Bab 50: Pertengkaran Lagi

1266 Kata
Bab 50 Aileen mencoba menghentikan tindakan Agam. Darren bisa mati jika terus mendapatkan pukulan dari pria itu. Gadis itu berusaha menahan lengan kuat Agam. Sampai Aileen memasang tubuhnya di antara Agam dan Darren. Akhirnya dialah yang mendapatkan pukulan dari Agam. Tepat di muka Aileen. Seketika penglihatan Aileen kabur Hidungnya mengalir darah segar dan dia menatap wajah Agam yang masih berapi-api. "Aileen!" teriak kedua lelaki itu. Meskipun Darren sudah hampir terkulai. Agam segera melepaskan cengkramannya dari Darren dan menangkap tubuh Aileen yang hampir terjatuh. "Aileen, bangun. Kenapa kamu lakukan itu. Maafkan, aku." Darren sangat marah, Aileen tidak sadarkan diri. Pukulan Agam benar-benar kuat, bahkan dia yang lelaki saja tidak mampu membalasnya, apa lagi Aileen seorang wanita yang tiba-tiba secara spontan mendapatkan pukulan itu. "Gila kamu! Kamu lihat apa yang kamu lakukan pada Aileen?!" Darren membalas pukulannya pada rahang kiri Agam. Dia tidak membalas karena sibuk dengan Aileen yang sudah terkapar Ia segera membopong tubuh Aileen masuk kedalam mobilnya. Namun, Darren mencegah Agam untuk pergi. "Biar aku yang bawa dia," sergah Darren. Dia menahan lengan Agam dan berusaha mengambil alih tubuh Aileen. Agam tidak menghiraukannya dan menyingkir dari hadapan Darren. Namun, lelaki itu tidak menyerah, Darren terus menahan Agam agar tidak pergi. Dia yang akan membawa Aileen ke rumah sakit bukan Agam. "Egois lu, lu emang buta. Lihat Aileen sudah pingsan dan lu masih menahan gua?! Sinting!" sindir Agam. Agam segera masuk kedalam mobilnya. Tiba-tiba Dewi datang. Dia panik begitu mendengar info dari tetangganya. "Ada apa ini?! Mana Aileen?! Kalian itu ke apa sih?! Bisa tidak menjaga Aileen dengan benar! Dasar kalian para lelaki memang selalu membuat wanita sakit hati!" Dewi memasukkan kepalanya dan melihat Aileen yang berada di bangku belakang dengan luka di hidung dan memar di rahang dan mata sebelah kirinya. "Aileen! Siapa yang lakukan ini?! Kita kerumah sakit! Aileen, astaga, nak. Gila kalian!" Dewi terus mengumpat. Agam segera masuk dan meninggalkan Darren sendirian. Kemudian Agam bersama dengan Dewi pergi ke rumah sakit. Dewi sangat panik, dia tidak pernah melihat Aileen seterluka itu. Sejak kemarin malam dia tidak melihat anaknya, pagi tadi hanya sebentar dan mengurung diri di kamar. Lalu sekarang dia bisa melihat anaknya tetapi harus dengan kondisi yang menyedihkan. Hati ibu mana yang tidak sakit dan terluka. Rasanya Dewi ingin membalas pukulan yang didapatkan oleh Aileen. Beberapa menit mengebut di jalanan, Agam dan Dewi tiba di sebuah klinik terdekat. Dewi segera membuka pintu dan Agam kembali menggendong tubuh Aileen. "Dokter! Dokter, tolong anak saya. Tolong!" cemas Dewi, dia berjalan lebih dulu dan menerobos antrian di sana. "Maafkan saya, ibu, bapak. Anak saya butuh penanganan segera. Saya mohon anda semua mau memberikan celah untuknya," pinta Dewi dengan derai air mata. Dia tidak tahu harus berbuat apa, dia takut terjadi apa-apa dengan Aileen. Beruntungnya masih ada orang baik. Mereka yang di sana sebagian besar ibu hamil yang mengontrolkan kehamilannya. Tidak terlalu darurat. Dewi menyalami mereka satu-persatu sebagai tanda terima kasih. Kemudian dokter keluar dan segera menolong Aileen. Agam dan Dewi pun ikut masuk ke ruangan sempit itu. Melihat jalan penanganan sang dokter pada Aileen. Agam terus menatap wajah Aileen tanpa berpaling. Dia ingat bahwa semalam mereka bertengkar. Dalam heningnya malam. Seharusnya Agam tidak mengatakan apapun. Jika memang saat ini, dia telah mencintai Aileen. Harusnya dia menutup rapat-rapat apa yang membuat hati Aileen terluka. Jika saat ini cinta hadir dalam diri Agam, sudah pasti penyesalan pun datang padanya. Benar, lelaki itu menyesal untuk yang kedua kalinya. Terlebih Aileen berada di sana saat ini karena ulahnya yang tidak bisa mengontrol dirinya. Maaf, bangunlah. Aku janji jika kamu bangun dan baik-baik saja. Aku akan pergi, mungkin dengan begitu kamu tidak akan terluka karena mengenalku. Seharusnya kita tidak bertemu, seharusnya kamu bahagia dengan laki-laki itu, batin Agam. Dia memutuskan untuk keluar. Menunggu dua wanita itu di teras klinik pinggir jalan