09. Pangeran

1621 Kata
Sore hari, di depan pintu kamar Lucy. Fiona mengetuk pintu kamar Lucy berkali-kali dan memanggil nama Lucy, namun tidak ada jawaban dari Lucy. Fiona akhirnya memutuskan untuk masuk ke kamar Lucy. Ternyata seperti biasa, kamar Lucy tidak di kunci dan Fiona masuk ke kamar Lucy yang tidak ada seorang pun di dalamnya. "Kemana ya, Lucy?" Fiona sambil celingukan mencari Lucy. Fiona akhirnya meninggalkan kamar Lucy dan berjalan kembali ke kamarnya. Di koridor dekat kamar mandi. "Hei, lain kali kau saja yang siapkan air untuk mandinya. Dia memang benar-benar terlahir sebagai kutukan. Lihat tanganku saja masih belum sembuh„ Terakhir aku mendapatkan luka ini karena aku tidak sengaja mendekati manusia terkutuk itu. Sial!" Pelayan A kepada pelayan B. "Aku juga tidak mau! Aku juga takut. Kenapa Yang Mulia Kelvin harus memiliki adik terkutuk seperti itu. Kenapa dia tidak dikurung saja, lalu dikirim ke tempat yang jauh?" Pelayan B. "Entahlah." Pelayan A. Fiona mendengarkan percakapan kedua pelayan yang berjalan di depannya. ~Hmm„ Pasti mereka berdua lagi ngomongin Lucy. Kasihan Lucy. Dasar cewek monster! Bisanya nyalahin orang terus! Dia terluka karena keteledoran sendiri, kenapa harus nyalahin Lucy?! Terus apa yang dia bilang tadi? Dikurung?! Yang bener aja, Lucy bukan penjahat. Yang harusnya dikurung tuh kalian. Mulutnya enggak dijaga! Bisanya ngomongin orang dibelakang! Huh, kesel!~ Gerutu Fiona dalam hatinya, sambil menatap sinis kepada kedua pelayan yang membelakanginya. "Heh, kalian berdua!" Fiona. Kedua pelayan tadi terperanjat saat mendengar suara Fiona dan langsung melihat ke arah Fiona dengan mata yang terbelalak. "Ya ampun, calon pengantin Yang Mulia Kelvin! Apakah dia mendengar percakapan kita tadi?!" Bisik pelayan B. "Entahlah! Habislah kita." Bisik pelayan A. Fiona berjalan mendekati kedua pelayan tadi yang terlihat ketakutan. "Hei, apa kalian berdua tidak malu berbicara seperti itu?!" Fiona menatap tajam kepada kedua pelayan tadi. Dengan raut wajah yang ketakutan, kedua pelayan tadi saling menatap satu sama lain dan langsung berlutut kepada Fiona. "Nona, mohon ampuni kami,, Kami bersalah, tolong jangan bilang kepada siapa pun Nona. Jika Bibi Rose dan Yang Mulia tahu, kami bisa celaka. Tolong ampuni kami sekali ini saja, Nona!" Pelayan B memohon kepada Fiona. "Benar Nona, tolong maafkan kami. Kami benar-benar menyesal. Tolong lepaskan kami sekali ini saja! Kami berjanji tidak akan melakukannya lagi." Pelayan A ikut memohon kepada Fiona. ~Eh! Kenapa malah pada berlutut, sih?! Jadi enggak enak nih, kok kayak gini banget? Bikin kaget aja.~ Fiona kaget dan berusaha meraih tangan pelayan A dan pelayan B untuk segera berdiri. "Aduh„ Kalian jangan berlutut seperti ini! Ayo cepat bangun!" Fiona menarik lengan pelayan A dan pelayan B. "Tolong ampuni kami, Nona. Kami benar-benar menyesal." Pelayan B yang ketakutan. "Benar Nona. Tolong maafkan kami„ Kami berjanji akan menjaga mulut kami agar tidak berbicara sembarangan. Tolong lepaskan kami sekali ini saja. Jangan laporkan kepada Bibi Rose ataupun kepada Yang Mulia Lucy." Pelayan A. "Ah, baiklah„ Jika kalian benar-benar menyesal aku tidak akan bicarakan hal ini kepada Bibi Rose ataupun Lucy. Sekarang kalian berdirilah!" Fiona. Kedua pelayan itu pun langsung berdiri dan berterima kasih kepada Fiona. Fiona menanyakan keberadaan Lucy, dan pelayan A memberi tahu keberadaan Lucy yang sedang membersihkan diri. Kedua pelayan itu menyesal dan berjanji tidak akan membicarakan Lucy dengan buruk lagi, kedua pelayan itu pun pergi meninggalkan Fiona. Fiona langsung berjalan menuju ke tempat Lucy berada. "Oh iya, kok kedua pelayan tadi panggil Kelvin sama Lucy Yang Mulia ya? Bukannya enggak semua pelayan disini tahu, kalau Lucy sama Kelvin itu putri sama pangeran? Hmm? Ah, enggak tahu ah… Pikirin jalan pulang ke dunia aku aja udah pusing. Huh, lelah." Fiona menghela nafas sambil berjalan perlahan. "Mandi sama Lucy aja deh sekalian, aku juga belum mandi. Siapa tahu bisa saling gosokin punggung, hehe…." Fiona antusias berjalan mendekati kamar mandi dimana Lucy berada, yang terbuat dari kayu yang kokoh. Setelah sampai di depan pintu kamar mandi yang dimaksud, Fiona membuka perlahan pintu kamar mandi. Fiona perlahan memasukkan kepalanya saja untuk melihat kedalam kamar mandi. Dan melihat Lucy yang sedang berendam di dalam bak mandi besar yang terbuat dari kayu. Lucy tidak menyadari keberadaan Fiona karena sedang bersandar di bak mandi sambil memejamkan mata. ~Eh, beneran enggak dikunci ini kamar mandi. Mentang-mentang isi rumah ini cewek semua… Itu Lucy„ Lucy mandi aja sambil meresapi kayak gitu? Kagetin ah, hehe….~ Dalam hati Fiona sambil mengendap-endap masuk ke dalam kamar mandi, setelah menutup pintu dengan sangat perlahan. Fiona mulai membuka pakaiannya sambil berjalan mendekati Lucy. Namun tiba-tiba tikus kecil lewat di dekat Fiona. Fiona yang geli pada tikus, langsung menjerit ketakutan dan menghentak-hentakkan kakinya di lantai kayu secara bergantian. Lucy yang ternyata tertidur sejenak, langsung terbangun ketika mendengar kegaduhan yang Fiona perbuat. Lucy sangat kaget melihat Fiona yang sudah berdiri di depannya. ~Fiona?! Wanita ini?! Kenapa dia ada disini?!~ Dalam hati Lucy. "Ya ampun! Tikus jelek! Bikin kaget aja!!" Fiona kesal kepada tikus yang sudah kabur, tidak terlihat lagi. "Apa yang kau lakukan disini?!!" Bentak Lucy kepada Fiona. "Oh, Lucy… Ah, rencanaku yang hendak mengagetkanmu jadi gagal deh„ Gara-gara tikus jelek! Hehe…." Fiona tersenyum sambil menatap Lucy yang terkaget melihat dirinya. Fiona yang sudah melepaskan sebagian pakaiannya, kini hanya memakai pakaian yang minim dan tipis. "Apa yang kau lakukan?!! Cepat keluar dari sini!!" Lucy membentak Fiona kembali sambil memalingkan wajahnya dari Fiona. ~Kenapa wanita ini tidak malu sama sekali, membuka pakaiannya dihadapanku. Aku rasa akal sehatnya benar-benar sudah hilang ditelan bumi.~ Dalam hati Lucy. "Ya ampun Lucy, sudah jangan malu-malu. Aku ini kan sudah menjadi sahabatmu. Kemarilah, aku akan menggosok punggungmu." Fiona mulai berjalan kembali ke arah Lucy. ~Kenapa penyakit gila wanita ini selalu kambuh?! Apa dia pikir, aku ini pria yang tidak normal? Wanita ini malah membicarakan hal yang tidak pantas„ Aku ini masih perjaka, kenapa dia menggodaku?~ Jantung Lucy mulai berdetak cepat, dan masih tidak berani melihat ke arah Fiona. "Hentikan! Jangan mendekat!!!" Lucy semakin berteriak. "Sudah-sudah, jangan malu-malu. Aku akan menggosok punggungmu sampai bersih, aku akan melakukannya dengan lembut. Tenang saja, kau tidak usah khawatir Lucy. Ehm„ Sebagai gantinya, kau gosok punggungku juga ya?" Fiona yang antusias langsung berjalan dengan terburu-buru ke arah Lucy. "Tidak! Bagaimana bisa kau menggosok tubuhku?! Dasar, tidak tahu malu!!" Lucy yang tidak memakai sehelai benangpun mulai panik, namun tidak bisa berbuat apa-apa. Fiona berjalan terburu-buru mendekati bak mandi, dan tanpa sengaja terpeleset sehingga badan Fiona condong ke depan tepat ke hadapan Lucy. "Aaargh!!" Fiona tidak bisa menahan keseimbangan tubuhnya, dan akhirnya Fiona jatuh ke arah Lucy yang berada didalam bak mandi kayu. Lucy terkejut setengah mati dengan apa yang terjadi. Lucy dalam keadaan spontan pun tidak bisa menghindar, dan akhirnya tubuh Fiona terjatuh ke arahnya. Fiona langsung basah kuyup, dan kini tubuhnya berada tepat di atas tubuh Lucy. Lucy memegang pinggang Fiona, sedangkan kedua tangan Fiona berada tepat di d**a Lucy. ~Ya Tuhan! d**a Lucy kenapa rata?! Eh enggak, ini sih berotot… Apa Lucy?!!~ Mata Fiona terbelalak menatap Lucy yang juga sedang terkejut. ~Dewa! Apa yang sedang terjadi?! Apa aku akan dinodai wanita ini?!! Dan kenapa jantungku berdetak dengan cepat?!! Tubuhku mulai terasa panas„ Argh! Perasaan apa ini?! Apa dia seorang penyihir?! Apa aku akan mati disini??~ Dalam hati Lucy. Fiona kini duduk di atas paha Lucy. Fiona sangat penasaran apakah Lucy benar-benar bukan seorang wanita yang selama ini ia anggap? Fiona mulai meraba dan menekan d**a Lucy yang berotot dan kekar. ~Benar„ Dia bukan seorang wanita!!~ Fiona semakin terkejut. "Hei, berhenti!! Wanita gila! Apa yang kau lakukan?!!" Lucy yang tersadar langsung memegang kedua lengan Fiona sambil menatap tajam ke arah Fiona. Nafas Lucy sudah tidak beraturan. "Lucy kau ternyata„" Fiona hendak melirik ke arah bawah. Lucy yang sadar dan tahu maksud Fiona yang hendak melihat ke arah 'kejantanannya', langsung menyingkirkan tubuh Fiona dengan kasar sebelum Fiona sempat melihatnya. Fiona tersungkur dan kepalanya tenggelam di dalam bak mandi kayu yang ukurannya besar itu. Fiona berusaha bangkit, dan terbatuk-batuk karena tersedak air. ~Kejam banget, sih?! Langsung di tenggelamin, dong! Sial… Galak banget.~ Dalam hati Fiona. "Uhukk„ Uhukk„" Fiona berusaha duduk di dalam bak mandi kayu, dan mulai membenarkan rambut panjangnya yang sudah menutupi wajahnya hingga berantakan. Setelah berhasil merapikan rambut yang menutupi wajahnya dan menyeka wajah basahnya dengan tangannya sendiri, Fiona mencari keberadaan Lucy. Lucy ternyata sudah berdiri tidak jauh dari bak mandi dan mengenakan celana, namun masih bertelanjang d**a. "Hei, Lucy!! Jangan main tenggelamin orang gitu aja, dong!" Fiona berdiri dari dalam bak mandi dan melihat ke arah Lucy yang bertelanjang d**a. "Jangan memandangku! Dasar wanita genit!!" Lucy yang kesal pun segera memakai gaunnya dengan tergesa-gesa, sambil membalikkan badannya dari Fiona. Fiona yang tersadar bajunya yang minim dan tipis pun langsung menjerit dan menutup dadanya, dengan menyilangkan kedua lengannya di dadanya. Fiona langsung duduk kembali ke dalam bak mandi kayu, sampai air menggenang selehernya. "Lucy„ Kau ini seorang pria?!!" Fiona. "Dasar bodoh! Tentu saja aku seorang pria. Memangnya ada, pangeran itu seorang wanita?!!" Lucy sambil memakai gaunnya. ~Lucy itu pangeran?! Bukan putri?!!~ Dalam hati Fiona. "Lalu jika kau seorang pangeran, kenapa kau memakai baju wanita?! Kau sendiri yang membuat orang lain salah paham. Jangan menyalahkan orang lain dan mengatai aku bodoh!!" Fiona balik memarahi Lucy. ~Tapi emang iya sih, aku yang bodoh… Kenapa enggak sadar Lucy itu seorang pria. Pantes aja bahunya lebar banget, berotot, terus jalannya ngangkang. Tapi sebel juga, kalau disebut bodoh! Salah dia juga pakai pakaian cewek, aku kira dia cewek agak tomboi.~ Dalam hati Fiona. ~Menyebalkan!! Aku tidak bisa membalas kata-katanya. Sial!~ Lucy yang sudah mengenakan pakaiannya langsung pergi meninggalkan Fiona. "Lucy!!" Fiona berusaha memanggil Lucy, namun Lucy tidak memedulikan Fiona. "Dia marah, ya? Dasar Fiona bego„ Kenapa enggak peka, sih? Aku terkecoh gara-gara Lucy pakai baju cewek terus sih. Lagian suaranya juga lembut kayak cewek. Kenapa dia enggak ngomong dari awal, coba? Kalo dia itu sebenarnya cowok. Bibi Rose juga enggak bilang Lucy itu seorang pangeran… Aku jadi salah ngira kayak gini deh jadinya." Fiona mengehela nafas. "Ya Tuhan! Pasti selama ini Lucy menganggap aku cewek gampangan?! Aargh„ Malu banget dong! Ya ampun, Fiona! Kok kamu bisa ceroboh banget, sih?! Pasti Lucy ngira aku cewek c***l. Hiks…." Fiona malu sendiri. "Terus gimana sekarang?! Mau kabur pun masih belum tahu cara kembali ke dunia asliku. Aku juga enggak boleh pergi dulu sebelum klarifikasi ke Lucy… Tuhan„ apa yang harus Fiona lakuin?" Fiona dengan lesu masih duduk di dalam bak mandi.

Cerita bagus bermula dari sini

Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN