Tentang hati siapa yang tahu
Bagaimanapun semesta mencoba menguji
Hanya yang kuat yang mampu melalui
Yang lemah hanya mampu menyesali
Saat cahaya itu datang mengapa tidak mencoba berlari
Pintu terbuka membawa semua asa
Datang bersama para kupu-kupu indah
Menitihkan gemercik memekarkan bunga
Jika senja hanya menjadi pertanda
Akankah esok akan tiada?
Biarlah waktu bermain bersama fatamorgana
Melukiskan kebaikan-kebaikan yang tak perlu diungkap
Asalkan senja tidak akan lupa
Jika esok ia tak ada
Siapakah yang akan menyelamatkannya
***
Buku bersampul biru itu kini tertutup dengan rapat, ruangan yang biasanya terasa sejuk kini tidak menyejukkan seperti biasanya. Salsa menangkupkan kedua tangannya ke atas meja menjadikan kedua tangannya itu sebagai bantal tidurnya. Ia merasa cukup lelah hari ini, belum lagi karena sudah memasuki masa-masa ujian sehingga ia harus beberapa kali bolak balik amtara kelasnya dan ruang dosen hanya untuk berkonsultasi mengenai laporan KKL-nya.
Sebenarnya KKL biasanya dilakukan di semester 7 namun di beberapa universitas menerapkan atau memperbolehkan KKL dilakukan di semester sebelum dari semester yang harusnya dijadwalkan. Tetapi itu juga biasanya tergantung pada jurusan atau aturan setiap perguruan tinggi.
Seperti halnya Salsa yang menargetkan untuk mendapatkan gelar sarjana hanya 3,5 tahun itulah salah satu penyebab Salsa mengikuti KKL dan program lainnya lebih cepat. Itulah mengapa ia harus magang saat libur semester ini dan mulai mengerjakan skripsinya di semester depan.
Salsa menghembuskan napasnya berat, tidak banyak memang teman-temannya yang berada di kelas karena kebanyakan teman-temannya sudah pulang karena memang sudah tidak ada lagi jadwal kuliah dan yang ada hanya ujian yang terjadwal setiap harinya.
"Sal," panggil seseorang yang membangunkan Salsa dari lamunannya.
"Eh, Na kenapa?" tanya Salsa yang melihat Nana baru saja datang. Tak lama, Salsa melihat sosok Vivi yang baru saja datang.
"Rapat ya abis jumatan," ucap Vivi lalu duduk di kursi yang berada di depan Salsa. "Kamu juga Sal, buat acara amal kelas."
"Iya, udah dapet info dari Pak Dayat." Salsa kembali menangkupkan tangannya lalu menjatuhkan kepalanya kembali ke atas tangannya yang dijadikannya bantalan.
"Kapan buka bareng nih," ucap Nana tiba-tiba menghentikan keheningan antara mereka, tidak terasa puasa sudah berjalan hampir 2 minggu tanpa terasa.
"Aku ngikut aja, yang penting jangan pas udah deket sama lebaran ya. Aku seminggu lagi balik ke rumah," jelas Salsa memberi tahu. Salsa tidak terlalu mempermasalahkan ajakan Nana untuk buka bersama. Lagian, ia juga tidak memiliki banyak jadwal buka bersama. Toh, teman akrabnya hanya Nana dan Vivi.
"Kalau gitu gimana kalau Selasa, itu sebelum kamu pulang kan? Kalau minggu ini kita kan ngurusin acara amal kelas jadi seninnya bisa istirahat. Gimana?" tanya Nana meminta pendapat pada Salsa dan Vivi.
"Boleh tuh, gimana bisa Sal?" tanya Vivi. Salsa mengangguk menjawab pertanyaan Vivi.
Salsa mengalihkan pandangannya ke luar jendela, ia menatap pohon yang berdiri kokoh yang menyamai tinggi gedung, bahkan ranting pohon tersebut dapat di sentuh dari atas balkon tiap lantai. Salsa memperhatikan kekokohan pohon yang tetap bertahan meskipun panas menyakiti tubuhnya dan hujan menghujamnya namun ia tetap berdiri. Tak terhitung sudah berapa banyak daun yang ia hasilkan dan berapa banyak daun yang sudah ia gugurkan.
"Sal ..., Na ..., aku ke atas duluan ya, mau nyiapin bahan buat rapat nanti. Jangan lupa nyusul," ucap Vivi berpamitan kepada Salsa dan Nana. Vivi lalu mengambil tasnya yang sebelumnya ia letakkan di atas meja.
Vivi memang aktif dalam organisasi kampus, terbukti ia adalah ketua HMJ untuk Biologi. Bahkan Vivi termasuk ke dalam sejarah per-HMJ-an karena selama berdirinya HMJ baru Vivi satu-satunya perempuan yang menjabat sebagai ketua. Lalu, Nana juga tidak jauh berbeda dengan Vivi ia juga memiliki jabatan di HMJ sebagai bendahara umum. Sedangkan Salsa yang tidak terlalu suka mengikuti organisasi hanya menjadi anggota dokumentasi acara jurusan. Itupun Salsa terpaksa karena perintah dari pak Dayat sebagai dosen penanggung jawab kelasnya.
Salsa memperhatikan daun yang menguning terjatuh dari ranting pohon, terlihat jika ia terombang-ambing tertiup angin. Tak ada yang dapat memastikan dengan tepat di posisi mana ia akan mendaratkan dirinya.
"Na, ke atas yuk. Kayaknya udah selesai jumatannya," ajak Salsa saat ia melihat kakak tingkatnya yang mulai melewati kelasnya.
"Ayo Sal," saut Nana yang langsung bangkit dari bangkunya di ikuti oleh Salsa yang juga bangkit dari bangkunya.
Salsa dan Nana berjalan bersama menuju lantai teratas, tidak seperti hari-hari biasanya kali ini gedung jurusan terlihat sepi dikarenakan kebanyakan mahasiswa-mahasiswa kelas lain sudah libur sehingga hanya mahasiswa-mahasiswa yang masih memiliki urusan perkuliahan saja yang datang.
Nana mendorong pintu kaca tempat rapat akan dilakukan, diikuti oleh Salsa yang masuk setelah Nana. Salsa langsung mengambil posisinya, ia mengambil posisi yang tidak terlalu depan lalu duduk tepat di kursi di samping Nana.
***
Gelap memenuhi pandangan Salsa saat ia membuka mata, ia mengusap matanya dengan kedua tangannya. Lalu mencoba bangkit dari tempat tidurnya, kasur memang memiliki magnet yang paling nyaman memang. Salsa menghidupkan lampu tidur yang berada di atas lemari kecil di sampingnya, lalu melirik jam yang menunjukan pukul setengah enam lewat. Salsa dengan sigap langsung bangkit dari duduknya.
Rasanya ia baru saja pulang jam 4 tadi sore, lalu setelah ia membersihkan dirinya ia memilih untuk berbaring dikasur yang berujung dengan dirinya yang ketiduran. Salsa membuka pintu kamarnya, seluruh ruangan terlihat tampak gelap. Salsa berjalan menuju kamar kakaknya namun ia tidak menemukan kakaknya di sana.
Setelah beberapa saat ia tersadar jika hari ini kakaknya akan berbuka puasa di luar. Sudah dua hari kakaknya menginap di rumah temannya karena mengerjakan skripsi bersama. Saat Salsa bertanya kapan kakaknya akan kembali ke rumah ia baru ingat jika besok kakaknya baru akan kembali ke rumah.
Dengan sedikit tertatih Salsa berjalan menuju dapur setelah menghidupkan lampu di teras kontrakan dan di ruang tamu. Salsa berjalan menuju kamar mandi lalu mencuci mukanya dengan air, membuat dirinya tampak lebih segar dari sebelumnya.
Tepat saat Salsa keluar dari kamar mandi adzan magrib berkumandang, Salsa langsung melanjutkan langkahnya menuju dispenser lalu mengisi gelasnya dengan air hangat sebelum menegaknya secara perlahan. Pecah sudah puasanya hari ini.
"Hutangku sisa 2 hari lagi," gumam Salsa senang.
Salsa duduk di meja makan lalu mengambil buah apel dan memakannya. Ia tak mau langsung mengisi perutnya dengan makanan berat. Memakan buah cukup membuat Salsa kenyang sehingga saat ia akan salat ia tidak merasakan sakit pada perutnya. Salsa sebenarnya tidak terlalu menyukai buah-buahan, hanya saja kakaknya rajin membeli buah-buahan dan terkadang memaksa Salsa untuk memakan buah-buahan dan berkat kakaknya Salsa akhirnya cukup menyukai satu jenis buah yaitu apel. Meski Salsa sedikit menyukai apel namun tetap saja, ia tak pernah memakan lebih dari satu apel dalam sekali makan.
Salsa bangkit dari duduknya lalu mengambil air wudhu. Setelah Salsa mengambil air wudhu, ia langsung berjalan menuju kamarnya lalu membentangkan sajadah dan memakai mukenah yang ia simpan. Salsa memulai salat dengan khusuk.
Di sujud akhirnya Salsa memanjatkan berbagai doa-doa untuk keluarganya serta untuk dirinya sendiri. Tidak hanya di sujud air, setelah Salat pun ia melanjutman doa-doannya berharap setiap doannya dapat terlabulkan. Namun Salsa tahu, jika doanya belum terkabulkan mungkin Allah tengah menyiapkan sesuatu yang lebih besar dan lebih baik daripada doa-doa yang ia panjatkan.
Setelah menyelesaikan salatnya, ia melipat kembali sajadah lalu menyimpannya bersamaan dengan mukenahnya yang juga sudah ia lipat. Setelah meletakkan kembali perlengkapan shalatnya Salsa berjalan kembali ke dapur karena perutnya sudah berteriak minta di isi makanan.