itu. Agam mengusap wajahnya yang tegang. Bahkan dia lupa kalau dia belum tidur sejak kemarin malam. Agam menatap lalu lalang kendaraan. Pikirannya berhenti, dia hanya bisa memikirkan kesalahannya pada Aileen. Hingga membuat gadis itu tersakiti. Dan marah padanya. Suara derap langkah kaki dari dalam. Suara Dewi yang terus menuturkan banyak wejangan untuk anaknya di dengar oleh telinga Agam. "Kenapa bisa sampai kejadian seperti ini?!" Dewi memapah tubuh anaknya untuk keluar. Dia tersenyum pada semua pasien di sana tanda terima kasih. Sampai berada di teras dan bertemu dengan Agam. Aileen menatapnya dengan sinis, dan berjalan mendahului ibu dan juga lelaki itu. "Aileen, tunggu!" Dewi menatap Agam, dan lalu memilih menyusul anaknya. Dia menatap kesal pada Agam. Dia bisa membaca situasi saat ini. Kalau Agam lah yang menjadi akar permasalahan Aileen sedari tadi pagi. "Aileen, tunggu ibu. Kita mau naik apa? Ibu tidak bawa dompet, tidak bawa ponsel." Tiba-tiba Aileen menghentikan taksi yang lewat. Setelah mobil umum itu berhenti dia pun masuk disusul dengan sang ibu. Tanpa menjawab pertanyaan dari sang ibu. Mereka kembali ke rumah dan meninggalkan Agam. Lelaki itu membuntuti taksi yang di kendarai Aileen. Dia ingin meluruskan masalah ini. Dan sesuai janjinya, bahwa dia akan pergi dari hidup Aileen. Sampai di rumah. Aileen turun, dia tidak apa-apa hanya luka lebam itu membuatnya seperti zombie. "Nak, kamu istirahat, ya. Ibu balik ke toko," ungkap Dewi. Aileen mengangguk. Dia membuka pagar rendah rumahnya dan masuk. Darren duduk menunggu di tempat sebelumnya. Kemudian Agam mengejar Aileen. Dan membiarkan gadis itu untuk berbicara dengan Darren terlebih dulu. "Aku mohon jangan datang lagi. Anggap saja semua kesempatan yang pernah aku berikan itu tidak ada. Darren, kita bukan pasangan kekasih, kita teman kita sahabat. Sampai kapanpun aku tidak bisa merubah kenyataan itu. Aku sakit melihatmu bertengkar, aku sakit melihatmu terluka dan aku terluka jika kita bertengkar, maafkan, aku." Setelah berkata demikian dia masuk ke rumah dan menutup pintunya. Aileen sempat melihat ke arah Agam tanpa ekspresi. Dia sangat marah pada lelaki itu. Tidak mau bertemu atau bahkan berbicara dengan lelaki tersebut. "Leen, please. Jangan seperti ini. Aku cinta sama kamu, Aileen. Aku janji tidak akan melukaimu lagi, aku janji." Teriakan Darren hanya akan membuang tenaganya. Aileen tidak akan membuka pintu ataupun berbicara dengan siapapun saat ini. Darren kecewa, lesu dan tidak bertenaga. Dia kembali duduk dan tertunduk. Baru saja dia bahagia dengan hubungan baru mereka. Namun, semua harus berakhir secepat ini. Darren pergi dari rumah itu. Tidak peduli dengan keberadaan Agam yang mematung di halaman rumah Aileen. Mendung sudah berjejer diatas langit. Musim hujan yang tinggal satu bulan lagi akan berakhir. Namun, setiap hari harus terjadi hujan. Bahkan tidak tentu kapan air itu akan turun. Tidak juga peduli pagi, siang, sore ataupun malam. Agam menatap pintu rumah Aileen. Angin yang bertiup membawa aroma tanah yang basah. Mungkin di belahan lain kota itu sudah terguyur hujan lebih dulu. Lelaki itu tidak berpindah dari tempatnya. Dia mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Aileen. [ Maaf, untuk tadi malam dan barusan ] [ Maaf karena telah membuatmu terluka luar dan dalam ] [ Aileen, aku ingin kamu menemuiku sekali saja. Setelah itu aku akan pergi ] [ Maukah kamu membuka pintu dan keluar sebentar? ] [ Aileen, maafkan, aku. Sejak bertemu denganmu, aku memang banyak mengalami perubahan. Aku tahu aku bodoh dengan tetap mempertahankan dendam dan akhirnya melibatkanmu di dalamnya. Padahal kamu tidak tahu menahu tentang mereka. ] [ Bisakah kamu menemuiku. Aku tidak akan pergi sampai kamu mau bertemu denganku. Aku janji ini terakhir kalinya. ] Pesan demi pesan Agam ketik dan kirim pada Aileen. Namun tidak ada satupun yang terbalaskan. Agam terus menunggu, terus mengirim pesan bahkan sudah sampai ratusan pesan yang dia kirim dan Aileen terima. Hingga hujan pun turun, dan sore menjelang. Agam benar-benar tidak pergi dari halaman rumah Aileen. Kembali tertimpa hujan kembali basah karena air hujan. Apakah Aileen akan keluar dan menemuinya?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN