Bab 24: Tragedi

1698 Kata
Bab 25 Mereka berdua makan dengan sesekali diselingi dengan canda tawa. Rasanya mungkin kebersamaan yang dulu pernah tercipta kembali lagi. Baik Darren dan juga Aileen, tidak lagi kaku. Mereka jauh lebih dekat, dan saling pukul jika tidak sesuai dengan candaan atau ejekan mereka mulai keluar. Darren menatap dan terus mendengarkan Aileen bercerita. Membagikan kisahnya ketika baru pertama kali datang ke kota ini. Lalu memberikan tanggapan tentang cuaca yang mereka lewati tadi. Seakan pergantian hawa panas ke dingin benar-benar terasa berbeda. Begitu memasuki perbatasan kota, udara dingin tiba-tiba menyeruak dan membuat bulu di tangan Aileen berdiri. Walaupun itu siang hari, tetapi udaranya sangat terasa sejuk dan juga asri. Aileen sangat menyukainya. Jauh berbeda dengan kota ManningSportsa. Sumpah, kamu cantik jika tertawa seperti itu. Tidak lagi lusuh, dekil kaya dulu, batin Darren. "Woy! bengong. Kesambet setan mobil tua, tau rasa!" teriak Aileen, sembari memukul lengan pria itu. "Enggak, lah. Aku hanya lihat, kamu. Rasanya aku juga bahagia jika kamu bahagia." Darren tersenyum dan kembali meneguk air minum miliknya. "Benarkah? Ehm— Lebay!" kata Aileen kemudian, setelah menyanjung namun kemudian mengolok-olok pria itu. Sudah menjadi kebiasaan bagi Aileen jika bersama dengan Darren. Seperti kucing dan tikus yang selalu berebut mainan, atau makanan. "Aileen, aku suka sama kamu," ucap Darren kemudian. Seketika membuat Aileen yang baru saja tertawa terbahak karena mengejek Darren pun terhenti. Benar-benar berhenti seperti ada rem cakram yang mampu menghentikan tawa itu. "Hah?! Eh, tengil! Nggak usah ngadi-ngadi! Kamu beneran kesambet setan mobil tua, ya?" Aileen memegang dahi pria itu. Mengecek suhunya. Menyamakan dengan suhu tubuhnya sendiri. Wajahnya, mengerut karena aneh dengan sikap sahabatnya itu. "Aileen aku mau kamu jadi pacarku," sambungnya. "Darren! kamu kesambet beneran, ya?!" Aileen membentak pria itu, bahkan memukul kepala pria itu. Dan Darren pun mengaduh. Pria itu mengusap kepalanya yang terasa pening. "Sebaiknya kita pulang. Aku takut kamu makin parah!" Aileen menyahut tasnya dan membayar makanan mereka. Kemudian ia pun berjalan menjauh dari lelaki tersebut. Darren mengejarnya dan mencoba menahan tangan Aileen. Namun, gadis itu terus berjalan tanpa henti. Ini adalah kali pertama dia mendapatkan ungkapan cinta. Akan tetapi, Aileen tidak memiliki perasaan apapun pada Darren. Selama ini, mereka berteman sudah sangat lama. Sejak SD, tidak! Dari kecil bahkan saat dalam kandungan mereka sudah saling bersama. Karena kedua ibu mereka selalu berbagi apapun. Mereka hanya berjarak beberapa hari saja, itulah sebabnya Aileen sangat biasa memperlakukan Darren dengan segala kebar-baran yang dia miliki. Namun, siapa yang sangka bahwa setiap ada persahabatan selalu tumbuh cinta? Aileen tidak pernah mau memiliki sebuah hubungan selain persahabatan dengan Darren. Mungkin, pada semua lelaki, jika semua itu adalah teman atau sahabatnya. Aileen, tidak mau menikah dengan pria yang sebaya dengannya. Sia adalah pecinta lelaki dewasa. Tapi, bukankah jika memang jodoh tidak kemana? "Leen! Tunggu! Hei, kamu marah?" Darren mencoba menahan tangan gadis itu. Aileen berhenti dan dia pun menghadap pada pria itu. "Kita pulang, aku sudah lelah. Kita makan sambil ngoceh aja, tahu-tahu sudah sore. Aku takut macet dan juga keburu malam," tutur Aileen. Gadis itu mengalihkan pembicaraan. Ia tidak mau dibantah. Dia tidak mau membahas apapun tentang perasaan. Aileen masih ingin sendiri dan juga masih suka berkelana. Memilih lelaki yang sangat dia sukai, atau pria yang bisa membuatnya mabuk kepayang. Darren tidak ada pilihan kecuali mengikuti gadis itu bukan? Dia harus bersabar, tidak mudah bagi Aileen bukan? Terlebih mereka sudah sangat lama bersama, jika tiba-tiba mereka memutuskan berhubungan lebih dari teman rasanya sangat aneh bagi Aileen. * Dalam perjalanan pulang, ketakutan Aileen benar terjadi. Bahwa, jalanan mulai macet, juga hujan yang bersiap akan turun. Membuat perjalanan semakin lama dan juga terasa jenih. Hari sudah mulai gelap awan hitam sudah berjejer di atas sana. Satu kesalahan Darren. Kenapa dia tidak mau menggunakan mobil, sehingga bisa lewat di jalan tol. Kini mereka harus melewati jalan alternatif yang jauh lebih lama. Juga padat dengan berbagai kendaraan lain yang tidak sedikit. Semua ingin cepat sampai sebelum hujan itu turun. Tanpa terasa hujan pun turun membasahi siapapun insan yang berada di alam bebas. Tidak terkecuali Aileen dan juga Darren. Pria itu ingin mengajak Aileen berteduh. Akan tetapi Aileen menolaknya dia yakin bahwa hujan tidak akan reda, karena mendung yang terlihat awet. Darren takut jika sampai Aileen sakit. Namun, gadis itu meyakinkan bahwa dia jauh lebih kuat dari apa yang Darren kira. Lelaki itu pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Di atas aspal yang licin dan juga kemacetan yang menjadi. Beberapa jalan yang yang berlubang, genangan air yang menciprat keseluruhan pengendara jika berpapasan dengan truk atau bahkan mobil. Aileen, semakin mempererat pegangan tangannya di pinggang temannya. membuat pria itu merasa senang akan situasi ini. Sepertinya kesempatan dalam kesempitan. Jalanan yang licin membuat Arya mengendarai motornya dengan perlahan dan berhati-hati. Mereka sudah mulai keluar dari kota terdingin itu. Melewati beberapa jalan yang mulai sepi. Kemacetan membuat malam semakin larut. tiba-tiba ada seorang anak kecil yang mencoba menghentikan laju motornya. Yang juga diketahui hal itu oleh Aileen yang duduk dibangku belakang. "Hei, Tunggu. Lihatlah," lirih Aileen. Wanita itu kedinginan. Giginya gemeletuk. Kulitnya pucat karena air hujan benar-benar membasahi tubuhnya. "Biarkan saja, kita harus segera pulang kan?" Darren ingin mengabaikan anak yang berada di pinggir jalanan. Namun Aileen kekeuh ingin menolong anak itu. Tidak ada pilihan lain untuk Darren, ia pun berhenti. Saat jarak antara anak itu dan mereka semakin dekat. Aileen turun terlebih dulu, kemudian disusul oleh Darren. Mereka mendekati anak kecil itu. "Kenapa di sini? Kakak antar pulang, ya?" ajak Aileen. Dia memegang pundak bocah lelaki yang pakaiannya sudah compang camping dan juga basah kuyup. "Beres... beres...." kata anak itu. Darren dan juga Aileen merasa binggung dan saling pandang. Apa yang dilakukan anak ini. Mereka aneh dengan sikap bocah itu. Bukannya menjawab mereka justru berkata tidak jelas. Aileen mengira bahwa anak ini sakit dan mengigau. Namun Darren merasa ada yang tidak beres dengan sikap anak ini. Ia menarik lengan Aileen dan hendak mengajaknya pergi. Namun, Aileen justru menepis tangan Darren. Dia tidak tega dengan bocah itu. Aileen merangkul anak lelaki itu, dan membawanya ke dekat motor. Namun, Darren kembali menahannya. "Aileen, sebaiknya kita pergi, sebelum terjadi sesuatu dengan kita. Dan ini sudah malam, jalanan mulai sepi," tutur Darren. "Justru karena itu, kita harus mengantarkan dia pulang. Kamu tega ninggalin dia disini sendirian?" Darren menarik pergelangan tangan aileen. Menjauh dari anak itu dan juga motornya. Namun Aileen tidak melepaskan genggaman tangan bocah itu. Hingga saat itu, ada beberapa anak muda yang umurnya kelihatan lebih tua dari mereka berdua, menghampiri keduanya. Wajah pria-pria itu begitu sangat aneh dan menakutkan. Melihat itu Aileen melepaskan pergelangan anak yang dia genggam, kemudian bersembunyi di balik tubuh Darren yang basah kuyup. "Darren kau benar, maafkan aku," bisik Aileen. Dia menyesal dan sangat takut saat ini. "Sudahlah bukan waktu yang tepat untuk saling menyalahkan," jawab Darren dengan tidak kalah berbisik. Para lelaki itu semakin mendekati Darren dan juga Aileen. Mereka semakin melangkah mundur dari para preman. Namun mereka semakin melangkah maju. Hingga akhirnya Aileen juga Darren sampai di bibir jalan. "Maafkan kami bang, apa yang bisa kami berikan agar kami bisa lepas?" tawar Darren. Dia tidak pandai berkelahi. Tugasnya selama ini hanya belajar dan berada di depan buku atau laptop saja bukan? "Hanya gadis itu dan sedikit pesangon saja," kata pria yang dandanannya paling nyeleneh, dengan rambut dicat dan juga tatto di mana-mana juga telinga yang tindiknya berlubang besar sekali. "Tapi bang, ini teman saya. Saya akan kasih apapun untuk abang, asalkan kami berdua boleh pergi. Kami berdua bang," usul Darren. Tidak dipungkiri bahwa lelaki itu sangat takut. "Kalau begitu kau cari mati!" Setelah berkata demikian pria itu langsung meyabetkan sebuah belati ke arah Darren. Beruntungnya pria itu bisa mengelak, dan teriakan Aileen pun tak terelakkan. Melihat bosnya menyerang kemudian keempat pria lain ikut menyerang Darren secara bersamaan, anak kecil tadi hanya melihat seperti sedang menikmati film action. Darren melawan sebisa mungkin, dengan pukulan, tendangan. Yang tidak ada kiranya. Setidaknya dia harus bisa selamat untuk menyelamatkan Aileen. Dia sudah berjanji akan menjaga wanita itu kan? "Aileen! larihlah, cari bantuan!" teriak Darren di sela-sela pergulatannya. Tanpa menjawab Aileen pun berlari, teyapi salah satu dari pria yang mengepung sahabatnya menjauh dari kawanannya mengejar gadis tersebut. "Akh... Darren!" pekik Aileen. Dia tertangkap. "Diamlah cantik. Kita akan melepaskanmu kalau kau menurut. Diam!" bentaknya. Aileen, menginjak kaki pria itu, menggigit tangannya dan sebisa mungkin dia meninju muka pria itu. Beruntungnya pukulannya tidak meleset, karena pria itu sudah dibuat kesakitan atas kaki dan tangan yang di injak dan digigit. Tria pun lari dan mengambil ponselnya. menelfon pusat bantuan. Dengan tergopoh-gopoh dan juga panik. "Tolong kami! kami dikeroyok beberapa pemuda berandal. Di jalan Diponegoro saya tidak tahu nomernya, di jalan alternatif antar kota cepatlah kumohon, temanku sudah tidak bisa bertahan." Ucapnya dengan cepat. Dan saat selesai menelpon ponselnya pun dirampas oleh pemuda yang baku hantam dengannya tadi. "Kumohon maafkan aku. Kumohon," iba Aileen. Pria itu meremukkan ponsel Aileen. Sampai sudah pasti tidak bisa lagi ia gunakan. "Setelah apa yang kau lakukan padaku? Tidak! aku takkan membiarkan itu. Dasar cewek sialan." Pria itu menampar pipi kiri Aileen dengan sangat kencang. Seketika sudut bibir Aileen berdarah. Air mata dan juga air hujan beradu malam ini. Tidak ada bantuan yang datang. Entah bagaimana kondisi mereka selanjutnya. Disisi lain, Darren sudah jatuh tersungkur dengan banyak luka di wajahnya, sampai sudut bibir dan hidungnya berdarah. "Darren! Tolong!" Pinta Aileen yang tengah dicekal oleh pria itu. Ketua berandal itu mendekati Aileen menciumi aroma tubuh gadis itu. Aileen ketakutan tubuhnya bergetar. Dia tidak mau hidupnya berakhir seperti ini. "Emm... memikat. Kenapa kau harus melawan cantik?" ucap ketua geng tersebut. Pakaian Aileen sudah sangat basah, dan pipinya terdapat bekas tamparan pria tadi. "Sudah bos... sikat sekarang saja!" kata anak buahnya yang lainnya yang ikut menghajar Darren sebelumnya. "Tidak... tidak... kumohon. Aku akan berikan uang yang abang minta berapa pun," sergah Aileen. Dia masih mencoba bernegosiasi. "Sayangnya tawaran itu sudah tidak berlaku, sejak temanmu menolak memberikanmu pada kami tadi!" Sambil menjambak rambut Aileen. Gadis itu mendongak dengan memekik kesakitan. Sementara Darren pria itu masih terkapar. Tidak mampu untuk berdiri. "Jangan berani-berani menyentuhnya," teriak Darren, mencoba berdiri, dengan sisa tenaga yang ada. Namun seorang pria pun menendang dan menginjak lutut Darren "Akh!" teriakan pilu Darren membuat Aileen kian terisak, haruskah mereka mati ditangan orang-orang seperti ini? "Jangan bang kumohon, lepaskan teman saya. Akh... sakit bang," rintih Aileen. Adakah yang menolong mereka?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN