Ketahuan Kakek

1234 Kata
Di depan jendela. Pria tampan itu segera menekan tombol 'ok' lalu menjawab panggilan dengan nama ID 'kakek' Namun, baru saja menekan tombol 'ok' dan dirinya hendak bicara, pria tampan itu mendengar suara Isak tangis Sinta yang kembali terdengar, padahal sebelumnya yang dia tahu, Sinta sudah berhenti menangis. Secepatnya, pria tampan itu pun segera melihat ke arah Sinta yang ternyata kalau dia, memang benar sedang menangis. Namun, yang membuat dia merasa aneh, dia melihat Sinta menangis sambil memeluk ponselnya. "Ada apa dengannya? Kenapa dia menangis sambil memeluk ponselnya? Apakah mungkin, ponselnya rusak?" Gumam pria tampan itu di dalam hatinya dan sejenak pria tampan itu terdiam tanpa bicara satu kata pun. Hingga, orang yang berada diseberang telepon pun berteriak keras, karena dia pikir sedang dalam jaringan yang jelek. ,"Halo, Daffin! apakah kamu masih disana?" Teriak lawan bicara pria tampan itu yang tidak lain adalah kakeknya. Pria tampan yang bernama Daffin pun merasa sangat terkejut dan dia segera kembali ke kesadarannya kembali. "Ha … halo kakek, ada apa? Kenapa tiba-tiba saja menghubungi aku?" Tanya Daffin dengan nada tidak senang. Mendengar itu, pria tua yang ternyata kakeknya Daffin itu pun kembali berteriak marah kepadanya. "Cucu b******k! Bisa-bisanya kamu bertanya seperti itu kepada kakek kamu ini. Harusnya kakek lah yang bertanya seperti itu padamu," ucap si kakek dengan suara marah dan terus berteriak kepada Daffin, setelah itu dia pun melanjutkan ucapannya lagi, "Ka …kamu kenapa tidak langsung pulang ke rumah kakek. sudah tiga tahun kamu tinggal di Rusia dan sekarang kamu kembali tidak langsung pulang ke rumah. Apakah kamu sudah menganggap kakek kamu sudah mati, hah!" Teriak si kakek sambil.memegang dadanya karena dia terlalu ramah, rasa sesak mulai menghampiri dadanya. Mendengar itu, Daffin hanya menghela napas pendek dan menjawab pertanyaan kakeknya itu. "Haisttt … kakek jangan teriak-teriak seperti itu, nanti asam urat kakek bisa kambuh. Memangnya kakek mau, di rawat di rumah sakit lagi," ucap Daffin sambil terkekeh sendiri. Mendengar itu, si kakek pun berteriak lagi karena kesal dengan ucapan cucunya itu. "Dasar cucu kurang ajar! Bisa-bisanya kamu mengejek kakek kamu ini,"ucap si kakek sambil mengatur napasnya secara perlahan, agar rasa sesak itu berkurang. Daffin yang masih terkekeh sendiri pun berhenti, lalu dia berkata kembali "Baiklah! Kakek jangan marah lagi, aku hanya bercanda saja. Ngomong-ngomong, aku minta maaf sama kakek, karena aku belum bisa pulang ke rumah, karena … aku ada urusan sebentar jadi tidak bisa langsung pulang ke rumah kakek. Tapi, mungkin nanti sore atau besok, aku pasti kembali ke rumah dan menemui kakek. Jadi, jangan marah lagi. Aku sangat mengkhawatirkan penyakit kakek itu bisa kambuh kembali. Nanti itu … itu asam urat kakek, bisa kambuh lagi," ucap Daffin yang kembali terkekeh sendiri. Mendengar itu, si kakek kembali berteriak marah kepada Daffin. "Cucu kurang ajar, bisa- bisanya kamu menyumpahi penyakit kakek ini kambuh, ya Tuhan. Dosa apa yang aku miliki sehingga memiliki cucu semacam kamu, jika bukan kamu cucu satu-satunya yang kakek miliki, kakek tidak akan memaksa kamu untuk kembali." Ucap si kakek dengan nada marah, namun dia sangat menyayangi Daffin. Mendengar itu, Daffin langsung menutup mulutnya untuk menahan tawanya, dia tahu jika kakeknya hanya sedang marah karena sebenarnya kakeknya sangat menyayangi nya. Daffin bukan hanya cucu satu-satunya tapi juga anggota keluarga satu- satunya yang dia miliki. Umur Daffin sudah berumur tiga puluh tahun dan belum memiliki kekasih bahkan dia tidak pernah dekat dengan wanita manapun. Membuat kakeknya merasa khawatir. Namun saat mendengar laporan dari anak buahnya, jika di dalam kamarnya dia tidak sendiri melainkan ada seorang wanita yang juga belum keluar hingga saat ini. Diam-diam kakeknya Daffin tersenyum sendiri. Sehingga, dia merasa penasaran dengan wanita yang berada didalam kamar cucunya, apakah wanita itu adalah istrinya? karena terlalu penasaran akhirnya dia pun bertanya secara langsung kepada cucunya itu. "Daff, siapa wanita yang sekarang bersama kamu? apakah dia istri kamu ataukah