Jika Menjadi Mama Tiri?

1072 Kata
Lara sudah tidak mau lagi membahas tentang pria untuk masuk ke dalam hidupnya. Akan tetapi anak-anaknya Aiden cukup gila ketika mengatakan dia akan dilamar ketika pria itu pulang dari Batam nanti. Sedangkan dia dan Aiden tidak ada hubungan apa-apa. Hanya sebagai penjual dan pembeli di toko bunga. Sesekali Lara juga pergi ke panti asuhan. Dia juga lebih sering menghabiskan waktu ketika berada di kafe untuk sekadar memasak apa yang diinginkan pelanggannya. Itulah kegiatannya pasca dia tidak pernah mau lagi menerima seorang pria ke dalam hidupnya. Pelan tapi pasti dia akan tetap menjadi seperti ini. Tidak pernah ada keinginan untuk sekadar membuka hatinya. Lara memang bukan orang yang mudah percaya dengan janji seorang pria lagi padanya. Mengingat kalau waktu itu dia sempat ingin gila rasanya ketika dia pergi meninggalkan Ben dan tidak akan pernah kembali lagi pada pria itu. Bagi Lara, tidak perlu menikah dan tidak perlu bergantung pada hidup seorang pria. Anak-anak Aiden sudah dia anggap seperti adiknya sendiri. Pasalnya mereka memang dekat, apalagi Kadita yang sering bermanja padanya. Lara juga sudah terlanjur menganggap keduanya sebagai adik. Riko juga yang sering memeluknya dan bahkan pernah ucapan Riko mungkin waktu itu keceplosan memanggilnya dengan sebutan ‘Mama’ yang di mana Lara juga terkejut mendengar panggilan dari Riko itu. Yang tidak pernah bisa dia bayangkan, Reaksi Aiden tadi yang sepertinya ikut mati kutu dengan ucapan anaknya. Pria itu sudah pergi dari rumahnya Lara setelah meninggalkan kedua anaknya di sini untuk dititipkan selama dia bertugas di Batam. Matanya fokus pada layar televisi, tapi pikiran Lara melayang entah ke mana. “Masak buat makan siang, Ra. Jangan bengong gitu!” kata mamanya tiba-tiba datang membawakan dia celemek ke ruang tengah. Sedangkan anak-anaknya Aiden sedang membereskan baju mereka di kamar usai menonton televisi tadi. Riko yang baru saja selesai lalu ikut membantu papanya Lara yang sedang bercocok tanam di belakang rumah. Dengan kebun yang cukup luas dibagian belakang rumah. Itu sudah cukup bagi mereka untuk menanam buah. Sedangkan sayuran mereka lakukan dengan hidroponik. Dia menoleh ke arah mamanya yang tersenyum melihat Lara yang sepertinya salah tingkah dengan ucapan anaknya Aiden tadi. “Kamu kepikiran ucapannya, Riko?” Lara bangun dari tempat duduknya kemudian memasang lalu mengikat celemeknya sambil berjalan menuju ke arah dapur. Padahal akan sangat bahagia mamanya Lara jika melihat Lara mau membuka hati lagi untuk pria lain. Meski itu bukan Ben yag dulu pernah menyakitinya. Sebagai orangtua, ia juga tidak ingin jika anak sematawayangnya ini tersakiti lagi oleh seorang pria. Aiden juga bereaksi sama. Bahkan orangtua Lara juga sangat kenal baik dengan anak-anaknya Aiden. Meski tidak dengan pria itu, awalnya hanya sebagai pelanggan di toko bunga, namun semakin ke sini malah semakin dekat. Bahkan pria itu juga menitipkan anak ke rumah mereka. Lara sedang memotong sosis dengan ukuran sosis besar yang akan dia tumis dengan asam manis pedas yang paling disukai oleh Riko. Lara menyiapkan bahan-bahan lainnya juga. Ada sebuah bawang bombay yang berukuran cukup besar juga dari yang lainnya dia ambil dari kulkas dan mengambilnya. Dia ngirisnya tidak terlalu tipis karena tahu seleranya Riko. Berbeda halnya dengan Kadita yang lebih suka dengan ayam. Maka dia juga akan membuat ayam teriyaki. Karena hampir setiap hari mereka bertemu di kafe. Jadi Lara cukup tahu yang diinginkan oleh anaknya Aiden. Sekarang juga dia merasa senang saat Kadita berada di sini. Dia tidur bersama dengan Kadita, sedangkan Riko berada di kamar kosong yang ada di sini. Tidak memiliki saudara sama sekali yang membuat Lara cukup kesepian di sini. Setidaknya dengan kedatangan dua anak itu dia bisa merasa ramai di rumah orangtuanya. Dari kejauhan mamanya Lara memperhatikan putrinya yang sedang sibuk di dapur menyiapkan makanan untuk anak-anak. Sebenarnya dia ingin sekali melihat Lara menikah, meski dengan siapa pun itu. Tapi sayangnya hal itu tidak akan pernah dilakukan oleh Lara. Sebab dia sudah bersumpah bahwa tidak akan pernah menikah dan tidak akan mengenal seorang pria lagi di dalam hidupnya. Karena ulah Ben yang menjadikan Lara seperti ini, anaknya dijebak dan diajak tidur oleh Ben sampai Lara tidak bisa lepas waktu itu. Hari menjelang pernikahan, pria itu entah ke mana sampai Lara tahu semuanya dan hampir bunuh diri dengan kepedihan usai mengetahui sebuah rahasia besar yang selama ini tidak diketahui oleh siapa pun. Tapi Lara mampu untuk membongkarnya sendiri hingga depresi berat dan dua tahun mereka menyiapkan hati dengan keadaan Lara yang memburuk. Depresinya cukup rumit dan dua tahun juga mereka harus memberikan terapi pada Lara. Siapa pun pasti akan sakit hati ketika mengetahui sebuah kebohongan yang akhirnya terbongkar juga. Lara juga begitu sampai dia harus dilarikan ke rumah sakit karena ingin bunuh diri waktu itu. Kadita keluar dari kamar dan menghampiri Lara yang ada di dapur. “Kakak masak apa? Aku bantuin?” ini adalah anak Aiden yang pertama. Cukup peka dan juga sangat dekat dengan Lara. Tidak ada salahnya jika Lara bisa dekat dengan kedua anaknya Aiden. Anak tertua Aiden pun mengambil bagian di dapur. Meski ada asisten tapi Lara lebih sering dilempar untuk berkutat dengan urusan dapur dan untuk menghilangkan kejenuhannya. Keduanya sesekali terdengar tertawa entah apa yang dibicarakan sampai mereka bisa sebahagia itu di dapur. Barangkali bagi mamanya Lara, tidak apa-apa kalau sama Aiden. Meski duda dua anak, setidaknya bisa menerima masa lalu Lara yang cukup kelam dan hidupnya pernah terjebak oleh salah satu pria keterlaluan itu. Mereka berdua masih berada di dapur dan terdengar sangat senang dengan obrolan mereka. Masa tua mereka harusnya bisa melihat Lara bahagia, namun harapan itu pupus setelah Lara kecewa. Ditambah lagi dengan mereka yang waktu itu harus berusaha menemani Lara yang depresi. Saat ini Lara sedang mencuci alat masak yang sudah digunakan tadi. “Kakak kalau nanti beneran nikah sama, Daddy. Jangan lupa ya temenin Kadita masak. Kadita pengen belajar masak sama kakak.” “Siapa yang mau nikah sama, Daddy? Kakak nggak pernah pacaran juga sama, Daddy. Kenapa berharap begitu?” tanya Lara yang tidak suka jika membahas mengenai pria. Orangtuanya juga tidak pernah memaksa dia untuk menikah usai kecewa beberapa tahun yang lalu. Sekarang Kadita yang berharap dia menikah dengan Aiden apalagi tadi Riko yang sempat mengatakan pada orangtua Lara tentang Aiden yang akan melamar. Papanya yang batal pergi ke kantor tadi pagi karena ada Riko di sana. Padahal ada urusan yang sangat penting untuk dilakukan. Tapi semua karena ucapan Riko tadi pagi. Lara juga tidak pernah berharap bisa menikah dengan Aiden. Dan Lara tidak pernah bisa membuka hati untuk siapa pun. Bahkan jika Ben sendiri yang meminta maaf seperti waktu itu. Lara tidak akan pernah membuka hatinya. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN