Cleon pov
Mungkin ini akan jadi kali pertama dan terakhir aku datang ke acara konser yang seperti ini. Aku pastikan juga ini adalah kali terakhir Aleah pergi menonton konser idolanya itu. Semalam kami sampai dan sedari tadi pagi buta sebelum matahari terbit kami berdua disini menanti konser dimulai karena beruntungnya kali ini konser dilakukan didalam stadion yang beratap, hingga saat siang nanti konsernya mulai kami tak terkena sinar matahari.
"Beruntung tidak diluar ruangan. Lain kali jangan begini lagi." Meski kami berada dibarisan terdepan tetap saja semuanya mendesak hingga terasa penuh sesak.
"Aku sebelum beli tiket konser cari tahu dulu kok tempat dan waktunya. Jadi jangan khawatir." Mate-ku tersenyum manis dan memeluk lenganku. Aku mendengus pelan, lihat saja penampilannya saat ini.
Hoodie hitam dengan lambang itu lagi, juga topi putih dengan lambang yang sama. Celana hitam dan sepatu putih menyertainya, juga kamera yang tergantung dileher dan tongkat kecil yang mengeluarkan cahaya digenggamannya. "Aku bawa dua, kamu mau?"
Aku menggelengkan kepala pelan, padahal bisa kulihat semua yang hadir kesini memegang tongkat lampu seperti itu juga. Ransel milik Aleah sengaja kami tinggalkan dimobil, malam ini juga kami akan langsung pulang.
Lalu alunan musik mulai terdengar dan saat itu juga telingaku rasanya berdengung, semuanya berteriak. Dari pertama kali menginjakkan kaki juga aku tidak suka, lalu ditambah semua ini semakin membuatku tak suka. Kalian pikir saja, manusia biasa saja sudah pasti telinganya berdengung karena kebisingan disini apalagi werewolf yang mempunyai pendengaran begitu tajam. Setelah ini mungkin aku akan memeriksakan telinga ke dokter.
Aku tidak terlalu menikmati ini, pria-pria dewasa yang bernyanyi dan menggerakkan badan diatas panggung. Selesai dari sana, kami berdua menunggu diarea stadion untuk makan dan lainnya sampai datangnya waktu malam.
Tepat saat kami berada disini untuk menonton konser, Mommy dan Daddy dihari yang sama mendatangi kediaman Dakota untuk meminta Aleah menjadi istriku. Mommy tadi menghubungiku dan mengatakan pernikahan kami akan berlangsung dua minggu lagi, ia juga menyuruhku untuk bersabar karena harus mengembalikan Aleah sementara kepada orangtuanya. Meski dengan berat hati tentu saja aku harus menyetujui hal itu agar kami bisa cepat-cepat menikah.
"Terimakasih untuk nonton konsernya, bye." Ia melambaikan tangannya seakan mengantar kepergianku yang meninggalkan rumahnya.
Aku segera melajukan mobil ke rumah pack, pasti kertas-kertas sudah menumpuk diatas meja kerjaku. Sesampainya disana benar saja sudah banyak pekerjaan menantiku bersamaan dengan kehadiran Mommy dan Clare yang tanpa pemberitahuan sebelumnya terduduk disana. Dari tatapan itu aku tahu ada sesuatu yang membuat mereka kesal.
"Cleon, kau itu jahat sekali ya." Aku mengerutkan kening mendengar suara penuh ketidakterimaan itu dari Clare.
"Apa?"
Ia mendengus dan berdecak pinggang, "Kenapa tidak memberitahu kami jika kau menemani mate mu pergi nonton konser?"
Aku semakin tak mengerti, apa maksud saudariku ini sebenarnya. Lagipula jika aku memang pergi ke konser menemani mate-ku, tapi apa urusannya dengan Clare?
"Lalu?"
Matanya semakin membesar dan membelalak tak percaya. "Lalu kau bilang? Tentu saja aku dan Mommy ingin ikut juga."
Aku memutar mata malas, ternyata karena ini?
"Aku minta maaf soal itu." Hanya itu yang bisa aku ucapkan karena tak ingin pembicaraan ini semakin panjang, aku harus cari aman. "Jadi hanya itu? Aku harus mengerjakan semua ini." Tunjukku dengan dagu pada setumpuk dokumen dan lainnya.
"Untuk semua persiapan pernikahanmu, Mommy dan Clare akan mengaturnya." Kali ini Mommy yang angkat bicara. Tapi maaf-maaf saja aku bukannya tak percaya hanya saja, semua akan terasa baik jika aku yang mengurusnya sendiri.
"I'm sorry Mom, bukannya aku menolak niat baik kalian. Aku sudah mengurus semuanya, undangan pun sudah siap untuk disebar. Yang perlu kalian lakukan adalah pergi membuat gaun yang indah untuk nanti."
"Mommy tidak tahu jika dirimu sudah mempersiapkan semuanya. Tidak ada pembicaraan mengenai itu diantara kita." Mommy menatapku penuh perhitungan. Aku menarik salah satu dokumen untuk dibaca, setidaknya mereka harus tahu jika aku benar-benar sibuk.
"Memang, dari awal aku hanya meminta Mommy dan Daddy datang untuk meresmikan hubungan kami. Hanya itu." Decakan tak suka lolos dari dua wanita didepanku itu. "Aku sibuk, terimakasih untuk kunjungan tak diundangnya."
Lalu tak lama kemudian suara pintu yang ditutup keras terdengar, wanita memang sulit dimengerti. Begitupun mereka berdua dan biarkan saja mereka merajuk, karena tak lama lagi semua akan baik-baik saja.
Hari hari aku lewati dengan terlarut pada pekerjaan juga persiapan pernikahan. Aleah hanya cukup menerima apa yang kuberikan tanpa perlu kelelahan ikut mengurus semua ini, janji suci pernikahan akan kami lakukan disaat malam hari dengan mengundang keluarga besar dan kerabat dekat. Tak ada resepsi besar yang mengundang semua kolega karena itu keinginan Mr. Dakota yang ingin keselamatan Aleah terjaga dan tidak diketahui orang lain.
Awalnya aku menolak, aku ingin seluruh dunia tahu jika Aleah adalah milikku. Lagipula aku sangat bisa menjaga Aleah. Tapi Aleah menyetujui usulan ayahnya dengan alasan belum siap bertemu orang banyak. Meski berat hati aku harus menerima permintaan Aleah yang begitu keras kepala.
Dalam bayanganku saat pertama kali memilihkan gaun untuk Aleah adalah mate-ku yang tampak begitu cantik dan anggun. Sesuai dengan apa yang aku lihat saat ini, ia dengan luarbiasanya melangkah ke arahku ditemani sang ayah disertai senyum bahagia yang bercampur gugup.
Aku meraih jari-jari mungilnya dengan senang hati, jika dilihat dari dekat mate-ku semakin bertambah cantik berkali-kali lipat. "Kamu sangat cantik." Pujiku menatap tepat dimatanya.
Lalu yang terjadi adalah wajahnya yang menjadi kemerahan hingga telinga karena malu, membuatku begitu gemas dengannya. Tetapi suara deheman seseorang mengintrupsi kami, aku mengucapkan janji suci pernikahan dengan mantap begitu pun dengan Aleah. Dan mulai detik itu juga kami sudah resmi menjadi sepasang suami istri.
Aku mendaratkan bibirku di bibirnya sebentar, yang lama biarlah disimpan dulu untuk nanti. "Kamu sangat tampan malam ini." Aku tersenyum mendengar cara bicaranya yang sedikit gugup.
"Begitukah?" Ia mengangguk malu dan menundukkan wajah, tetapi dengan cepat aku mengangkat wajahnya. "Hey, jangan pernah seperti itu lagi. Kau sudah menjadi Nyonya Xanders sekarang, tegakkan wajahmu dan angkat dagumu. Mengerti?"
Ia kembali mengangguk dengan wajah yang masih memalu. Tepuk tangan dari semua yang hadir sedikit mengalihkan perhatianku. Aku memeluk pinggangnya yang terbalut gaun dengan sempurna. "Ayo kita sapa yang lain untuk beberapa waktu. Setelahnya kita akan pergi dari sini, menghabiskan waktu berdua. Karena kamu itu milikku."
Vote and Comment guys!!!
TheHalfsoul❤