Bab 23
Hati ini, tepat Sabtu pagi, sejak kemarin Aileen libur. Dia masih menutup tokonya. Hingga akhir pekan tiba dia juga belum membuka toko kuenya. Bukan karena trauma atau apapun. Dia hanya ingin berlibur dan menikmati akhir pekan yang bisa membawanya ke hati esok yang jauh lebih tenang.
Sejak pagi, Darren sudah meneleponnya. Ingin mengajak gadis itu untuk berlibur. Bukankah sudah beberapa hari lalu pria itu mencoba mengajak Aileen pergi? Namun, selalu saja batal, karena kesibukan gadis itu.
*
Tepat pukul delapan pagi, Darren sudah berada di depan pintu rumah Aileen. Ia menekan bel dibalik pagar pendek itu. Menunggu seseorang untuk membukakannya dan memberikannya izin untuk masuk kedalam rumah yang dia tuju.
"Kak Darren? Nyari kakak ya?" Suara cempreng Ayana sudah terdengar dari kejauhan ketika membuka pintu utama. Dia berjalan mendekati pagar dan membukanya. Sebenarnya tidak di kunci, tetapi tidak sopan bukan, jika Darren langsung masuk?
"Iya, ada kan?" Ayana mengangguk. Dia mempersilahkan Darren untuk masuk dan kembali menutup pagarnya. Agar tidak ada anjing tetangga yang masuk dan kencing sembarangan.
Sampai di ruang tamu, Ayana meminta Darren untuk duduk dan ia bergegas memanggil sang kakak. Tidak afdhol jika Ayana tidak menggoda sang kakak. Mungkin hidupnya terasa sepi tanpa percekcokan antara keduanya.
"Kak... ada cowo ganteng nungguin kakak di depan," katanya dengan mencomot satu sate yang telah matang. Dewi bergeleng melihat tingkah laku gadis bontotnya itu, selalu lebih agresif ketimbang kakaknya.
"Siapa?" tanya Aileen, dia sibuk dengan menumis bumbu kacang yang akan disajikan bersama dengan sate. Rasanya sudah pasti menggugah selera. Mencium aromanya saja sudah membuat gadis itu berliur.
"Sering banget, ya, Ay. Kakak di cariin orang. Sepertinya waktu untuk ibu bakalan habis bersama para lelaki itu," ucap Dewi dengan menahan senyum.
"Benar Bu! Wah nggak bener nih! Aileen mau jadi bad girls ya?!" segah Ayana tanpa dosa.
Dewi membungkam mulut Ayana. Dia tidak terlalu senang dengan ungkapan kata itu. Sekalipun itu bercanda, sebaiknya berkata hal yang baik. Dewi percaya bahwa setiap kata adalah doa. Artinya dia harus mengajarkan pada anak-anaknya untuk berkata dengan baik dan benar.
"Apaan sih kalian, bilang aja iri, ya kan? Emang siapa sih?"
Aileen memutuskan untuk meninggalkan dapur, mencuci tangannya dan menemui tamu yang dikatakan oleh adiknya. Membetulkan kuncir rambut yang sudah berantakan layaknya sarang burung.
Sebelum benar-benar keluar dari dapur, Aileen, menyempatkan diri untuk membawa minum kemasan. Siapapun yang datang pasti akan selalu mendapatkan minum. Meskipun hanya air putih. Namun, tidak, kali ini Aileen membawa jus dalam kemasan dengan rasa leci.
"Hai! Maaf, lama. Lagi bantuin ibu," tutur Aileen. Ia mengulurkan satu botol jus pada Darren dan ia pun duduk di sebelah pria itu.
"Sibuk banget? Gagal lagi dong?"
Wajah Darren melemas, haruskah rencananya gagal lagi? Dia ingin menghabiskan akhir pekan dengan gadis itu walau hanya sesekali. Melepaskan rindu dan juga kembali mencoba dekat dengan Aileen. Namun, siapa sangka bahwa lika-likunya jauh lebih rumit dari dulu.
"Jadi dong. Emang kemana sih? Tidak ke taman bermain layaknya remaja kan?" Aileen tersenyum, dia hanya malu jika harus jalan berdua dan dilihat banyak pasang mata.
"Tidak, kita bisa pergi ke mana pun kamu mau. Aku akan turutin," jawab Aileen.
Aileen pun mengangguk. Dia izin untuk bebersih diri sebelum pergi. Sementara itu, Dewi dan Ayana kini yang menemani Darren. Merek bercengkrama dan juga bertanya bagaimana kabar ayah dan ibu pria tersebut.
Rasanya sudah sangat lama sejak SMP mereka tidak bertemu kembali. Dewi juga melihat banyak perubahan pada Darren. Namun, bocah itu tetap saja cerdas. Jauh lebih cerdas dari anaknya.
Meski begitu, Dewi tidak pernah membandingkan Aileen dengan siapapun. Dia memang sedikit tidak pintar, tetapi jika urusan pekerjaan, Aileen juaranya di rumah. Rajin, dan selalu semangat.
Beberapa menit sudah berlalu, Aileen keluar dengan menggunakan pakaian yang sederhana. Menggunakan celana jeans pensil warna hitam dan kaos hitam pula dengan jaket putih. Mengenakan flatshoes dengan pita kecil di bagian depan.
Lucu, mungkin itu yang terlintas dalam benak gadis itu saat membelinya. Toh itu juga tidak terlalu mencolok. Jadi, Aileen tidak juga terlihat seperti gadis belasan tahun.
"Siap!" katanya begitu keluar dari kamar dan berjalan keruang tamu. Menggunakan tas samping yang tipis, mungkin hanya bisa diisi dengan ponsel dan juga uang.
"Kakak keren. Mau ngedate, ya?"
Kembali Ayana menggoda sang kakak. Benar-benar bocah tengil.
"Apaan sih. Masih kecil dari mana kenal ngedate - ngedate?" sergah Aileen sembari mengusap wajah adiknya dengan telapak tangannya.
"Aku udah gedhe! udah baligh. Udah kelas 3 SMP, masa masih kecil aja sih?" sungut Ayana. Dia juga akhirnya yang kesal karena selalu menggoda sang kakak.
"Yang jelas masih tuaan, aku! Dan umurmu masih tetap di bawah aku, Ay!"
Aileen tidak mau kalah. Dia terus saja mengelus dan membuat adiknya kian kesal dan cemberut.
"Ya, sampai buah rambutan gundul pun, aku tetep lah dibawah kakak, namanya juga adik! gimana sih!"
Semuanya tertawa mendengar perdebatan mereka yang justru menjadi hiburan bagi mereka. Bukannya kesal tetapi mereka justru terhibur.
"Sudah-sudah! Darren jagain Aileen, ya. Jangan malam-malam kalau pulang. Hati-hati di jalan, nak!"
Dewi melerai keduanya. Jika tidak mereka akan tetap seperti itu. Aileen dan Darren pun berpamitan. Setelah Darren, mengiyakan dan berjanji akan menjaga gadis itu.
Mereka pergi, menggunakan motor kesayangan Darren. Motor trail yang selalu menjadi andalannya. Suka, karena trail bisa menerjang segala medan. Baik perjalanan yang ekstrim ataupun jalanan umum.
Perjalanan mereka akan sedikit jauh dari kota dimana Aileen dan juga Darren tinggal. Namun tetap mereka tempuh karena sakaligus tugas Darren yang harus mengamati benda-benda pada jaman baheula.
Aileen dan juga pria itu akan pergi ke museum. Museum yang menyajikan berbagai macam kendaraan dari berbagai benua, dari, Amerika, Eropa dan Asia bisa dijumpai di sana. Bahkan mobil pertama kali yang dikendarai presiden pertama Indonesia pun ada.
Sekitar dua jam perjalanan akhirnya mereka sampai di tempat tujuan. Darren membeli tiket untuk masuk. Museum ini hanya buka sampai jam tujuh malam saja.
Beruntung antrian penjualan tiket tidak terlalu banyak. Meskipun begitu tetap saja Darren harus mengantri, karena tetap ada beberapa orang yang akan masuk bersamaan dengan keduanya.
Usai membeli tiket, mereka pun masuk. Mulai berkeliling melihat berbagai macam mobil, kereta tarik, dan mobil-mobil jadoel di sana.
"Ini menakjubkan, Darren. Kira-kira mereka mengumpulkan semua ini dari mana?"
Aileen berdecak kagum melihat berbagai kendaraan yang terparkir di sana. Tidak hanya ratusan, mungkin ribuan kendaraan, transportasi jaman-jaman dulu.
"Tentunya mereka pasti punya tim ekspedisi khusus, dan koneksi kuat dari para konektor," jelas Darren. Dia memang sudah membaca banyak artikel tentang tempat ini. Dia sudah sangat ingin berkunjung sejak lama. Namun tidak pernah ada teman.
"Keren, ya, aku ingin berkeliling, ayolah, cepat!" Aileen menyeret tangan pria itu. Sejenak Darren termangu. Merasakan sentuhan Aileen membuat konsentrasinya buyar seketika. Namun, sekejap kemudian ia berhasil menyadarkan dirinya.
"Iya bawel." Darren mengikuti langkah kecil Aileen. Entah sadar atau tidak. Gadis itu tetao menggenggam tangan Darren.
Jantung pria itu seakan melompat dari singgasananya.
Mereka berputar-putar. Mata keduanya terpana. Tidak hanya mobil dan kereta. Bahkan pesawat pun ada di sana. Ada kendaraan yang paling tua disana yaitu tahun 1910 mobilnya 'Bui Ten Toy Tonneau' dari Amerika Serikat. Bentuknya seperti kereta mirip mobil Ford keluaran pertama.
Dan koleksi paling muda di Museum ini adalah keluaran 2004 yaitu 'Hummer H2 Limousine'. Koleksi disana kebanyakan klasik.
Ada sebanyak 150-200 unit mobil dan 500 unit alat angkut.
Masih banyak lagi kendaraan-kendaraan yang berada di sana. Bahkan mobil yang dikendarai Ratu Elizabeth II.
Yaitu Ceremonial Land Rover dan Bentley Mark.
"Aku lelah," keluh Aileen. Dia tiba-tiba duduk di kursi yang tersedia di sana.
Darren menatap Aileen. Dia tidak tega melihat gadis itu mengeluh. Hari juga mulai siang, tentu mereka sudah kelaparan. Darren mengajaknya untuk ke kantin yang ada. Tempat semua kuliner disediakan.
Mereka menuju kantin di area Museum itu. Darren pergi meninggalkan Tria untuk membeli minum. Dan dia kembali dengan membawa dua botol minuman kemasan juga makanan untuk mengisi energi mereka.
"Terima kasih," balas Aileen.
*
"Aku suka sama kamu," ....
Siapa nih? Agam? Darren?