" Fiona. "Iya Nona, silahkan." Bibi Rose tersenyum. "Kenapa di sini tidak ada pria? Hanya para wanita saja?" Fiona yang sejak sadar dari pingsannya, hanya melihat para wanita saja di kediaman(rumah) jenderal. ~Nona, tidak mengetahui jika di sini ada seorang pangeran yang lainnya, selain pangeran Kelvin. Tidak„ Ratu terdahulu sudah berpesan agar identitas pangeran Lucy tidak di ketahui oleh orang lain.~ Bibi Rose. "Ah, mengenai hal itu. Semua wanita di sini adalah korban pemerkosaan para prajurit yang di perintahkan oleh Raja Jarren, mereka yang ada di sini di selamatkan oleh Yang Mulia Kelvin. Dan sebenarnya kediaman ini, tidak di ketahui oleh Raja Jarren. Jika keberadaan tempat ini diketahui oleh Raja Jarren, mungkin kita semua akan berakhir… Yang Mulia Kelvin menyamar sebagai seorang jenderal, untuk mengetahui kelemahan Raja Jarren. Semua itu dilakukan untuk pangeran agar rencana pemberontakan nanti berjalan dengan baik. Dan sebagian dari para wanita di sini juga bisa bertarung… Apa ada lagi, yang ingin Nona tanyakan?" Bibi Rose. ~Jadi semua pelayan di sini sama sepertiku, telah dinodai oleh pasukan bar-bar b******k. Ah„ Aku sudah khawatir, aku rasa jenderal Kelvin ini bukan jenderal yang waktu itu memperkosa aku. Jenderal Kelvin malah membantu para korban„ Beruntung banget aku bisa nikah sama pangeran yang baik hati. Hehe,, Kapan lagi, coba? Vivian juga pernah bilang, kalo jenderal yang ini orangnya cakep kan? Wah, kakek„ Fiona sayang kakek, makasih kek.~ Fiona tersenyum. "Nona„ Nona„ Apa Nona baik-baik saja?" Bibi Rose berusaha menyadarkan Fiona yang sedang melamun. "Ah, iya Bibi Rose. Maaf, aku baik-baik saja… Dengan senang hati, aku bersedia membantu pangeran. Ada yang ingin aku tanyakan lagi, Bibi Rose„ Mengenai Lucy, jika dia seorang putri„" Fiona belum selesai bicara, namun sudah terpotong oleh Bibi Rose. "Nona, tolong abaikan saja mengenai anak itu. Dia adalah kutukan, sebaiknya Nona menjauhinya. Dia yang membawa malapetaka ini. Aku tidak mengerti kenapa Yang Mulia Raja dan Ratu terdahulu menginginkan anak ini hidup, dan dititipkan kepadaku." Bibi Rose terlihat kesal. "Jika bukan karena itu, aku tidak ingin anak pembawa sial ini berada di dekat Yang Mulia Kelvin." Gumam Bibi Rose dengan suara kecil, namun masih bisa terdengar jelas oleh Fiona. ~Kenapa Bibi Rose juga tidak menyukai Lucy? Padahal bukan keinginan Lucy untuk hidup dan terlahir seperti itu. Aku tahu apa yang Lucy rasakan, karena aku pun seperti itu.~ Fiona sedih. "Ah„ Sudahlah jangan membahas anak itu lagi. Aku sangat berterima kasih kepada Nona Angela. Nona sudah membuat keputusan yang tepat… Mengenai pernikahan Nona dan Pangeran Kelvin, akan dilakukan setelah pangeran Kelvin kembali. Tapi dengan kondisi seperti ini, kami hanya bisa melakukan ritual biasa saja. Apa Nona keberatan?" Tanya Bibi Rose sambil tersenyum. "Tidak, Bibi. Tidak apa-apa. Aku tidak keberatan. Oh iya, Bibi Rose, namaku bukan Angela. Tapi namaku Fiona." Fiona tersenyum. "Aaah„ Begitu, baiklah Nona Fiona. Kalau tidak ada yang ditanyakan lagi, aku permisi." Bibi Rose tersenyum canggung. "Iya, Bibi Rose." Fiona tersenyum. "Bukankah Pangeran Kelvin sendiri yang memberitahuku, jika namanya adalah Angela? Hmm, apa aku salah mendengar?" Gumam Bibi Rose dengan sangat pelan sambil meninggalkan kamar Fiona, dan Fiona tidak mendengarnya. Setelah Bibi Rose pergi. "Kayaknya aku pernah denger nama Angela, deh? Dimana, ya? Hmm,, Ah di dunia asliku juga banyak kan, yang namanya Angela,, Iya juga ya, hehe…." Fiona tersenyum sambil melihat-lihat isi kamarnya. Sore harinya, Fiona pergi keluar kamarnya dan berjalan di koridor. Fiona tidak sengaja melihat dua orang pelayan sedang berdebat sambil membawa nampan yang berisi makanan. Saat Fiona dekati, ternyata kedua pelayan itu akan mengantarkan makanan kepada Lucy. Namun kedua pelayan itu ketakutan kepada Lucy. Fiona dengan senang hati membantu mereka untuk memberikan makanan itu kepada Lucy, karena sebenarnya Fiona ingin berteman dan mendekati Lucy. Fiona sudah beberapa kali mengetuk pintu kamar Lucy, namun tidak ada jawaban. Fiona akhirnya masuk ke kamar Lucy yang tidak di kunci itu. Saat masuk ke kamar Lucy, Fiona menyimpan makanan Lucy di atas meja. Fiona melihat Lucy sedang berbaring di atas ranjang yang terbuat dari kayu. Fiona berjalan mendekati Lucy. "Lucy, bangun! Ini makanannya, nanti jadi dingin dan tidak enak. Makanlah dulu." Fiona menepuk lengan Lucy, namun Lucy tidak bergerak sedikitpun. Fiona melihat wajah Lucy yang merah dan nafas Lucy yang tidak beraturan. ~Eh, apa dia sakit?~ Fiona menyentuh kening Lucy yang sedang memejamkan matanya itu. "Ya ampun! Kamu demam. Tunggu sebentar„ Aku ambilin obat sama alat buat kompres kamu, dulu." Fiona segera keluar dari kamar Lucy. Fiona mencari Vivian dan meminta membantunya untuk menyiapkan kain dan air hangat untuk mengompres Lucy yang sedang demam. "Nona, biarkan saja. Dia sering seperti itu„ Nanti juga akan sembuh dengan sendirinya." Vivian yang mengambil baskom yang berisi air hangat. ~Jadi Lucy sering kayak gitu, ya? Tega banget sih, sampe dibiarin?~ Fiona. "Berikan padaku. Lalu dimana handuk kecil atau kainnya?" Tanya Fiona yang mengambil baskom dari tangan Vivian. "Nona„ Biarkan saja jika Bibi Rose tahu, Nona akan di marahi dan aku akan terkena hukuman." Vivian dengan cemas. "Sudah, tenang saja. Jangan khawatir„ Selama kau diam saja dan tutup mulut, kita tidak akan ketahuan. Sekarang, cepat bawakan kainnya!" Perintah Fiona. Setelah Vivian memberikan apa yang Fiona mau, Fiona langsung bergegas ke kamar Lucy. Fiona merawat Lucy yang sedang demam, sampai larut malam. Fiona yang mengantuk, menyandarkan kepalanya di tempat tidur Lucy. "Aduh„ Punggungku sakit! Pegel banget." Fiona terbangun karena posisi tidur yang membuatnya tidak nyaman. Fiona memegang kening Lucy, dan demam Lucy mulai menurun. ~Aku tidur di samping Lucy aja deh. Sama-sama cewek ini. Demamnya juga udah turun, jadi ga akan ketularan.~ Fiona bangun, lalu berbaring di samping Lucy. Dini hari, Lucy terbangun. Lucy begitu kaget, karena saat ia terbangun sudah ada tangan dan kaki kiri Fiona yang mendarat di atas tubuh Lucy. "Apa ini??" Lucy yang baru tersadar, merasakan berat ditubuhnya. "Dan apa ini, yang ada di kepalaku?" Lucy mengambil kain bekas kompresannya, yang menempel di kening Lucy. Lucy menengok ke arah kiri dan semakin terkejut, karena Fiona yang masih memejamkan mata tidur di sampingnya. ~Wanita gila!! Apa yang sedang dia lakukan di kamarku?!! Kenapa dia bisa berada di sini?!! Bisa-bisanya dia tidur nyenyak dengan pria asing yang baru dia kenal. Apa wanita yang ku selamatkan ini, gila sungguhan?? Aku menyesali apa yang telah aku lakukan„ Kenapa aku harus menyelamatkannya, waktu itu?!~ Lucy yang kesal, sambil berusaha menyingkirkan tangan dan kaki Fiona dari atas tubuhnya. Setelah terbebas dari Fiona, Lucy turun dari tempat tidurnya. Lucy melihat ada baskom berisi air dan semangkuk bubur di atas meja. "Apa dia, yang melakukannya? Apa dia yang merawat ku, kemarin?" Lucy melirik Fiona yang masih berbaring di tempat tidurnya. Lucy yang awalnya kesal kepada Fiona, kini ia menatap Fiona dengan tatapan yang berbeda.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN