“Ashel, sekarang kamu sudah sah menjadi istri Fariz, putra sulung Mama. Mama berharap kamu menjadi istri yang baik untuk Fariz. Begitu juga sebaliknya, supaya Fariz juga menjadi suami yang baik buat Ashel. Sejatinya pernikahan adalah ikatan lahir batin yang amat suci untuk membentuk keluarga. Kalian sudah siap kan untuk membentuk keluarga?” Entah kenapa Ashel merasa hatinya ditikam melihat tatapan mata Fatma, padahal tatapan itu tidak hanya ditujukan pada Ashel saja, tapi juga pada Fariz. Sialnya, Fariz diam saja. Tidak mau membantu Ashel untuk menjawab. Padahal pertanyaan itu ditujukan untuk mereka berdua. Haruskah Ashel seorang yang kebagian menjawab? “Mmm... Itu...” Ashel mendadak kehilangan kata-kata. Apa begini rasanya menjadi mantu? Perasaan gugup mendominasi saat berhad