“Pak, mobilnya sudah siap. Apa Anda mau balik ke hotel hari ini?”
Aiden menoleh ketika anak buahnya baru saja sampai di restoran untuk menjemputnya. Setelah meeting dengan klien. Ia menjadi tidak fokus dengan ucapan anaknya mengenai Lara. Apa dia bisa untuk menikah dengan Lara? Satu-satunya kandidat terbaik yang dipilih oleh anaknya. Sedangkan Aiden masih belum mau terikat dengan pernikahan untuk saat ini. Ia masih bisa bersenang-senang dengan wanita lain.
Dipilihkan jodoh oleh anaknya sangat tidak menyenangkan bagi Aiden. Ia sendiri tidak pernah memikirkan menjalin hubungan dengan Lara. Pasalnya mana mungkin dia bisa menikah dengan Lara, sedangkan Lara adalah wanita baik-baik. Ia yang memiliki kisah yang buruk mana mungkin bisa mendapatkan hati sebaik Lara. Apalagi wanita itu begitu polos dan sangat baik. Aiden? Jangan tanya dia seperti apa.
Rasanya dia masih belum percaya dengan ucapan anaknya waktu itu. Aiden juga terkejut dengan ucapan Riko. Bagaimana mungkin anaknya tiba-tiba saja mengatakan bahwa dia akan melamar Lara nanti ketika pulang dari batam. Sedangkan dia? Sama sekali tidak pernah dekat dengan Lara. Ia pun menolak untuk dekat, sebab mungkin Lara mana mau dengan duda seperti dirinya.
Aiden juga masih senang bermain-main dengan wanita yang dia ajak tidur.
Dari sekian banyak kenalannya, hanya Lara yang paling dekat dengan anaknya. Lara juga yang paling mengerti dengan anaknya. Selera makan anaknya juga sudah dihafal oleh Lara.
“Pak, mau balik ke hotel sekarang?”
Aiden tersadar ketika pertanyaan itu terlantar dari anak buahnya. Mengingat bahwa tadi dia bengong karena masih kepikiran ucapan anaknya beberapa waktu lalu.
Di perjalanan Aiden bersama dengan anak buahnya di kursi penumpang. “Apa kamu sudah menikah?”
Anak buahnya menoleh seketika saat Aiden bertanya. “Sudah, Pak. Anak saya ada dua. Mereka masih kecil.”
“Kamu sayang anakmu?”
“Tentu, Pak. Saya sangat menyayangi anak dan istri saya.”
“Kalau anakmu meminta sesuatu yang bisa kamu usahakan, apa kamu akan melakukannya?”
Pertanyaan itu membingungkan sekaligus membuat pria yang ada di samping Aiden belum paham dengan maksud dari duda dua anak ini. “Tentu, selama saya mampu.”
“Bagaimana menurutmu soal anak saya meminta saya menikah?”
Anak buahnya menelan ludah sebisa mungkin. Aiden menikah? Barangkali itu akan menjadi pengecualian bagi hidup pria berstatus dua anak ini. Pasalnya mereka sudah tahu bahwa pria ini cukup gila dalam hal wanita. Siapa yang tidak tahu bahwa Aiden sering mengaj pacarnya ke hotel dan sering melakukannya di ruang kerja. Bahkan sekali waktu itu pernah ada erangan seorang wanita dari dalam ruangannya. Ketika kantor sedang sepi, dan pria ini ada di sana ketika dia sedang ingin mengantar paket. Tapi sayangnya dia tidak berani mengganggu aktivitas keduanya. “Saya tanya, bagaimana menurutmu kalau saya menikah?”
“Ah, iya, Pak.” Anak buahnya Aiden salah tingkah ketika dia diminta untuk berpendapat. Mantan istrinya juga sering mengganggunya, tapi sayangnya pria ini tidak pernah mau lagi melirik mantan istrinya semenjak dicampakkan. Banyak yang tahu kisahnya, wanita itu juga pernah datang dan memohon untuk kembali lagi dengan Aiden. “Kalau memang sudah ada yang cocok, nggak masalah, Pak. Yang penting bisa baik sama Nona dan Tuan Muda.”
“Kalau mereka berdua yang memilih?”
“Kalau anak-anak yang memilih itu artinya pilihan mereka sudah tepat untuk mereka berdua. Tinggal Bapak yang menentukan, apakah bisa menuruti keduanya atau tidak? Kalau menurut saya, lebih baik setujui, Pak. Karena banyak yang menerima Bapak, tapi belum tentu menerima Nona dan Tuan Muda.” Aiden juga memiliki pemikiran yang sama dengan anak buahnya.
“Saya tidak pernah pacaran dengan wanita itu. Tapi anak saya keduanya dekat sama dia. Apa saya harus menyetujuinya?”
“Anda sudah kenal lama?”
“Anak-anak yang kenal lama. Dan anak-anak semakin hari semakin merasa cocok, sudah cukup lama lah. Ada kurang lebih dua tahun. Setiap kali saya beli bunga, pasti dia senyum ramah. Dia juga punya kafe, anak-anak tiap hari pulang ke sana. Dia juga cantik, tapi masih gadis. Yang saya takutkan itu, dia nggak bisa terima saya.”
“Apa Nona dan Tuan Muda memujinya, Pak?”
“Mereka sangat menyukai gadis itu. Bahkan saya tidak bisa berpikir lagi, ingin kabur dari mereka berdua. Sekarang anak-anak ada di rumah dia. Mereka ngotot pengen ngiap di sana. Tapi pada akhirnya saya harus mengalah dan meminta izin pada orangtua gadis itu untuk menitipkan anak-anak. Dia juga menerima dengan baik .... Yang membuat saya kaget itu adalah ketika Riko bilang kalau saya pulang dari Batam, saya akan melamar gadis itu.”
Reza—anak buah Aiden ingin sekali tertawa mendengar bosnya dijodohkan oleh anaknya. “Apa salahnya mencoba, Pak? Boleh juga kalau memang anak-anak sudah dekat. Itu artinya dia meluluhkan hati Nona dan Tuan Muda. Sekarang tinggal meluluhkan hati, Anda.”
Aiden mengibaskan tangan kanannya agar mereka berhenti membicarakan ini. “Aiiiishhhh. Kepala saya semakin pusing. Ingin hilang dulu untuk sementara waktu karena belum siap jemput anak-anak ke sana.”
Tidak ada tanggapan dari Reza sejak Aiden tidak ingin membahas hal ini. Ya dia memang sangat kaget dengan ucapannya Aiden tentang dijodohkan. Seorang player harus mengalah demi anak-anak. Tapi semua orang juga tahu bahwa Aiden sangat baik dan penyayang pada anak-anaknya. Buktinya dia juga punya anak-anak asuh yang dia biaya pendidikannya. Mengingat dulu dia pernah ada di posisi bawah.
Tiba di hotel, Aiden melepas sepatunya. Dia bertemu dengan Freya—kekasihnya yang berusia dua puluh tiga tahun. Terpaut usia dua belas tahun dengan wanita ini. Ya dia membawa Freya ke Batam. Ini adalah kekasihnya yang nomor sekian. Aiden memang mencari yang terbaik untuk anak-anak. Meski banyak yang sudah pernah dicicipi, termasuk Freya yang sudah dua kali diajak tidur.
“Apa kamu lelah?”
“Aku baru saja selesai rapat. Aku ingin mandi sekarang. Apa kamu sudah memesan makanan?”
“Aku sudah makan tadi. Jadi kamu tidak perlu khawatir.” Wanita itu mengelus dadanya Aiden. Dengan kuku yang dipercantik sebaik mungkin. Dengan warna dan juga ada yang ditempel di kuku wanita itu, entah Aiden tidak pernah tahu apa namanya. Sedangkan mengingat Lara, gadis itu tidak pernah memakai apa pun pada kukunya. Kukunya selalu bersih. Ditambah lagi dengan dandanan Lara lebih naturan dibandingkan kekasih Aiden.
Aiden pernah tertipu satu kali oleh wanita yang teramat cantik waktu itu. Tapi begitu hendak diajak tidur, semua make up dibersihkan. Aiden melihat wanita itu nampak sangat benci jika ada yang dandan berlebihan dan untuk menipu lawan jenisnya. Bayangkan saja pada Lara, ya seperti yang dia lihat Lara selalu memakai lipstik berwarna merah tapi tidak terlalu terang. Dan sedikit polesan, tapi dia tetap cantik. Sedangkan wanita yang dulu pernah dikencaninya begitu berlebihan. Padahal Aiden lebih suka yang biasa saja. Sebenarnya wanita itu cantik, tapi Aiden merasa jijik pada barang-barang palsu yang digunakan, terlebih pada b****g. Wanita itu menggunakan busa pada bokongnya dan juga ada busa yang ada di dad* agar terlihat lebih menggoda. Sungguh, Aiden sudah kapok jika hanya memandang fisik yang serba seksi dan wajah yang cantiknya berlebihan.