Note:
Xeroderma pigmentosum adalah suatu penyakit genetika atau kelainan bawaan pada kulit yang jarang ditemui, di mana kulit sangat peka terhadap sinar matahari terutama. Kulit penderita xeroderma pigmentosum bila terpapar sinar matahari akan timbul luka bakar, bercak-bercak, dapat melepuh dan muncul kerusakan pada DNA. Bila ingin ke luar, penderita harus mengenakan pakaian khusus. Penyakit langka ini terjadi pada perbandingan 1:2000 di seluruh dunia.
***
Aleah pov
Aku tersenyum getir, akhirnya aku harus jujur juga pada pria ini tentang keadaan diriku sebenarnya. Rahasia keluargaku.
"Xeroderma pigmentosum?"
"Ya penyakit langka yang tidak bisa terkena sinar matahari. Apa sekarang kau paham Tuan? Oleh karena itu daripada aku menyusahkanmu, kembalikan aku kerumah itu." Tetapi yang kudapat hanyalah tatapan kosong darinya.
"Itu sebabnya kau memintaku untuk mengembalikanmu saat malam hari? Alasan kau tidak bisa hidup bersamaku?" Hatiku tertohok karena pertanyaannya. Jujur jantungku berdegup begitu kencang sekarang, ini pertama kalinya dalam hidupku ada seorang pria yang menyatakan cintanya secara langsung padaku.
Biasanya mereka hanya menyatakan melalui sosial media, karena aku selalu menolak bertemu. Tapi disaat pria dihadapanku ini menyatakan mencintaiku dengan tulus dan ingin hidup denganku selamanya, semakin membuat keinginan hati yang mendamba ini untuk tanpa ragu menjawab ya.
Aku harus bagaimana sekarang? Aku tidak bisa. Sekeras apapun untuk berkata ya, aku tetap tidak bisa. Aku tidak ingin melukai hati pria ini sungguh, tetapi mengingat kondisiku yang seperti ini rasanya tidak bisa.
Dengan ketulusan cintanya aku yakin dia akan menerimaku apa adanya, tentu aku sangat senang jika begitu. Tetapi aku yang merasa tidak pantas disini, aku tidak mau membuat nya malu. Berani bertaruh, ia akan memberikan semuanya padaku. Tapi apa balasan yang aku berikan?
Cinta tidaklah cukup. Dia pasti butuh seseorang yang terus bersamanya, menemaninya pergi kemanapun yang ia mau, menghabiskan waktu piknik atau hal romantis lainnya yang tidak bisa aku lakukan.
"Ini yang terbaik untukmu Tuan, kau sudah tahu tentang penyakit ku. Maka berhentilah dan cari gadis yang sempurna tanpa cacat seperti diriku ini." Tiba-tiba ia merengkuh tubuhku erat, sedikit membuat aku sesak.
"Yang terjadi tidaklah semudah yang kau katakan Sweetheart, cintaku ini tidak akan pernah hilang hingga aku mati meski sekuat apapun aku mencoba. Cintaku ini tidak akan menghilangkan meskipun sudah kau tolak. Aku mencintaimu apa adanya, bagaimana pun dirimu aku tetap mencintaimu. Yang aku ingin hanyalah kau yang jujur padaku mulai sekarang. Kau paham Krystal?" Ia merenggangkan pelukan kami meskipun posisi ini tetap intim.
Mendengar ia memanggilku dengan nama itu, aku menjadi agak bersalah. "Aleah."
Ia mengerutkan kening dan itu semakin membuatnya menjadi lebih tampan. "Namaku adalah Aleah."
"Lalu Krystal?" Pipiku memanas karena ketahuan berbohong.
"Emm.. Itu.. Emm.. Sebenarnya, kemarin aku hanya ingin menipumu. Itu.. Nama itu nama sainganku. Ah sudahlah lupakan." Aku mencoba mengelak dari pelukannya.
"Sainganmu? Karena pria yang wajah dan nama nya memenuhi kamarmu itu?" Sungguh, aku benar-benar malu sekarang.
"B-begitulah."
"Aku suka kau mulai terbuka padaku." Wajah yang semula jahil kini mengulas senyum hangat. "Mau menceritakan semuanya?"
Aku tersenyum lebar dan mengangguk. Katakanlah aku naif karena menceritakan semuanya pada pria yang baru ku kenal hanya karena pernyataan cinta tulusnya. "Duduklah."
Ia menepuk pahanya yang entah sejak kapan terduduk di atas kasur. Aku menggeleng kuat, jujur ini pertama kali juga bagiku berada sedekat ini dengan pria yang bukan keluargaku. "A-aku duduk disini saja." Tunjukku pada sisi kasur yang tersisa sedikit darinya.
"Aaa!!!"
"Aku tidak terima penolakan. Ayo ceritakan tentang dirimu Sweetheart." Aku terduduk tak nyaman di atas pangkuannya.
"Aku mohon jangan potong semua ucapanku dan dengarkan dengan benar karena aku tidak akan mengulangnya." Ia mengangguk patuh seakan anak kecil yang begitu penurut.
"Aku lahir lebih cepat dua bulan dari perkiraan dokter dan itu menyebabkan aku harus diletakkan di inkubator. Setelah dirasa aku baik-baik saja, siang harinya orangtuaku memutuskan untuk membawaku pulang. Tapi aku terus menangis hingga mama bingung, setelah dicari apa penyebabnya ada semacam bercak di lenganku. Karena mama khawatir oleh karena itu aku kembali dibawa ke dalam rumah sakit. Dan aku pun diperiksa hingga menemukan penyebabnya, aku mengidap XP. Sedangkan bercak itu sudah memudar."
"Sejak keluargaku tahu aku mengidap XP di seluruh rumah dipasang tirai tebal untuk melindungiku dari sinar matahari. Lebih parah lagi ketika mereka tahu aku tidak bisa minum s**u sapi, kekhawatiran mereka akan diriku semakin menjadi saja hingga aku tidak mengenal siapapun selain keluargaku dan pekerja dirumah. Setelah usiaku cukup sekolah, home schooling adalah satu-satunya cara untuk mengenyam pendidikan."
Aku menatap tirai hitam yang menutupi jendela, tak tahu sejak kapan air mataku terus mengalir. "Kau tidak akan tahu rasanya bagaimana tidak bisa melihat matahari yang orang-orang katakan indah secara langsung. Tidak bisa bermain hujan-hujanan sepulang sekolah, menghabiskan waktu seharian bersama teman-temanmu, memandang pelangi sepuas hati dan hal yang menurut kalian biasa dan mudah tidak bisa aku lakukan."
"Aku ingat saat itu, aku berusia delapan tahun. Aku ingin pergi bermain siang hari di taman rumah hingga menangis dan mogok makan. Aku mengatakan aku begitu menyesal lahir di dunia dengan keadaan seperti ini. Begitu banyak pertanyaan yang hinggap di kepalaku hingga mama yang semula membujukku untuk makan ikut menangis." Aku tersenyum getir mengingat hal itu. Hal sebaliknya pria dihadapanku malah tersenyum menguatkan dan menghapus air mataku.
"Setelah dipikir-pikir, seharusnya aku merasa beruntung di hidupku yang sekarang. Memiliki keluarga yang begitu mencintaiku dengan tulus dan melindungiku dengan kasih sayang yang luar biasa. Aku tidak bisa membayangkan jika aku bukanlah bagian dari mereka, mungkin akan ada kehidupan yang buruk untukku. Karena suport dan semua motivasi dari mereka aku sudah melupakan semuanya dan mencintai diriku sendiri. Dan hal itu juga yang sekarang membuatku begitu menikmati hidup." Ia terus tersenyum dan mengusap rambutku lembut. Seakan mengatakan yang aku lakukan merupakan keputusan yang benar.
"Aku sempat berpikir untuk tidak menikah saja. Karena bagaimana pun tak akan ada pria yang mau menikah dengan gadis sepertiku yang hanya bisa keluar dimalam hari."
"Apa sekarang pikiranmu berubah? Dihadapanmu saat ini ada seorang pria yang mampu mengorbankan apapun untuk bisa bersamamu." Aku merasa terharu dengan ucapannya.
"Apa saat ini kau sedang melamarku Tuan?"
"Cleon. Panggil aku Cleon dan berhentilah memanggilku Tuan karena aku bukanlah majikanmu. Aku mate-mu, Jodohmu dan takdirmu Sweetheart."
Vote and Comment guys!!!
TheHalfsoul❤