17. Penjelasan

1326 Kata
Kirana tidak pernah menyangka kalau kasusnya bisa sampai sepanjang ini. Dia sudah merasa tidak enak hati ketika Faisal, ketua kelasnya memberitahukan sesuau yang belum pernah Kirana bayangkan sebelumnya akan terjadi. Dulu, ketika di desa, dia dihinda ya sudah, tidak ada yang membela kecuali Anggi. Dan kalau sudah begitu, ya sudah, tidak ada kelanjutan kasus seperti ini. Gadis ini terkejut ketika mendengar kalau Bianca dan ketiga temannya betulan diskors/dicutikan atau diberhentikan selama dua semester atau satu tahun penuh. Itu artinya, Bianca dan ketiga temannya seperti gap year. Kalau ingin mengajukan banding, Kirana merasa tidak memiliki kewenangan karena sudah ada keputusan dari direktur yang menyatakan bahwa Bianca dan ketiga temannya yang lain, yang tak lain bernama Sindy dan Mei yang juga satu kelas dengan Kirana, dinyatakan dicutikan selama setahun. Orang tuanya sudah dipanggil. Tanpa menunggu SP atau Surat Peringatan yang menyatakan pelanggaran selama tiga kali, masing-masing orang tua dari mereka dipanggil untuk menghadap dosen wali sekalu penangjung jawab kelas anaknya berada. Berita bahwa Kirana dibully belum sampai kemana-mana karena dari pihak kampus sendiri menahan. Itu adalah sesuatu perbuatan kejahatan yang tidak seharusnya disebar luaskan karena ujung-ujungnya hanya menjelek-jelekkan almamater saja. Karena itu mereka di sidang secara pribadi, dan memang benar mereka mengakui sudah melakukan tindak bully yang sama saja dengan melakukan tidak kejahatan di lingkungan kampus. Sementara Kirana sendiri memang sengaja tidak dihadirkan. Pak Damar sebagai dosen wali menahan dosen-dosen lain yang ingin memanggil Kirana sendiri yang mana adalah korbannya. Bukan apa-apa, beliau hanya tidak ingin Kirana merasa terganggu. Jadi dengan menyebut saja, tidak perlu melihat wajahnya karena pada akhirnya, nanti Kirana juga bisa mendapat masalah lagi. Untung orang tua mereka bertiga yang melakukan tindak kejahatan berupa bully ini memang sadar kalau putri-putrinya kehilangan kasih sayang, jadi suka mencari perhatian seperti itu. Dan semua orang tua yang datang, mengucapkan permohonan maaf Kirana selaku korban dan bersedia mengganti rugi jika memang ada sesuatu yang rusak atau hilang dari milik korban. Namun, masing-masing orang tua mereka mengatakan kalau memohon agar putru-putrinya tidak dicutikan. Karena kalau dicutikan, mereka sendiri yang repot mengurus putri-putrinya yang memang sudah dan hampir tidak bisa diatur. Bahkan, wajah Bianca, Mei dan Sindy terlihat tidak menyesal sama sekali. Mereka malah lebih memilih memperhatikan kuku cantiknya hanya menipedi. Jangakan orang lain seperti Pak Damar dan dosen yang hadir, orang tuanya saja memang sudah nyarus angkat tangan sedari dulu. Makanya mereka memohon agar anak-anaknya jangan sampai dicutikan. Karena kalau itu sampai terjadi, mereka pasti mencari gara-gara di rumah. Dan itu pasti akan membuat mereka susah daripada tentram. Sudah baik kuliah malah sekarang ada kasus seperti ini. "Tolong lah, Pak. Anak-anak kamu jangan sampai dicutikan selama satu tahun. Sebagai orang tua, kami berjanji kalau mereka tidak akan membuat ulah lagi." Bu Mira, yang merupakan ibunya Bianca, menjadi perwakilan dari ibu-ibu yang lain ketika berbicara dengan dosen di ruang sidang ini. Hanya beliau yang paling pintar berbicara, makanya diajukan. Sebenarnya, ibu-ibu dari mereka juga bersahabat, masuk ke dalam circle yang sama, makanya tidak heran juga dengan pemikiran mereka yang hampir sama. Menurut mereka, uang bisa membeli segala-galanya. Namun sepertinya, mereka lupa kalau uang tidak bisa membeli harga diri seseoarang entah berapapun nominalnya. "Ini sudah menjadi aturan dari kampus sedari dulu, Bu. Semuanya tertulis secara jelas dalam pasal sanksi yang dilanggar oleh anak-anak ibu sekalian. Mereka berani berbuat berarti berani juga menerima akibatnya." Pak Selamet selaku kepala program studi Teknik Telekomunikasi di univeritas itu meyahut memberitahu. Pihak kampus tentu saja akan memberikan bukti-bukti konkret jika mereka tidak menerima hukuman yang anaknya terima. Siapa suruh berani-beraninya melakukan kejahatan di dalam kampus. "Saya jamin kalau anak-anak kami tidak akan melakukan perbuatan tercela lagi, Pak. Mereka akan minta maaf. Tolong beri mereka kesempatan. Mereka akan apa kalau dicutikan selama satu tahun? Nanti yang ada malah membuat masalah baru lagi di rumah seperti biasa." Bianca yang mendengar mamanya sendiri mengatakan hal demikian sudah tidak terkejut lagi. Dia memang anak kurang kasih sayang sejak dulu. Apalagi sejak kedua orang tuanya cerai karena papanya selingkuh. Dia ikut dengan mamanya, sementara mamanya jadi gila kerja. Katanya, mamanya yang tak lain adalah Bu Mira ini bekerja banting tulang karena demi dirinya. Tapi, Bianca merasa tidak ada gunanya semua yang mamanya lakukan karena Bianca juga tidak senang ketika mamanya suka pulang malam. Mereka tidak mempunyai waktu bahkan hanya untuk mengobrol sebentar beberapa menit setiap harinya sekalipun. "Bi, janji ya sama mama, bilang pada pak dosen kalau kamu dan teman-teman kamu tidak akan mengulanginya lagi." Bu Mira menepuk pundak Bianca yang diam saja, terlihat masa bodoh sekali dari tadi. "Apasih, kalau dicutikan ya biarkan saja." Jawab Bianca masa bodoh. Dia muak dengan sidang yang berlangsung sekarang. Toh pada akhirnya, Bianca juga tahu kalau dia tetap tidak akan diizinkan pergi ke kampus selama satu tahun penuh tanpa boleh menginjakkan kaki sekalipun di lingkungan kampus. Namanya pasti juga langsung dibacklist oleh universitas lain karena namanya sudah terlanjur jelek di universitas sebelumnya. Para dosen yang melihat kelakuan Bianca dengan mamanya sudah sudah tidak kaget lagi. Pantas saja, dengan sesama temannya, dia tega melakukan bully seperti itu. Ini jelas masalah tidak main-main. Kirana menderita sesak nafas dan bahkan harus mendapatkan bantuan ventilator supaya bisa bernafas beberapa jam sebelumnya sebelum akhirnya bisa bernafas dengan normal kembali. Kalau seandainya waktu itu tidak ada yang datang menolong atau yang menolong terlambat, bisa jadi nyawa Kirana akan melayang. Jelas perbuatan tercela mereka bisa berujung maut. Kalau membenci seseorang, seharusnya tidak sampai melakukan hal sejauh itu. Ini sangat keterlaluan sekali. Kalaupun ibunya Kirana ataupun orang tuanya dikabari tentang ini, pasti orang tuanya juga tidak terima dan merasa sedih putrinya yang tidak salah apa-apa diganggu. Ketika ditanyai apa motif mereka menganggu Kirana, mereka menjawab serta merta kalau Kirana itu culun dan tidak pantas satu kelas dengannya yang rata-rata orang menengah atas semua. Dan alasan seperti ini jelas sudah maksud ke dalam penghinaan yang merendahkan padahal Kirana tidak pernah melakukan sesuatu yang merugikan mereka. Pak Damar sebagai dosen wali juga memberikan kesaksian bahwa di jamnya, Kirana selalu duduk sendirian karena jumlahnya memang ganjil, 25 orang. Dan di luar jamnya pun, dosen-dosen yang lain mengatakan hal yang sama dengan Pak Damar. Dan untuklebih jelas, sampai dikonfirmasi kepada ketua kelas yang bernama Faisal, dia juga membenarkan kalau Kiran sedari awal masuk kelas untuk pertama kali, dia selalu sendiri karena tidak ada yang mau duduk bersebelahan dengannya. Faisal juga dengan berani mengatakan kalau Kirana memang anak orang tidak punya karena perempuan itu saja tidak memiliki gawai pintar yang digunakan untuk berkomunikasi dengan sesama temannya, seperti grup kelas di w******p. Karena itu Kirana seperti tidak dianggap di kelas. Kalaupun dianggap, itu terkadang kesannya memanfaatkan saja, ada maksud terselubung. Dan paling sering menganggu Kirana selama ini meskipun Kirana hanya diam saja, itu memang Bianca dan kedua antek-anteknya yang tak lain adalah Mei dan Sindy. Ketua kelas Kirana juga tidak takut mengatakan kalau Bianca pernah mencoba menarik paksa kerudung Kirana di depan umum, tapi untung tidak terlepas sehingga auratnya tetap terjaga. Meskipun Faisal sendiri juga tidak dekat dengan Kirana, dia melindungi yang lemah dengan membelanya. Dia sering mengingatkan Bianca dan teman-temannya yang lain, tapi tidak pernah digubris. Justru malah tiap hari makin ada saja tingkah keterlaluannya yang semena-mena kepada Kirana. Bu Mira yang mendengar hanya bisa geleng-geleng tidak percaya. Uangnya segedong tidak akan bisa menyogok orang-orang pintar di universitas ini. Entah kenapa putrinya dan teman-temannya bisa sampai sejauh ini dalam berbuat. Padahal mereka sendir juga tidak pernah mengajarkan hal demikian. Mereka memang kaya, hedonisme, tapi Bu Mira berani bersumpah kalau dia tidak pernah mengajarkan hal seperti itu pada putrinya. Bianca memang sudah berubah sekali sejak dirinya berpisah dengan papanya. Dan Bu Mira sadar kalau semua perbuatan tercela yang dilakukan oleh Bianca dan teman-temannya adalah salahnya sebagai orang tua yaag tidak bisa mendidik putri-putrinya dengan benar. Kalau benar, putri-putrinya yang dulu baik dan cemerlang tidak akan serendah ini dengan melakukan penindasan dengan yang tidak berdaya. Sebagai orang tua, mereka kecewa sekali. Dan kekesewaannya lebih terasa kepada dirinya masing-masing daripada menyalahkan putri-putrinya. Seharusnya mereka lebih perhatian lagi. Ini tamparan keras bagi mereka semua sebagai orang tua dari Bianca, Sindy dan Mei.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN