Kalo Gak Pacaran Terus Apa?

1211 Kata
"Terus sekarang lo sama Binar gimana?" Satu pertanyaan dari Bima membuat Arjuna mengehentikan pergerakannya membantu Ryu berguling untuk tengkurap. "Ya gak gitu deh," balas Arjuna sembari memastikan posisinya anaknya telah tepat. "Gimana sih lo?!" seru Yuda sedikit kesal. "Maksud si Bima tuh kalian pacaran atau gimana?" Mereka. Lebih tepatnya Arjuna, Yuda, Bima, Nala, dan Dewa tengah berkumpul di area dekat dapur kost mereka bersama Ryu. Minus Harsa yang sedang menghadiri acara di fakultasnya. Bu Sumi sedang izin kerja karena harus mengantarkan suaminya periksa ke dokter. Jadi Arjuna yang malas bergelung hanya bersama Ryu di apartemen memilih membawa serta anaknya berkumpul dengan kawan satu kost. Memanfaatkan tenaga kawan-kawannya supaya tidak terbuang begitu saja karena sedang libur. Serta entah mulai dari mana mereka jadi membahas perihal hubungan Arjuna dan Binar yang akhir-akhir ini kerap terlihat bersama. Arjuna sih belum bisa mengatakan pastinya, sebab ia belum benar-benar mengutarakan perasaannya kepada gadis cantik itu. Lagi pula Arjuna juga masih ragu, mesti Binar mengatakan masih ada kesempatan untuknya mendapatkan Binar. Tetap saja Arjuna merasa tak enak, ia sudah memiliki Ryu, sudah tak bisa dibilang single lagi kan? "Lo tuh cepetan kalo mau serius sama Binar. Nanti keduluan yang lain, yang mau sama Binar banyak, Jun!" imbuh Dewa yang tengah sibuk dengan makanannya. "Iya yang sat set gitu lho ... Jangan ujuk-ujuk doang!" Arjuna menatap Bima sedikit sensi, semenjak kemarin lelaki itu kerap kali mengejek Juna karena dirinya telah berhasil menjadikan Yola sebagai kekasih. Bima dengan wajah angkuhnya kerap membuat Arjuna geram dan ingin sekali menjadikannya sebagai samsak. "Kalian pada kenapa sih? Aneh." Bukannya menjawab tentang kelanjutan hubungan dengan Binar, Arjuna malah mengeluhkan sikap aneh teman-temannya. "Ya kagak aneh lah, Jun!" sela Yuda tak terima. "Kita ngasih tau aja, Binar kan udah baik banget sama lo. Masa lo gantung gitu aja!" "Gue niatnya juga gak gitu, tapi .... " Arjuna mengedarkan pandangannya, memastikan ekspresi keempat orang di depannya. "Tunggu timing yang tepat lah!" "Kirain tapi apa, anjing lo!" "Huss!! Ada Ryu ini lho, su! Jaga omongannya!" "Lo juga itu .... " Arjuna memberikan alas bantal panjang untuk Ryu, meminimalisir jika saja bayi itu merasa tak nyaman langsung bersentuhan dengan alas tikar. Sedangkan tiga orang lainnya duduk melingkari Ryu. Hanya satu yang jauh dari mereka, Nala yang masih duduk di atas kursi sambil fokus pada laptopnya. "Anak lo makin hari makin cakep aja dah," tegur Bima yang berada tepat berhadapan dengan Ryu. Dengan posisi seperti itu Bima bisa melihat betapa bulat pipi Ryu, putih bersih dan semakin lengkap dengan bibir merah ceri yang bayi itu miliki. Hanya orang bodoh yang membuang Ryu begitu saja, yang berarti ibu bayi ini terlalu bodoh untuk menyadari begitu berharganya Ryu. "Kenapa lo manggilnya Ryu? Kenapa gak Aksa aja?" tanya Dewa yang sudah berhasil menghabiskan satu liter salad buah. Maklum Dewa sedang fomo-fomonya dengan FYP t****k. "Gak tau, mungkin dari awal kita manggilnya Ryu, kalo tiba-tiba ganti jadi aneh kayaknya," balas Arjuna asal saja. Setelahnya perhatian Juna teralihkan karena bunyi pesan masuk, lelaki itu lantas merogoh sakunya guna mengambil ponsel yang berbunyi tadi. Ada pesan dari Binar yang tengah mengikuti kegiatan fakultas, sebelumnya Arjuna sudah bilang kan jika Binar dan Harsa satu fakultas? Tadi sebelum Binar berangkat Arjuna memang menawarkan diri untuk menjemput gadis itu bersama Ryu. Niatnya malah mengantar juga menjemput, tapi Binar sudah punya janji untuk berangkat bersama teman satu kelasnya. Jadi Arjuna mundur saja. "Umur satu tahun kita ajak Ryu ke Malang seru kayaknya, Jun!" "Hm," balas Juna tak terlalu fokus. "Atau gak ke Batu aja? Alun-alunnya emang cocok buat nyenengin anak-anak." Entah apa lagi celotehan teman-temannya, Juna tak perduli karena tengah sibuk membalas pesan dari Binar. Gadis itu bilang ia akan segera pulang, meminta Arjuna segera datang kalau memang mau menjemputnya. "Gue ke kampus dulu ya!" pamit Arjuna bergegas mengenakan sepatutnya. "Lah anak lo gimana ini?" protes Bima yang melihat tak ada pergerakan berarti Arjuna mengambil Ryu yang masih berada di tempat. Arjuna tak menjawab, memilih berlari menuju mobil dan mengeluarkan sebuah tas selempang berisi perlengkapan Ryu yang ia bawa dari apartemen. Arjuna membalikkan tubuh Ryu, lalu menyerahkan tas tersebut kepada ketiga temannya. "Gue titip Ryu ya? Sebentar doang kok, nanti kalo nangis kasih aja s**u di dalem tas itu," pinta Arjuna sebelum akhirnya berlari membuka mobil dan melaju menembus jalanan kompleks. Ketiga temannya cengo. Bahkan belum sempat mereka menjawab perkataan Arjuna, lelaki itu telah hilang dari hadapan mereka. Baru mereka sadari kala Ryu mulai merengek meminta bantuan untuk kembali tengkurap. "Dia manfaatin kita gak sih?" tanya Dewa masih melihat ke arah gerbang, tempat mobil Arjuna baru saja menghilang. "Ya lo sih! Kenapa gak nolak?" sergah Bima. "Lo juga gak nolak?!!" "Ya lo lah kan-" "Udah! Nih anaknya nangis nih!" Mau tak mau mereka harus pasrah disibukkan oleh keberadaan Ryu. ### "Lho Ryu mana?" tanya Binar ketika pertama kali masuk ke dalam mobil Arjuna. "Gue titipin ke anak-anak," jawab Arjuna enteng. "Kenapa gak diajak?" kata Binar sambil menyamankan dirinya dengan memundurkan sedikit kursi agar memberi tempat untuk dirinya setengah berbaring. "Sengaja, mau berduaan sama lo." Kalo dulu Binar akan bersemu kala Arjuna melancarkan gombalannya, hari ini Binar mulai terbiasa. Mungkin pipinya akan tetap bersemu, tapi tanggapannya akan lebih santai ketimbang dirinya yang dulu. "Kita mau kemana dulu?" Bukannya menanggapi perkataan Juna sebelumnya, Binar malah mempertanyakan rencana kunjungan mereka kali ini. Hari-hari sebelumnya ketika mereka sedang bersama dan ada Ryu, pasti Binar mengajak Arjuna ke tempat - tempat yang ramai oleh anak kecil. Seperti taman bermain, atau Playground berbayar di mall. Namun, kali ini mereka hanya berdua jadi biar Arjuna yang menentukan tujuan mereka. "Lo udah makan?" tanya Arjuna mulai menjalankan mobilnya meninggalkan parkiran kampus. "Gue mau diet, Jun, masa satu bulan ini udah naik tiga kilo?" keluh Binar pelan. Tak heran sih, Binar yang sering menghabiskan waktunya bersama Arjuna kerap kali dicekoki jajanan oleh lelaki itu. Satu kali kakinya menapaki mobil Juna, satu waktu itu juga sang pemilik mobil menawarkan berbagai macam makanan atau sekedar jajanan untuk mereka beli. Oleh sebab itu juga uang jajan Binar masih awet sampai sekarang, padahal biasanya saat akhir bulan seperti ini dompetnya sudah sangat tipis. "Ngapain diet? Lo kayak gini udah cantik banget," sanggah Arjuna menolak rencana Binar. "Baju gue nanti gak ada yang muat, sayang tau kalo harus beli lagi yang muat," ujar Binar sambil menatap jalanan kota. Padat tapi tak sampai macet, mungkin karena hari ini hari libur. Kalo seperti ini biasanya masyarakat akan lebih banyak memadati area taman bermain, berbanderol terbalik dengan daerah yang banyak kampus-kampus. "Nanti beli lagi," kata Arjuna enteng saja. Binar hanya memutarkan matanya malas, mudah memang sekedar membeli baju untuk Arjuna. Sayangnya Binar tak mau lebih boros, tidak bisa dikatakan boros juga sih. Bahkan ia bisa sangat hemat jika bersama Juna, ya bagaimana tidak? Semua bill akan lelaki itu bayar dengan suka rela. Binar tak usah repot-repot mengeluarkan dompet untuk sekedar split bill. Apalagi membayar semua. Namun mereka hanya sekedar teman, mungkin lebih dekat karena Binar sering ikut serta membantu Arjuna merawat Ryu. Tak elok rasanya jika Arjuna menghabisi uang yang dimiliki untuk gadis yang bukan siapa-siapa baginya. Pikiran Binar jadi mengawang jauh, mulai kembali memikirkan olokan teman-temannya yang sebelumnya tidak begitu mengusik. Sayangnya pikiran itu buyar kala mobil Arjuna berhenti, baru Binar sadar jika mereka sudah sampai di .... "Arjuna!" seru Binar kesal. "Apa??" tanya Arjuna tanpa rasa bersalah. "Kenapa malah ke KFC sih?!!" ####
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN