"Hallo," jawab Sinta sambil menatap kearah pria tampan yang masih memeluk dirinya.
Dari seberang telepon.
Maya pun berteriak dengan paniknya
"Hallo Sinta, kamu ada dimana? Kenapa semalam kamu tidak datang? Gara-gara kamu, om Albert sudah menunggu kamu semalaman, tapi kamu tidak datang! Apakah kamu mau menipu aku Sinta?" Teriak Maya yang sudah dikuasai api amarah.
Karena, setelah dia pergi ke klub malam dan bersenang-senang dengan para pria tampan. Tiba-tiba saja, orang-orang suruhan dari pria yang bernama om Albert itu datang dan menyeretnya dari klub itu hingga ke kamar hotel tempat pria tua itu berada. Lalu, karena Sinta tidak datang, Maya harus menggantikannya dan dia mendapatkan banyak siksaan karena pria tua yang bernama Albert itu merasa sangat kecewa dengan dirinya.
Kini, tubuh Maya penuh dengan luka bekas cambukan serta gigitan dari ganasnya pria tua itu.
Sehingga, Maya merasa sangat kesal kepada Sinta yang sudah membuat dirinya harus mengalami penderitaan itu dan Maya semakin membenci Sinta.
Sementara itu.
Saat mendengar ucapan Maya,
Sinta pun merasa sangat terkejut dan tanpa dia sadari, dia pun menjatuhkan ponselnya dari tangannya. Namun, Sinta segera tersadar dan langsung menangkap ponselnya itu.
"A … apa? Aku … aku tidak datang? Aku … aku juga ada di hotel king sekarang? Jadi, kalau pria yang kamu katakan itu tidak bertemu denganku, lalu … lalu … lalu dia siapa?" Ucap Sinta dengan bibir gemetar dan seluruh tubuhnya terasa sangat lemas, karena pria yang saat ini bersamanya adalah orang yang salah.
Sinta pun terdiam sejenak dan seluruh pikirannya langsung terasa kosong. Dia tidak menyangka, jika dia bisa masuk salah kamar dan tidur bersama pria yang salah juga.
Sinta pun menundukkan kepalanya sambil memegang erat ponselnya.
Namun, dari seberang sana. Maya kembali berteriak dengan suara penuh amarah.
"Hallo Sinta! Kamu di mana sekarang? Kamu harus bertanggung jawab dengan semua ini?! Halo Sinta! Halo!" Teriak Maya yang masih belum puas memarahi Sinta karena dia sudah mengalami penderitaan disiksa oleh om Albert dan Maya terus menyalahkan Sinta.
Sedangkan Sinta.
Saat ini, dia merasakan sekujur tubuhnya terasa lemas, karena uang 100 juta yang harusnya dia dapatkan dari pria yang direkomendasikan oleh Maya pun gagal dan Sinta merasa jika kesuciannya sudah hilang maka tubuhnya sudah tidak ada artinya lagi.
"Bagaimana ini? Bagaimana ini? Pengobatan nenek, aku harus mendapatkan uang itu darimana lagi?" Gumam Sinta sambil menggigit bibirnya. Sinta merasa jika dia memang sudah gagal dan kini, tidak ada jalan lain karena dirinya sudah tidak ada gunanya lagi.
Sementara itu.
Maya masih terus berteriak di seberang sana, karena Sinta tidak menjawab semua pertanyaan serta makian yang dia lontarkan, sehingga Maya semakin kesal dan rasanya dia ingin merobek wajah polosnya Sinta.
"Sinta, puas kamu melakukan ini semua padaku? Beginikah cara kamu membalas kebaikan aku sama kamu? Kamu b******k Sinta! Kamu benar-benar tidak tahu terima kasih!" Teriak Maya yang terus memaki Sinta tiada henti.
Di sisi lain.
Karena suara orang yang sedang menelepon Sinta terdengar sangat berisik dan itu membuat sakit telinganya. Pria tampan itu pun segera mengambil ponsel yang berada ditangannya Sinta yang masih berada didalam genggamannya, lalu setelah itu , pria tampan itu segera menempelkan ponselnya ke telinganya sambil membantu Sinta untuk menjawab teriakan Maya.
"Jangan ganggu Sinta lagi, dia milik saya sekarang! Dan jangan sekali-kali lagi, kamu mau menjual dia kepada pria tua yang kamu katakan tadi itu!" Ancam pria tampan itu dan setelah itu, dia menekan tombol merah untuk mengakhiri panggilan itu. Setelah itu, dia langsung melempar ponsel Sinta ke sudut lain dari tempat tidur itu. Agar Sinta tidak memegangnya lagi.
Melihat itu,
Sinta langsung merasa sangat terkejut dengan tindakan pria tampan itu.
"Ka … kamu! Apa yang kamu lakukan dengan ponsel milikku?!" Ucap Sinta dengan tatapan tidak percaya dan setelah itu, Sinta pun segera melepaskan dirinya dari pelukan pria tampan itu, tapi tangan besar yang melilitnya begitu kuat sehingga sinta tidak bisa bergerak sama sekali.
"Lepaskan aku! Tolong lepaskan aku!" Ucap Sinta yang berusaha untuk melepaskan dirinya dan air mata pun mulai jatuh dari sudut matanya.
"Tolong lepaskan aku! Aku mohon! Aku … aku tidak mau di sini lebih lama lagi, kamu … kamu bukan pria yang seharusnya aku layani tadi malam. Kamu bukan … hiks … hiks …." Sinta pun menangis dalam keputusasaan. Dia kini tidak tahu harus berbuat apa selain memiliki satu pemikiran, yaitu melepaskan dirinya dari cengkraman pria yang kini masih memeluk tubuhnya dengan erat.
Hatinya semakin hancur, tatkala dia tidak bisa mendapatkan uang itu dan dia semakin sedih karena nyawa neneknya tidak bisa dia selamatkan, karena semuanya bergantung pada uang itu.
Sinta pun menangis tersedu-sedu tanpa memikirkan jika dia sedang diperhatikan oleh pria tampan itu dan dia hanya sibuk dengan pikirannya sendiri saat ini.
Sementara itu.
Pria tampan itu hanya menghela napas panjang dan dia kini mengerti, jika wanita yang sudah membuatnya lepas kendali itu, ternyata bukan wanita kiriman dari kakeknya, melainkan wanita yang salah menganggap jika dirinya p****************g yang menginginkan kesuciannya.
Sehingga, pria tampan itu mengerti, mengapa Sinta selalu mengatakan jika dirinya adalah seorang p****************g.
"Haistt … ternyata dia bukan wanita kiriman si kakek tua. Dia hanya wanita yang salah menganggap aku adalah pria yang memesannya. Tapi … aku tertarik dengannya, aku tidak mungkin memberikan dia pada pria lain," gumam pria tampan itu sambil menempelkan dagunya dipundak Sinta. Entah mengapa perasaan tidak rela terus datang di dalam hatinya dan pengalaman pertama kalinya itu tidak bisa dia lepaskan begitu saja. Karena Sinta adalah satu-satunya wanita yang bisa membuatnya benar-benar merasakan indahnya cinta yang selama ini tidak pernah dia rasakan.
Kini, pria tampan itu melihat Sinta yang masih menangis di dalam pelukannya, membuat pria tampan itu ingin mengetahui semuanya tentang Sinta dan alasan mengapa dia ingin menjual tubuhnya pada p****************g.
"Baby, kenapa kamu menangis? Hhmm … harusnya kamu bersyukur dan berterima kasih padaku yang sudah diselamatkan oleh ku dari para p****************g semacam mereka dan harusnya kamu tidak boleh bersedih seperti ini," ucap pria tampan itu sambil menatap wajah Sinta yang dipenuhi oleh air mata.
Mendengar itu, Sinta pun segera memalingkan wajahnya karena dia tidak mau melihat wajah pria tampan itu dan Sinta pun menangis semakin kencang.
"Hiks ... hiks ... hiks ..., kamu tidak tahu betapa aku membutuhkan uang itu. Bahkan uang itu juga belum cukup untuk biaya pengobatan nenek, tapi sekarang? Aku sudah tidak ada kesempatan untuk mendapatkan uang itu karena ... Karena … karena aku sudah tidak memiliki sesuatu yang berharga dalam diriku ini," ucap Sinta dengan wajah yang semakin penuh oleh air mata dan dia merasa sangat marah pada dirinya sendiri, yang gagal untuk menyelamatkan neneknya itu.
Mendengar ucapan Sinta, Pria tampan itu merasa sangat terkejut, karena ternyata wanita yang dia tiduri tadi malam, sedang membutuhkan uang untuk pengobatan neneknya sehingga, dia terpaksa harus menjual dirinya seperti ini.
"Jadi! Kamu melakukan ini, karena kamu membutuhkan uang untuk pengobatan nenek kamu? Kamu … kamu bukan melakukan ini karena keinginan kamu sendiri?" Tanya pria tampan itu kepada Sinta.
Sinta hanya menganggukkan kepalanya dan terus menangis tiada henti, hingga pikirannya menjadi kosong karena di bingung harus mendapatkan uang dari mana lagi sekarang.
Melihat itu semua,
Pria tampan itu memeluk tubuh Sinta semakin erat, lalu dia pun mengusap rambut Sinta dengan lembut dan dia pun bertanya kembali.
"Baby, Berapa uang yang kamu butuhkan?" Tanya pria tampan itu.
Sinta yang masih menangis pun, menjawabnya dengan suara tersedu-sedu.
"Hiks ... hiks ... hiks ... sangat banyak, aku tidak tahu harus mendapatkannya lagi dimana? Aku … aku tidak rela kalau nenek pergi meninggalkan aku, karena di dunia ini, aku hanya memiliki nenek saja dan tanpa nenek, aku pasti hidup sendirian," jawab Sinta sambil mengusap air matanya sendiri.
Mendengar itu, segera pria tampan itu mengecup lembut kening Sinta dan bertanya lagi kepada Sinta.
"Baby, berapa uang yang kamu butuhkan? ayo cepat katakan padaku?" Tanya pria tampan itu kepada Sinta.
Mendengar itu, Sinta segera mengangkat wajahnya dan menatap wajah pria tampan itu yang kini, sedang memeluknya dengan erat dan Sinta merasa tidak yakin jika harus mengatakan keseluruhan biaya pengobatan neneknya apalagi harus membayar ginjal yang harganya sangat fantastis itu.
"hiks ... hiks ... hiks ... Uang itu sangat banyak, aku tidak mau jika aku merepotkan kamu," ucap Sinta yang kembali menangis karena dia tidak yakin untuk mengatakannya pada pria yang sama sekali dia kenal itu.
Melihat itu, pria tampan itu hanya bisa menghela napas panjang dan bergumam di dalam hatinya, "Haistt ... Sepertinya, dia tidak percaya kalau aku ini juga pria yang sangat kaya. Hhmm … apakah wajahku ini tidak terlihat seperti pria kaya?" Gumam pria tampan itu sambil menepuk pelan dahinya.
"Bagaimana caranya aku meyakinkan dia kalau aku bisa menolongnya?" Lanjut pria tampan itu bergumam didalam hatinya lagi.
Saat keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Tiba-tiba saja, terdengar bunyi ponsel yang nada deringnya bukan milik Sinta tapi ponsel itu milik pria tampan ini.
Keduanya pun langsung merasa terkejut dan Sinta menghentikan tangisannya.
"Ahhh ... Itu ponsel milik siapa?" Tanya Sinta yang memiliki respon terlebih dahulu.
Pria tampan itu tersenyum dan dia segera menunjuk kearah ponselnya yang berada diatas meja nakas sebelah tempat tidur mereka itu.
"Ponsel milikku, baby!" Jawab pria tampan itu, lalu dia pun segera mengecup lembut pipinya Sinta dan berkata, kepada Sinta.
"Baby, kamu tunggu disini sebentar, aku mau menjawab panggilan itu dulu," ucap pria tampan itu yang langsung melepaskan pelukannya.
Lalu, dia melanjutkan ucapannya lagi, " Ingat! Kamu jangan berusaha lari atau kabur dari sini, kalau kamu kabur. Aku pasti akan menghukum kamu," ucap pria tampan itu dengan nada mengancam dan tatapannya itu, telah membuat Sinta merasa sangat ketakutan.
Sehingga, saat pria tampan itu sudah melepaskan pelukannya, Sinta pun segera mengambil pakaiannya dan hendak menggunakannya.
Namun pria tampan itu menoleh dan berkata kepada Sinta.
"Jangan memakai pakaian itu lagi!" Perintah pria tampan itu dengan tatapan yang sangat galak.
Melihat itu, Sinta pun segera menaruh kembali pakaian itu dan membungkus tubuhnya yang polos dengan selimut yang berada tepat didekatnya.
"Baiklah, aku tidak akan memakainya lagi," jawab Sinta yang tidak bisa membantah perintah pria tampan itu.
Pria tampan itu pun tersenyum puas dan dia segera mengambil ponselnya, lalu membawa ponselnya untuk menjawab panggilan itu.
Setelah itu, Sinta mengambil ponselnya dan dia melihat tidak ada panggilan lagi dari Maya. Sehingga, Sinta hanya menghela napas pendek dan setelah ini, dia akan menjelaskan semuanya kepada Maya.
"Haist … Maya pasti salah paham padaku. Padahal aku dan dia sama-sama korban. Salah dia, semalam ponselnya malah dia matikan dan kini, aku terjebak dalam masalah yang lebih besar dari sebelumnya," gumam Sinta sambil menatap layar ponselnya.
Setelah itu, Sinta pun membuka ponselnya dan melihat ada pesan dari temannya yang bernama Aisyah.
"Ai, kenapa dia mengirim banyak pesan seperti ini?" Gumam Sinta dan secepatnya, dia membaca semua isi pesan yang dikirim oleh Aisyah.
isi pesan itu adalah.
"Sinta, kenapa kamu tidak masuk kerja hari ini? pak Jeffery sudah kembali dan hari ini dia sudah mulai bekerja kembali. Tapi Sinta ada kabar buruk untuk kamu, pak Jeffery akan bertunangan dengan anak pengusaha dari keluarga Smith. aku berharap kamu baik-baik saja Sinta."
Saat membacanya, tangan Sinta kembali gemetar dan air matanya pun jatuh kembali, apalagi saat dia membaca nama Jeffery yang tertulis di dalam pesan itu.
"Jeffery sudah kembali ke kantor dan aku … aku ... Aku harus bagaimana sekarang?" Gumam Sinta sambil mengusap air matanya yang kembali jatuh
Sinta tidak bisa menghindari Jeffery, karena dia adalah pria yang sangat dia cintai dan kini, dia sudah kembali sesuai yang harapan yang dia inginkan selama ini.
Tapi, kembalinya Jeffery malah membuat luka yang sangat besar di dalam hatinya dan itu membuat Sinta menjadi sangat membencinya, tapi rasa cintanya mengalahkan rasa bencinya untuk Jeffery. Dia ingin sekali melihatnya walaupun melihatnya hanya dari jauh itu sudah cukup untuknya.
"Dia sudah kembali bekerja di kantor dan aku ... Aku tidak mungkin, menghindarinya," gumam Sinta sambil menggigit bibirnya.
"Aku sangat merindukan kamu Jeff tapi, kamu sudah mengkhianati aku. Aku … aku tidak tahu, dengan perasaan aku saat ini, hanya saja aku …." Sinta menghentikan ucapannya dan tanpa dia sadari, dia pun membuka album foto di ponselnya, dia melihat foto nya bersama Jeffery di sebuah taman hiburan.
Di dalam foto itu, Sinta dan Jeffery tertawa bersama dan dibelakangnya ada kincir raksasa yang terlihat sangat indah. Sinta mengingat saat itu dimana dia dan Jeffery begitu bahagia dan Jeffery memberikan dia hadiah boneka Teddy yang sangat besar, ini foto yang paling Sinta sukai dari semua foto yang ada di album foto didalam ponselnya.
Semakin dia melihat. Hatinya Sinta terasa semakin sangat sakit, mengingat tayangan di televisi kemarin, yang mengumumkan tentang Amanda yang akan menjadi tunangannya dan dirinya benar-benar sudah dia lupakan.
Sinta memeluk ponselnya dengan erat dan menangis sangat keras sehingga terdengar oleh pria tampan yang sedang sibuk berbicara dengan lawan bicaranya di ponselnya sendiri.
-bersambung-
Dhini_218
Only on: Dreame n Innovel