Saat mendengar permintaan itu.
Sinta merasa sangat malu dan detak jantungnya berdetak dengan sangat cepat.
Deg … deg … deg ….
Suara detak jantungnya semakin cepat dan perasaan Sinta saat ini, merasa sangat malu. Karena dia harus memenuhi permintaan pria yang sebenarnya dia belum kenal sama sekali.
"Errr … haruskah aku melakukannya sekarang?" Tanya Sinta sambil menggigit bibirnya dan dia tidak berani menatap wajah Daffin yang masih menunggu dirinya untuk menciium pipinya.
Mendengar itu.
Daffin langsung tersenyum nakal dengan tatapan yang tidak mau melepaskan Sinta sama sekali.
"Apakah kamu tidak menginginkan uang itu? baru meminta untuk mencium aku saja kamu sudah ragu-ragu seperti itu! apalagi jika aku meminta ...." Daffin menghentikan ucapannya Dan tatapannya langsung berpindah ebagian tubuh sinta yang hanya ditutupi selimut itu.
Melihat itu, Sinta langsung merasa menggigil ketakutan saat melihat tatapan Daffin yang menatap dirinya dengan penuh hasrat.
Secepatnya, Sinta pun menarik nafas panjang sambil meremas selimut yang menutupi tubuhnya itu.
"Hhhmmm …. Baiklah! aku mau … aku mau menciium kamu. Tapi bolehkah aku mengetahui nama kamu? Karena aku … aku belum tahu nama kamu. Lalu apakah aku harus memanggil kamu pak, mas, atau om? Atau siapa … sejak semalam aku bingung harus memanggil anda apa," tanya Sinta sambil menutup mulutnya dengan telapak tangannya untuk menahan tawanya.
Mendengar itu, Daffin pun langsung tertawa lalu menjawabnya.
"Hahahaha …. memangnya aku sudah tua ya sampai harus dipanggil dengan sebutan 'pak' apalagi itu panggilan 'om'? ya Tuhan! memangnya aku sudah setua dan se gendut itu, sampai-sampai kamu harus memanggil aku om," ucap Daffin sambil menggelengkan kepalanya berkali-kali dan tidak bisa menahan tawanya.
Lalu, Daffin pun berkata kembali.
"Baby, agar terdengar mesra dan juga enak untuk aku dengar, bagaimana kalau … kamu memanggil aku baby, atau sayang! itu … sepertinya jauh lebih baik dan juga … akan mencerminkan hubungan kita yang intim ini," ucap Daffin kepada Sinta. Lalu dia pun mendekati telinga Sinta dan berbisik pelan.
"Baby, saat bersamaku, kamu harus bersikap baik dan juga harus manis. Karena, aku tidak menyukai wanita yang tidak menurut dengan semua perintah aku, bagaimana? Apakah kamu mengerti?" Tanya Daffin kepada Sinta dan setelah itu, Daffin menarik wajahnya dan kembali menatap Sinta dari arah depan.
Mendengar itu, Sinta merasa jika ucapan Daffin barusan menggelitik telinganya dan terdengar sangat ambigu.
Namun, Sinta segera menghilangkan pikiran aneh yang mulai merasuki otaknya dan secepatnya, Sinta menganggukkan kepalanya, lalu menjawabnya, "Baiklah, aku akan berusaha melakukannya walaupun aku belum pernah bersikap seperti itu. Karena … aku tidak terbiasa dengan sikap semacam itu. Jadi, kalau aku … salah, mohon jangan marah ya sama aku," ucap Sinta sambil tersenyum kearah Daffin.
Mendengar ucapan Sinta.
Daffin kembali tertawa sangat keras saat melihat wajah Sinta yang tersenyum tapi wajahnya masih penuh dengan air mata.
"hahahaha ... bagus baby, aku suka kamu, jika kamu sudah menyetujui nya. Maka, sekarang kamu ciium aku, ayo! Ciium aku," ucap Daffin sambil menunjuk kearah bibirnya ke depan wajahnya Sinta bahkan, Daffin dengan sengaja langsung mendekatkan bibirnya dengan bibir Sinta, dia menunggu Sinta menciiumnya terlebih dahulu.
Melihat itu, Sinta merasa gemetar di seluruh tubuhnya, namun dia harus menghilangkan semua itu karena dia dia harus melakukannya. Sinta pun memejamkan matanya dan bergumam di dalam hatinya.
"Sinta ayo lakukan, semalam saja kamu bisa mengapa sekarang tidak! dia akan memberikan kamu uang yang sangat banyak, ayo Sinta! demi nenek kamu harus melakukannya!" Ucap Sinta didalam hatinya.
Setelah itu, perlahan, dia pun mulai mendekatkan bibirnya dengan bibir Daffin dan akhirnya,
bibir itu pun menempel, Daffin tersenyum cerah dia menekan bagian belakang kepala Sinta, agar ciiuman itu semakin dalam dan tidak membiarkan Sinta untuk mundur kembali.
Melihat itu, Sinta langsung melotot dan dia tidak menyangka jika pria yang ada didepannya memang sangat buas dan selalu mencari kesempatan untuk menyentuh dirinya.
Kini, bibir keduanya pun menyatu dan Daffin menikmati ciiuman itu dengan rakusnya, karena memang dari tadi dia memang menginginkannya, bibir Sinta yang manis dan lembut begitu memabukkan dirinya.
Ciiuman itu semakin dalam membuat Sinta merasa kesulitan untuk bernafas, hingga pada akhirnya, Sinta pun memukul punggung Daffin dan memintanya untuk melepaskannya.
Melihat itu,
Daffin pun segera melepaskannya dan melihat wajah Sinta yang sudah terlihat memerah karena kehabisan napas.
Sinta yang terengah-engah dan mencari udara untuk menstabilkan pernapasannya.
Melihat Sinta yang terlihat sibuk dengan dirinya yang mencari udara sebanyak-banyaknya, Daffin pun kembali tertawa saat melihat tingkah Sinta yang menurutnya sangat lucu, dia benar-benar menyukai wanita cantik yang berada tepat didepannya saat ini.
Daffin menggosok rambut Sinta dengan lembut nya dan berkata, "Babu, kamu benar-benar sangat bodoh, kenapa kamu tidak mengambil napas terlebih dahulu, malah menahan napas seperti itu saat kita berciiuman barusan," ucap Daffin yang masih tertawa sendiri.
Mendengar itu,
Sinta kembali melotot kearah Daffin, dengan tatapan kesalnya, Sinta pun menjawab, "Kamu memang pria breengsek! kamu kan tadi, yang tiba-tiba mendorong aku begitu keras, hidungku terjepit oleh hidung besar kamu itu. uhh ... sangat mengesalkan sekali!" ucap Sinta dengan ekspresi wajah cemberut.
Daffin tertawa lebih keras melihat tingkah Sinta dan juga mendengar ucapannya itu.
"Hahahhahha ... baby, saat kamu marah seperti itu kamu masih terlihat sangat menggemaskan, ah … sial! Aku jadi ingin menciium kamu lagi!" Ucap Daffin yang langsung mendekatkan wajahnya lagi dan hendak menciium Sinta kembali. Namun, Sinta langsung menutup wajah Daffin dengan kedua telapak tangannya.
"Ahhh ... jangan! aku masih merasa sangat sesak, apakah kamu ingin membunuh aku?!" ucap Sinta dengan nada marah.
Seketika, Daffin menghentikan gerakannya dan tertawa kembali. "Hahhaha ... baiklah, nanti saja setelah kamu bisa bernapas dengan normal, aku akan menciium kamu lagi." Ucap Daffin masih terus tertawa tanpa henti.
Melihat itu, Sinta pun menatap pria tampan yang ada didepannya, dia tersenyum sendiri karena melihat dia sedang tertawa seperti itu, dia terlihat jauh lebih tampan dari sebelumnya. Hingga tanpa Sinta sadari, dia sudah menatap pria tampan itu untuk beberapa detik dan tanpa dia sadari, dia kembali terpesona dengan wajahnya yang terlihat sangat sempurna itu, apalagi dengan ekspresi wajahnya saya tertawa, Daffin semakin terlihat sangat sempurna.
Sementara itu.
Merasa dirinya diperhatikan, Daffin berhenti tertawa dan menatap kearah Sinta, dia menghentikan tawanya lalu mengubah ekspresi wajahnya menjadi tersenyum nakal dan bertanya kepada Sinta.
"Ada apa baby? kenapa kamu menatap aku seperti itu? Apakah kamu sedang terpesona, saat melihat wajah tampan aku ini?" Ucap Daffin sambil mengusap dagunya.
Mendengar itu, Sinta langsung tersentak, lalu Secepatnya, Sinta langsung memalingkan wajahnya, karena dia merasa sangat malu, ketika dirinya sudah ketahuan jika dirinya sudah menatapnya wajahnya terlalu lama.
Untuk memecahkan rasa canggungnya. Sinta pun berusaha mengalihkan pembicaraan ke arah yang lain.
"Uhhukk ... jadi apakah aku boleh tahu, siapa nama kamu? ehh ... sayang maksud aku," ucap Sinta dengan wajah memerah karena malu.
Mendengar itu, Daffin segera mendekatkan wajahnya lagi, lalu menjawabnya.
"Namaku, Daffin Narendra, panggil aku sayang daff, atau sayang afin juga tidak apa-apa atau bisa juga kamu memanggil aku, baby honey afin, hhhmmm … Sepertinya itu lebih cocok," ucap Daffin sambil terkekeh sendiri.
Mendengar jawaban Daffin, Sinta langsung merasa terkejut dengan ucapan pria tampan didepannya, dia merasa ingin tertawa karena pria yang ada didepannya terdengar sangat narsis dan juga terdengar sangat lucu.
Sinta tidak bisa menahan tawanya, hingga pada akhirnya, Sinta pun tertawa dengan kerasnya.
"Hahahhaha ... hahahha .... ya Tuhan,! apakah aku harus memanggil kamu dengan nama sepanjang itu? aku ... aku ... aku ..., hahahhaha," Sinta terus tertawa tanpa henti.
Daffin hanya menggelengkan kepalanya berkali-kali dan ikut tertawa dengan Sinta, dia sebenarnya berusaha menghibur agar Sinta tidak bersedih lagi. Padahal dia bukan tipe pria humoris atau menyenangkan yang seperti pria normal pada umumnya. Karena Daffin adalah pria luar biasa dingin dan juga menakutkan.
Tapi didepan Sinta, dia tidak bisa melakukan itu.
Dia tertawa sendiri, mengapa dia berubah menjadi lembut saat bersama wanita yang baru saja dia kenal tadi malam.
-bersambung-
Dhini_218
Only on: Dreame n Innovel