08. Lupa

1430 Kata
Keesokan harinya. Seperti biasa, Bibi Rose memberikan banyak tugas kepada Fiona. Vivian pun tidak berhenti mengikuti dan menemani Fiona, sampai Fiona kesulitan bertemu dengan Lucy. Dengan alasan ingin buang air kecil, Fiona diam-diam menemui Lucy sebentar saat siang hari. Di dekat kamar Lucy. "Lucy, nanti kita makan bersama. Tunggu aku, ya. Jangan makan dulu, sebelum aku datang. Aku sedang diberi banyak tugas oleh Bibi Rose. Aku akan segera menemuimu kembali." Fiona menatap Lucy. "Hmm…" Lucy mengangguk pelan. Fiona sambil melirik kanan dan kiri, mengawasi agar tidak ada orang lain yang melihatnya bersama Lucy. Fiona dilarang bertemu dengan Lucy oleh Bibi Rose. "Aku tidak bisa berlama-lama disini. Kalau begitu sampai bertemu nanti sore. Dadah…" Fiona berjalan mundur perlahan sambil menatap Lucy dengan senyuman diwajahnya, dan melambaikan tangannya kepada Lucy. ~Dadah?? Apa yang dia maksud?~ Tanpa Lucy sadari, Lucy pun hendak melambaikan tangannya sambil menatap Fiona. Lucy seketika tersadar dan merasa malu, Lucy langsung menurunkan kembali tangannya yang hendak melambai kepada Fiona. ~Apa yang sudah aku lakukan?!~ Lucy yang merasa malu, langsung memalingkan wajahnya dari Fiona. ~Lucy lucu banget, sih. Malu-malunya itu, bikin gemes! Hehe.~ Fiona yang melihat tingkah Lucy, langsung tersenyum lebar. Fiona pergi meninggalkan Lucy untuk kembali ke kamarnya. *** Setelah menyelesaikan tugas-tugas yang di berikan oleh Bibi Rose, Fiona pergi diam-diam ke kamar Lucy. Malam hari, di depan pintu kamar Lucy. "Lucy, buka pintunya. Ini aku, Fiona." Fiona sambil mengetuk pelan pintu kamar Lucy. Setelah agak lama, akhirnya Lucy membuka pintu kamarnya. Lucy cemberut sambil memalingkan wajahnya dari Fiona. ~Si Lucy ko mukanya asem gitu, sih?~ Fiona menatap Lucy. Tanpa berlama-lama, Fiona langsung masuk ke kamar Lucy. Saat hendak duduk, Fiona langsung terkejut. Fiona melihat di atas meja Lucy ada satu nampan makanan yang masih utuh. ~Ya ampun!! Aku lupa! Tadi siang kan, aku bilang mau makan bareng sama Lucy. Tapi lupa„ Gara-gara disuruh merangkai bunga, sih. Lucy beneran enggak makan gara-gara nungguin aku, ya?! Pantesan mukanya asem, kayak gitu.~ Fiona melirik Lucy. Lucy sedang membungkus pedangnya dengan kain hitam, dan Lucy masih menekuk wajahnya. Fiona sambil cengar-cengir mendekati Lucy. "Lucy„ Maafkan aku… Aku benar-benar lupa. Tapi itu tidak disengaja! Kau jangan marah, ya?" Fiona sambil menarik-narik lengan Lucy. ~Apa?!! Dia lupa?!! Bisa-bisanya dia melupakan janjinya. Padahal dia belum tua. Dasar wanita menyebalkan!!~ Lucy yang semakin kesal, langsung melepaskan tangan Fiona yang terus menerus menarik-narik lengannya. "Lucy, maaf… Aku benar-benar tidak sengaja melakukannya. Aku bersalah. Maafkan aku, ya? Ayolah, jangan marah lagi…." Rayu Fiona yang langsung mendekap lengan Lucy. "Lepaskan aku!! Menyebalkan!" Lucy melepaskan lengannya yang di dekap Fiona, dan hendak pergi. "Eh, Lucy! Kau mau kemana?!" Fiona mengikuti Lucy yang berjalan keluar dari kamarnya sambil membawa pedang. ~Apa dia tidak tahu, sejak tadi siang aku terus menunggunya. Dan dia dengan mudahnya mengatakan, jika dia telah lupa dengan janjinya?! Sungguh menyebalkan!!~ Lucy yang masih marah kepada Fiona, tidak mempedulikan Fiona dan terus berjalan. "Lucy„ Kau tidak bisa latihan pedang dengan perut kosong seperti itu." Fiona langsung menyusul Lucy, dan berdiri tepat dihadapan Lucy. ~Aku sudah terbiasa tidak makan sampai beberapa hari„ Tapi kenapa aku jadi merasa kesal seperti ini?? Padahal aku hanya tidak makan setengah hari.~ Pikir Lucy. "Memangnya apa pedulimu?! Itu bukan urusanmu!!" Lucy menghentikan langkahnya sambil menatap Fiona dingin. "Tentu saja aku peduli, aku mengkhawatirkanmu!" Fiona menatap Lucy dengan bersungguh-sungguh. ~Gimana kalau dia pingsan dijalan, terus dimakan binatang buas atau diculik orang?? Aduh, amit-amit! Jangan sampai kejadian, deh.~ Dalam hati Fiona. Lucy terdiam dan menatap Fiona dengan kedua mata yang terbelalak. "Sekarang, ayo ikut aku!" Fiona menarik lengan Lucy dan membawanya. "Hei! Kau mau membawaku kemana?" Lucy yang mengikuti langkah kaki Fiona. "Sudah, ikuti aku saja." Fiona terus menatap ke depan. Lucy akhirnya menurut. Fiona membawa Lucy ke dapur. "Hei! Kenapa kau membawaku ke tempat seperti ini?! Aku tidak pernah ke tempat ini!" Lucy mengerutkan keningnya sambil melirik sekitar. ~Apa dia ingin menghinaku?~ Lucy menatap Fiona. ~Cewek, tapi enggak pernah masuk ke dapur?? Helow„ Walaupun Lucy seorang putri, tapi kan tetep aja dia cewek…~ Fiona mengambilkan sebuah kursi kayu. "Duduklah, dan tunggu disini." Fiona menyuruh Lucy duduk dikursi yang dibawanya tadi. "Kau mau kemana?!" Lucy yang sudah duduk, menarik lengan Fiona yang hendak pergi. "Aku masih disini. Aku akan membuatkan makanan, untukmu. Jadi kau tunggulah disini." Fiona tersenyum kepada Lucy. Lucy terdiam dan melepaskan tangan Fiona. Setelah lama menunggu, Fiona membawakan semangkuk makanan di atas nampan untuk Lucy. "Lucy, cobalah!" Fiona tersenyum dan antusias. "Kenapa kau lama sekali?!" Lucy mengerutkan keningnya. Setelah Lucy melihat nampan yang hanya berisi semangkuk makanan, Lucy semakin kesal. "Kau!! Kau menyuruhku menunggu begitu lama, hanya untuk semangkuk makanan?! Ah tidak, ini tidak terlihat seperti makanan. Ini seperti makanan untuk ternak!" Lucy terlihat kesal dan aneh melihat makanan yang di buatkan Fiona. ~Sialan juga si Lucy„ Udah capek-capek buat, malah dibilang kayak makanan ternak.~ Dalam hati Fiona. "Kau ini tidak menghargaiku! Coba dulu, baru bicara." Fiona sambil mencungkil sesendok nasi dimangkuk tersebut. "Kau yang keterlaluan! Menyuruhku memakan makanan ternak seperti inhmm„" Belum selesai Lucy berbicara, Fiona sudah menyuapi Lucy dengan sesendok makanan yang Fiona buat tadi. Mata Lucy langsung terbelalak, sambil mengunyah makanan tadi. ~Apa ini?! Ini enak… Aku menyukai makanan ini. Tapi tampilannya kenapa menjijikan, seperti itu.~ Dalam hati Lucy, sambil terdiam. "Bagaimana? Enak??" Fiona menatap Lucy dari dekat. Lucy yang menyukai masakan Fiona, mengangguk pelan. "Syukurlah, kalau kau suka." Fiona tersenyum lebar. "Kalau begitu, aaaa?" Fiona menyuapi Lucy kembali. Wajah Lucy merona. "A„ Aku„ Bisa makan sendiri. Berikan padaku!" Lucy memalingkan wajahnya dan tangannya menengadah ke Fiona. "Ah iya, baiklah." Fiona menyodorkan makanannya kepada Lucy. Lucy pun mulai memakan makanan yang dibuatkan Fiona dengan lahap. Setelah menghabiskan semangkuk makanannya, Lucy berdiri dari tempat duduknya. "Apa kau mau lagi?" Tanya Fiona yang ikut berdiri di dekat Lucy. "Sebenarnya aku ingin lagi„ Tapi jika aku terlalu kenyang, bagaimana aku bisa berlatih pedang?" Jelas Lucy. "Kenapa kau bisa melupakan janjimu?! Jika kau datang lebih awal, aku bisa makan lebih banyak!" Lucy yang masih kesal. ~Sekarang terlalu larut untuk berlatih pedang. Aku tidak bisa membiarkannya ikut denganku„ Terlalu bahaya jika pasukan Jarren melihatnya.~ Dalam hati Lucy yang mengkhawatirkan Fiona. "Kau ini pendendam sekali„ Aku kan, sudah minta maaf. Lucy„ Ayolah jangan marah lagi, ya?" Fiona dengan manja langsung memeluk Lucy agar memaafkannya. Fiona bersikap manis kepada Lucy, agar Lucy tidak marah lagi kepadanya. "Hei! Apa yang kau lakukan?! Cepat lepaskan!" Lucy berusaha melepaskan pelukan Fiona, sambil celingukan karena takut jika ada orang lain yang melihat mereka. "Aku akan melepaskannya jika kau sudah benar-benar memaafkanku…." Fiona yang masih merayu Lucy. ~Padahal udah payah masak, tapi kayaknya Lucy masih belum maafin aku deh. Mana disini alat masaknya bener-bener tradisional banget, enggak ada rice cooker. Masaknya masih pakai tungku. Lama banget.~ Fiona. "Baiklah„ Aku memaafkanmu. Sekarang cepat lepaskan aku!" Lucy panik. "Benarkah?! Terima kasih, Lucy." Fiona yang masih memeluk Lucy, menengadah ke atas untuk melihat wajah Lucy sambil tersenyum manis kepadanya. Lucy terdiam dan menatap Fiona. ~Sejak kapan, wanita ini terlihat begitu manis?~ Lucy menatap Fiona. "Hei„ Wajahmu kotor." Lucy memalingkan wajahnya dari Fiona karena malu. Fiona melepaskan pelukannya kepada Lucy. "Benarkah?! Ah, ini pasti karena tadi kena asap ditungku." Fiona sambil menyeka pipi kanannya. Lucy memperhatikan Fiona kembali. "Bukan yang itu„ Di sebelah sana." Lucy. "Hmm? Yang mana? Yang ini?" Fiona menyeka pipi satunya lagi. "Bukan di situ. Yang sebelah sana." Lucy. "Yang ini?" Fiona menunjuk pipinya. "Bukan." Lucy. "Aduh yang mana, sih? Ya sudah, biarkan saja." Fiona menyerah. "Bukan yang itu! Yang ini!" Lucy akhirnya menyeka wajah Fiona yang kotor, dengan baju yang menutupi lengannya. Fiona langsung menatap mata Lucy yang sedang menyeka wajahnya. Lucy dan Fiona pun bertemu pandang. Lucy dan Fiona saling memandang dengan jarak yang begitu dekat, dan mereka membeku di tempat. ~Kenapa? Kenapa aku jadi deg-degan kayak gini?! Mungkin kalau Lucy seorang pria, aku bisa jatuh cinta sama Lucy….~ Fiona yang masih memandang Lucy, sambil menelan ludahnya. ~Wanita ini memang manis, jika dia sedang terdiam seperti ini. Tidak terlihat seperti wanita gila sama sekali… Ah, kenapa jantungku berdebar seperti ini?! Apa karena wanita ini?! Aku harus segera pergi, sebelum wanita ini mendengar suara detak jantungku yang begitu kencang! Ini sangat memalukan!~ Lucy yang takut ketahuan langsung membalikkan badannya dari Fiona dan membawa pedangnya. Lucy berjalan dengan cepat, dan meninggalkan Fiona. Fiona yang terpesona sesaat kepada Lucy, akhirnya tersadar dan mengejar Lucy. ~Ya ampun! Aku mikir apaan, sih?! Sadar Fiona!~ Fiona terbangun dari lamunannya. "Lucy tunggu, aku ikut!" Fiona berlari mengejar Lucy. "Kau mau kemana?" Tanya Lucy kepada Fiona. "Aku juga akan berlatih pedang. Kau kan, sudah berjanji akan mengajariku." Fiona. "Itu janji yang kau buat sendiri." Lucy berbicara sangat pelan, sampai Fiona tidak bisa mendengarkannya. "Apa? Apa yang kau katakan barusan?" Fiona penasaran karena tidak bisa mendengar perkataan Lucy. "Tidak apa-apa„ Hari ini aku tidak akan latihan. Ini sudah sangat terlambat. Aku akan berlatih besok. Jadi sekarang sebaiknya kau kembali ke kamarmu." Lucy berhenti berjalan dan menatap Fiona. "Ah„ Begitu ya? Padahal aku juga ingin segera berlatih pedang… Baiklah kalau begitu. Besok kita latihan bersama, ya?" Fiona tersenyum. Lucy hanya terdiam. "Kalau begitu aku kembali dulu ke kamarku. Sampai besok… Semoga kau bermimpi indah. Dah…." Fiona tersenyum dan berjalan mundur sambil melambaikan tangannya kepada Lucy. Lucy hanya tersenyum melihat Fiona yang perlahan pergi meninggalkannya. Setelah Fiona pergi, Lucy diam-diam pergi untuk berlatih pedang sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN