Fitri mengulum senyumnya. Pagi ini untuk pertama kalinya ia bangun siang. Jendela yang hanya tertutup tirai tipisnya, kuat sekali memancarkan sina matahari yang sudah terik itu. Mata Fitri saat bangun tadi sampai memicing berkali-kali saking penyesuaian dengan keadaan di kamar ini. Ada dingin yang segera menyerbu kulit telanjang Fitri begitu ia menyibak selimutnya. Kernyitan heran ada di keningnya tapi segera hilang karena ingat, apa yang semalaman terjadi. Ya Gusti! Fitri benar-benar malu tapi semalam memang sangat menakjubkan. Apa yang Andra katakana? Perkara? Ya ampun. Bukan lagi perkara tapi membuat Fitri sungguh terbang ke nirwana. Menyentuhnya sedemikian rupa tanpa memberi jeda banyak bagi Fitri untuk beristirahat. Membuatnya tak mengingat apa-apa selain kegiatannya bersama Andra