mungkin ... Dia kekasih kamu?" Tanya si kakek yang langsung mengubah nada bicaranya menjadi lebih lembut. Mendengar itu, Daffin pun merasa sangat terkejut. Karena ternyata, kakeknya itu telah mengetahui jika ada wanita didalam kamarnya saat ini. Apalagi Daffin mengetahui, jika Sinta bukanlah wanita yang di kirimkan oleh kakeknya. Sehingga Daffin kini, merasa aneh jika kakeknya telah mengetahui keberadaan Sinta saat ini. Secepatnya, Daffin menoleh kearah Sinta sebentar, lalu kembali melihat kearah jendela dan kini, perasaan bingung pun menghantuinya. "Bagaimana ini? Apa yang harus aku katakan pada kakeknya. Sinta adalah wanita yang baru aku temui tadi malam dan aku ... Aku harus memberi dia status apa?" Gumam Daffin sambil memegang dagunya. L Sejenak, Daffin pun berpikir untuk mencari jawaban yang tepat dari pertanyaan kakeknya. Hingga, Daffin pun mengingat. Jika Sinta sedang membutuhkan uang dan dia bisa menggunakan uang yang dia miliki untuk mengajak Sinta bekerja sama dengannya. Hingga, Daffin pun memiliki sebuah ide. Ide yang bisa membuat dirinya bisa terus bersama Sinta, Sinta wanita yang membuat dirinya merasa kecanduan dengan aroma tubuhnya yang begitu memabukkan dirinya. Bahkan, baru saja membayangkannya saja. Daffin merasakan tubuh bagian bawahnya langsung menegang dan dia langsung terkekeh sendiri. "s**t! Aku benar-benar kecanduan wanita ini," gumam Daffin sambil menggelengkan kepalanya berkali-kali. Setelah itu, Daffin tersenyum misterius, mengingat idenya kali ini akan sangat membantunya, agar kakeknya tidak terus menerus menjodohkan banyak wanita padanya, Daffin merasa sangat risih jika terus menerus menemui para wanita yang terus menerus bersikap sok manis dan terus mencari perhatian nya. Daffin merasa jijik dengan wanita semacam itu. Setelah yakin dengan idenya yang menurutnya sangat brilian itu. Secepatnya, Daffin menjawab pertanyaan kakeknya. "Oh …. I … iya, dia ... dia adalah istriku. itu sebabnya aku belum bisa kembali ke rumah kakek, itu karena aku masih ingin bersama dia, oh ya kakek! Mungkin aku akan kembali ke rumah kakek tidak hari ini. karena aku harus mengurus surat pernikahanku di negara ini, supaya kami bisa diakui di negara ini. hahahhaha ... kakek pasti mengerti kan apa yang aku maksud?" ucap Daffin sambil tertawa keras. Mendengar itu, Si Kakek pun ikut merasa sangat senang karena akhirnya memiliki seorang istri dan beban berat di dalam hatinya karena dia tidak mau melihat Daffin hidup sendirian tanpa pendamping pun, hilang begitu saja. Sehingga, si kakek pun tertawa sangat keras karena dia terlalu gembira. "Baiklah! kakek akan menunggu kalian di rumah, jangan lupa bawa istri kamu juga, kakek sangat penasaran dengan wajah istri kamu, wanita semacam apa yang membuat kamu bisa meruntuhkan pendirian kamu, hahhaha ... baiklah kakek tidak akan mengganggu lagi. Lanjutkan saja percintaan kalian, selamat tinggal." tut ... tut ... tut ... panggilan pun berakhir. Daffin menghela napas lega karena akhirnya dia bisa mengatasi kakeknya yang super cerewet itu. Setelah itu, Daffin kembali menoleh untuk melihat Sinta yang masih menangis sambil memeluk ponselnya. Melihat itu, Daffin merasa sangat kasihan, apalagi melihat wajah Sinta yang terlihat sangat pucat bersamaan wajahnya yang dipenuhi oleh air mata. Akhirnya, Daffin pun memanggil room service untuk memesan makanan karena dia tahu jika Sinta pasti sangat kelaparan dan sudah tidak memiliki tenaga sama sekali. Apalagi percintaannya tadi malam, pasti menghabiskan seluruh energi yang di miliki Sinta. Setelah menghubungi room service, Daffin berjalan untuk menghampiri Sinta dan setelah berdiri didekat Sinta. Daffin pun duduk disampingnya dan bertanya kepada Sinta yang masih menangis. "Baby, kamu kenapa?" Tanya Daffin sambil kearah ponsel yang masih dipeluk oleh Sinta, lalu setelah itu. Daffin mengulurkan tangannya dan mengusap rambut Sinta dengan lembut sambil melirik kembali kearah ponsel yang masih dalam pelukan Sinta itu. Melihat itu, Daffin merasa sangat penasaran, dengan hubungan ponsel itu dan tangisan Sinta yang terlihat sangat menderita itu. -bersambung- Dhini_218 Only on: Dreame n Innovel
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN