Uang satu Milyar

1267 Kata
Daffin menatap Sinta yang masih menangis sambil memeluk ponselnya. Entah mengapa hatinya merasa tidak nyaman saat melihat Sinta menangis seperti itu. "Ada apa dengan kamu, baby?" Daffin bertanya kembali kepada Sinta. Mendengar suara Daffin dan sentuhan lembut yang dia lakukan kepada rambutnya. Membuat Sinta harus mengangkat wajahnya dan melihat pria tampan yang berada tepat dihadapannya saat ini. karena dia belum memakai pakaian dan hanya ditutupi oleh selimut, sinta menarik selimut itu lebih tinggi untuk menutupi tubuhnya. Melihat itu, Daffin tersenyum nakal dan berkata dengan suara serak nan menggoda kepada Sinta "Ahemm ... Baby, untuk apa kamu menutupinya? Bukankah aku sudah melihat semuanya? Jadi … untuk apa kamu merasa malu kepadaku?" Ucap Daffin sambil mendekatkan wajahnya ke telinga Sinta. "Baby, cepat turunkan lagi, aku ingin melihatnya lagi," bisik Daffin sambil terkekeh sendiri. Mendengar itu. Sinta langsung menundukkan kepalanya karena Sinta benar-benar merasa sangat malu, apalagi Daffin kembali menggodanya, membuat Sinta ingin sekali pergi dan menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah seperti kepiting rebus itu. Setelah itu, Sinta pun langsung menghapus air matanya yang sudah membasahi pipinya dan kembali menatap Daffin yang sudah berada tepat didepannya. "Aku ... Aku tidak mau memperlihatkannya lagi sama kamu. Kamu … kamu sudah …." Sinta belum selesai bicara karena Daffin langsung menyelanya. "Ya! Aku tahu, kalau aku bukan pria yang seharusnya tidur dengan kamu tadi malam, jadi … aku sangat mengerti," jawab Daffin sambil melirik kearah ponselnya Sinta yang masih menyala dan Daffin langsung bertanya karena dia merasa sangat penasaran. "Ahemm ... Baby! siapa yang kamu tangisi sekarang? apakah kamu memikirkan nenek kamu yang sedang sakit itu?" Tanya Daffin yang masih menatap tajam kearah ponselnya Sinta. Mendengar itu, Sinta pun terdiam sejenak, karena Sinta tidak bisa mengatakan jika dia sedang menangis karena Jeffery, karena dia tidak ingin satu orang pun tahu hubungannya dengan Jeffery termasuk pria asing yang ada di depannya. Sehingga, Sinta pun memutuskan untuk berbohong, lalu dia pun menganggukkan kepalanya dan menjawab pertanyaan itu. "I ... iya! aku merasa sangat bingung, karena aku tidak bisa mendapatkan uang itu, a ... a ... aku tidak tahu harus mendapatkannya darimana lagi! hiks ... hiks ... hiks," jawab Sinta yang yang tanpa terasa, air mata kembali jatuh dari sudut matanya itu. Karena dia sudah merasa sangat bingung, karena dia tidak bisa mendapatkan uang sebesar itu dengan nominal jumlah yang sangat besar. Mendengar itu, Secepatnya Daffin langsung mendekati Sinta dan tanpa bicara apapun lagi, dia langsung memeluk Sinta saat itu juga. Saat itu, Sinta pun langsung merasa sangat terkejut dan dia langsung mendorong tubuh Daffin yang memeluk tubuhnya itu. "ka ... Kamu, kamu jangan sentuh aku lagi! ini … ini semua gara- gara kamu! kalau saja tadi malam kamu tidak mengatakan jika kamu bukanlah orang yang akan memberikan itu untukku aku, Mungkin saja nenek … Bisa operasi hari ini. Tapi sekarang, aku tidak bisa membayarnya, karena aku tidak bisa mendapatkan uang itu. Hiks … hiks … bagaimana ini? aku tidak bisa hidup tanpa nenek, aku lebih baik mati jika aku harus sendirian di dunia ini, hiks … hiks …." Ucap Sinta sambil menangis lalu dia pun melanjutkan ucapannya lagi, "Hika … hiks … hanya nenek lah yang aku miliki di dunia ini tanpa nenek, aku sendirian dan aku tidak mau hidup lagi jika harus sendirian seperti ini," ucap Sinta sambil menangis dan terus mendorong tubuh Daffin agar melepaskan pelukannya. Namun, Daffin tidak mau melepaskannya dan dia semakin mengeratkan pelukannya. "Baby, jangan menangis lagi. Aku bisa membantu kamu dan juga, aku bisa memberikan kamu uang yang banyak. Jadi, tolong hentikan tangisan kamu ini," ucap Daffin sambil memegang kedua pipi Sinta, lalu dia membantu untuk mengusap air matanya. Mendengar itu, Sinta pun berhenti mendorong tubuhnya Daffin dan membalas tatapan itu. "Ka … kamu bisa menolong aku? Kamu … kamu memiliki uang banyak juga?" Tanya Sinta yang sudah seperti orang bodoh. Mendengar itu, Daffin langsung menganggukkan kepalanya. "Ya, aku memiliki banyak uang dan aku akan membantu kamu, tapi …. tapi ada syaratnya," ucap Daffin kepada Sinta. Mendengar itu Sinta pun merasa sangat terkejut. Secepatnya, dia menatap Daffin dengan tatapan serius. "Ka … Kamu! Kamu jangan bercanda? Aku sedang serius saat ini. Sekali lagi aku bertanya sama kamu, apakah kamu bisa memberikan aku uang?" Tanya Sinta kepada Daffin. Mendengar itu, Daffin langsung menganggukkan kepalanya dan menjawab dengan penuh percaya diri. "Tentu saja aku serius baby, aku benar-benar memberikan kamu uang satu milyar, tapi seperti yang aku katakan sebelumnya, akan ada syarat yang harus kamu penuhi," ucap Daffin dengan serius. Mendengar itu. Sinta pun langsung terdiam, karena dia masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan, sinta menampar kedua pipinya dan itu terasa sakit. Sinta yang sedih tiba-tiba tersenyum cerah, "Pak! Mas atau siapapun anda, apakah benar yang tadi anda katakan? anda tadi ingin memberikan saya uang sebesar satu … satu milyar? pak! kamu tidak sedang berbohong padaku kan?" Tanya Sinta kepada Daffin dengan tatapan tidak percaya. Melihat itu, Daffin hanya bisa menghela napas lagi dan berkata, "Apakah aku terlihat sedang berbohong? memangnya aku tidak ada wajah seperti orang kaya? membuat kamu begitu tidak percaya padaku?" Tanyab Daffin yang merasa ingin menangis tapi tidak bisa mengeluarkan air matanya, karena dia merasa sangat kesal karena Sinta tidak mempercayainya. Dia pria kaya bahkan jauh lebih kaya dari orang-orang kaya di kota ini, tapi karena dia baru saja sampai di negara ini jadi banyak yang belum mengenal dirinya. Sinta tersenyum senang dan tanpa ragu lagi dia pun langsung menjawab, "Pak, mas, aku mau uang itu, tapi aku benar tidak salah mendengarnya. Uang … uang itu satu milyar?" Tanya Sinta hang langsung tersenyum sendiri, lalu dia melanjutkan ucapannya lagi. "Wah! Ternyata masih banyak kembaliannya. terima kasih pak! Mas! terima kasih! apapun syaratnya aku akan melakukannya, asalkan aku bisa mendapatkan uang itu!" ucap Sinta sambil tersenyum cerah. Daffin menaikkan alisnya karena melihat wanita cantik didepannya begitu cepatnya dia merubah ekspresinya saat mendengar uang yang sangat banyak. Namun, Daffin tidaklah merasa jijik atau kesal melihat ekspresi Sinta yang seperti itu, melainkan dia terlihat sangatlah lucu. Daffin tersenyum kecil dan dia merasa ingin mencium bibir tipis dan lembutnya milik Sinta yang membuatnya merasa kecanduan dengan bibirnya yang manis itu. Namun, dia harus menahan dirinya karena pasti Sinta tidak ingin disentuh olehnya saat ini. Menahan keinginan dalam hatinya, Daffin terbatuk kecil dan berkata, "uhuhukkk ... baby, apakah kamu sudah siap dengan persyaratannya? setelah kamu mengetahui persyaratannya kamu tidak bisa mundur lagi!" ucap Daffin dengan nada serius. Sinta mengangguk dan dia tahu jika uang sebesar itu tidak akan diberikan secara gratis, pasti harus ada yang di korbankan. Sinta menganggukkan kepalanya lagi dan tanpa ragu lagis, dia pun menjawab pertanyaan Daffin. "Pak! Mas! katakan saja apa yang anda inginkan dan syarat apa yang harus aku penuhi? Aku akan melakukan apapun demi kesembuhan nenek dan aku rela mengikuti semua persyaratan itu. Walaupun tubuh aku jadi taruhannya. tapi aku sudah sangat siap!" Jawab Sinta dengan gigihnya. Mendengar itu, Daffin pun kembali tersenyum dan secepatnya, dia mendekatkan wajahnya ke wajah Sinta, dengan tatapan yang terlihat seperti orang m***m dia pun berkata tepat didepan wajahnya Sinta yang hanya berjarak beberapa inci saja dengannya. "Baby, kamu yakin dengan keputusan kamu ini dan … tidak akan menyesal?" Tanya Daffin untuk mengingatkan Sinta yang terakhir kalinya. Tanpa ragu lagi, Sinta langsung menganggukkan kepalanya lagi sambil menjawab pertanyaan Daffin kepadanya. "Pak! Mas, aku sangat yakin dengan keputusan aku ini," jawab Sinta dengan membulatkan tekad. Mendengar itu, Daffin langsung menyeringai dan berbisik ditelinga Sinta. "Sekarang, kamu ciium aku," pinta Daffin kepada Sinta sambil.menunjuk kearah pipinya. Mendengar ktu, Sinta langsung merasa sangat terkejut dan untuk sejenak, dia pun terdiam sejenak, untuk mencerna apa yang Daffin inginkan darinya saat ini. -bersambung- Dhini_218 Only on : Dreame n innovel
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN