Cleon pov
"Apa makanan yang dibawa kalian?" Ku lihat mate-ku menatap baki yang dibawa oleh maid dengan penasaran. Wajahnya yang sehabis menangis itu masih memerah, bahkan matanya sampai membengkak. Meskipun begitu ekspresi penasarannya terlihat menggemaskan untukku.
"Kami membawa omelet dengan isi sosis daging sapi, pancake dan susu." Ekspesi sedihnya membuatku jadi bingung, kenapa dia merasa sedih?
"Tinggalkan pancake nya dan bawa yang lain ke dapur."
"Tapi Luna-" "Terimakasih. Kau boleh kembali."
Ada apa dengannya? "Kenapa kau tidak mau memakan omelet dan meminum susunya?" Dia menggeleng saja tanpa menjawab pertanyaanku. Dengan gerakan lesu ia memakan pancake yang ditinggalkan oleh maid tadi.
Entahlah, Mungkinkah dia tidak suka dengan menu sarapan yang dibawakan oleh maid tadi? Lebih baik kutanyakan saja. "Apa kau ingin makan sesuatu yang lain?"
Aku mendudukan diri disisi tempat tidur, mencoba untuk membuatnya nyaman. Mata penuh antusias itu membuat hatiku senang, cukup menghentikan aksinya yang sedang makan dengan lesu. "Apakah boleh?"
Aku terkekeh pelan dan mengangguk. "Apa yang kau inginkan? Aku pasti akan memberikannya." Ku usap puncak kepalanya pelan, mengapa mate-ku semenggemaskan ini? Rasanya ingin aku gigit pipinya yang memerah itu.
"Aku ingin jus dari buah peach dan dua Sandwich sayur." Aku menganggukkan kepala paham.
"Sandwich daging bagaimana?" Tawarku, ia menggeleng kuat.
"Tanpa daging sapi atau apapun yang berurusahan dengannya termasuk keju." Meskipun banyak pertanyaan dalam benakku, aku harus menahannya.
'Bawakan jus buah peach, tiga sandwich sayur tanpa telur, keju ataupun daging.'
'Baik Alpha.'
"Akan sampai sebentar lagi. Kalau boleh tahu kenapa kau tidak mau makan daging sapi atau yang berurusan dengan itu?" Mate-ku ini tampak ragu untuk menjawab pertanyaan ini. "Jangan memaksakan diri, jika kau keberatan aku tidak masalah menunggu sampai kau bisa menceritakan semuanya padaku."
Aku mengusap lengannya lembut, dengan senyum penuh pengertian. Helaan nafasnya terdengar begitu kasar. Mata indahnya menatapku ragu. "Sejak bayi aku tidak bisa minum s**u sapi, karena mengidap intoleransi laktosa. Dan karena itu juga aku menghindari memakan sesuatu yang berurusan dengan sapi juga ragam olahannya karena takut."
Aku mengerutkan keningku tak paham, "Intoleransi laktosa?"
"Ya, Intoleransi laktosa. Tidak bisa minum s**u sapi karena toleransi tubuh yang rendah."
"Keju? s**u? Dan Ice Cream juga kau tidak pernah memakannya?" Mate-ku tersenyum lirih dan menggeleng.
"Tidak untuk yang mengandung s**u sapi. Aku mengonsumsi Keju dan s**u dari kedelai, dan Sorbey untuk pengganti Ice Cream."
Pikiranku mulai bercabang, bagaimana jika nanti Mate-ku ini menjadi werewolf yang harus memakan daging? Meskipun kami tidak hanya makan daging sapi, tetapi dengan kondisi Mate-ku yang vegetarian bagaimana ia bisa bertahan hidup?
Ketukan pintu membuat aku tersadar, setelah menyuruhnya masuk melalui mindlink muncullah seorang maid yang membawa pesanan yang kuminta.
Baki itu sudah beralih ke tanganku, "Makanlah, kau harus menghabiskannya."
Lagi-lagi yang kudapat adalah wajah penuh keraguannya. "Ada apa? Apa kau tidak ingin makanan ini lagi? Atau kau ingin sesuatu yang lain? Katakanlah jangan ragu begitu. Akan aku berikan apapun yang kau mau." Gigitan dibibir bawahnya semakin membuatku gemas. "Katakanlah Sweetheart."
"T-tuan, bolehkah aku meminta sesuatu lagi darimu?" Aku tersenyum kecil dan mengangguk.
"Tentu, akan ku kabulkan jika itu sesuai dengan pikiranku." Tatapannya berubah menjadi memelas.
"Aku mohon kembalikan aku ke rumah Mr. Dakota malam ini." Aku menggertakkan gigi menahan emosi yang ingin meluap, aku tidak mau menyakiti Mate-ku.
"Kau sudah mendengar dengan jelas apa yang sebelumnya aku katakan padamu Sweetheart, aku hanya ingin dirimu dan kau sudah menjadi milikku sejak pertama kali kita bertemu. Dan aku tidak akan pernah mengembalikanmu atau memberikan dirimu pada siapapun karena kau adalah milikku. Jangan lupakan itu."
Luc sudah ingin keluar jika saja pertahananku tidak kuat. "Habiskan makananmu, aku akan kembali sebentar lagi." Ku kecup keningnya pelan lalu meninggalkannya sendirian dikamar kami.
Aku butuh waktu untuk menenangkan Luc di ruang kerja.
'Kenapa kau selalu menghalangiku Cleon? Aku ingin bertemu langsung dengan mate kita. Mungkin saja ia akan langsung menerima kita dengan baik jika aku yang berada di posisimu sekarang.'
Aku berdecak pelan, aku tidak bisa gegabah membiarkan serigala tersebut mengambil alih. 'Akan ada waktunya kau bertemu dengannya, tetapi itu bukanlah sekarang.'
Luc menggeram tak suka atas ucapanku itu. 'Dia mate-ku juga, kau jangan egois.'
Aku memijat kening pelan seraya menghela nafas. 'Ini demi kebaikannya Luc, mengertilah. Saat ini seharusnya kita mencoba mencari tahu ada apa dengan mate kita sebenarnya.'
Aku menatap langit-langit ruang kerja ini dengan semua pertanyaan. Aku senang dia jujur tentang pernyataannya yang ia mengidap intoleransi itu, setidaknya ia mulai sedikit terbuka. Tetapi aku merasa buta dengannya, aku merasa ia menyembunyikan banyak hal dariku dan aku harus mencari tahu tentang itu sekarang juga.
Setelah menyelesaikan pekerjaan, dengan langkah cepat aku menuju ke kamar utama. "Krystal."
Dia menoleh dengan cepat saat namanya ku panggil. "A-ada apa? Apa Anda berubah pikiran sekarang?" Aku melangkah mendekat ke arahnya.
"Tidak, aku ingin mengajakmu berkeliling packhouse. Tentu kau perlu tahu semua bagian dari rumahmu sendiri." Wajah sedihnya tidak boleh membuatku merasa simpati.
"Berkeliling packhouse? Rumah ini?" Aku mengangguk mengiyakan pertanyaannya.
"Aku tidak bisa." ia bangkit dari tempat tidur hingga jarak kami tinggal beberapa langkah saja. "Aku mohon Tuan, pulangkan aku. Aku hanya akan menyusahkan hidupmu saja. Mengertilah kau tidak akan bisa melakukan apa yang kau inginkan untuk terus bersamaku."
Entah sejak kapan air matanya menjadi begitu deras hingga menusuk perasaanku karena telah membuatnya menjadi seperti ini.
"Cinta yang Anda maksud itu tidak pernah ada Tuan, tidak akan ada cinta untuk gadis sepertiku. Ku mohon jangan buat hidupku semakin sulit, kembalikan aku." Rasa tak terima begitu mendominasi ketika dia menghina cinta tulusku.
Ku cengkram dagunya hingga ia mendongak dan menatap lekat wajahku. "Kau tampan Tuan. Pasti banyak gadis yang ingin bersamamu, pilihlah mereka. Jangan aku, aku benar-benar tidak bisa."
Aku berdecih tak suka, "Mengapa kau tidak bisa? Aku mencintaimu dengan seluruh hidupku."
Air matanya semakin banyak, ia mencengkram bajuku dengan kuat. "Aku tidak bisa. Lupakan cintamu dan kembalikan aku."
"Berikan alasannya."
"Aku tidak bis-" "Berikan alasannya."
"Sudah ku bilang, aku tida-" "Berikan alasannya Sweetheart. Alasan kenapa kau tidak bisa."
"Aku mengidap Xeroderma Pigmentosum. Jadi tolong kembalikan aku, pulangkan aku ketempat dimana kita pertama kali bertemu. Aku mohon."
"Xeroderma Pigmentosum?"
Vote and Comment guys!!!
TheHalfsoul❤