Wajah Senja semakin pucat setelah muntah. Agung tentu saja merasa tidak tega. Lelaki itu segera menggendong sang istri dan membawanya ke kamar untuk direbahkan di kasur. “Saya panggil dokter, ya?” Agung hendak pergi. Namun, Senja dengan cepat menggapai tangan suaminya. “Tetap di sini, Kak. Sepertinya aku merasa lebih baik ketika dekat dengan kakak,” pinta Senja dengan raut memohon. Lelaki itu menghela napas, kemudian perlahan duduk di sebelah sang istri. Membiarkan wanitanya itu menyandarkan kepala di bahunya. “Ada sesuatu yang ingin aku katakan, Kak. Tapi … Aku takut,” ucap Senja lirih. Agung yang mendengar itu, melirik sang istri yang terlihat memejamkan mata. “Katakan saja. Kamu tidak perlu takut,” ucapnya dengan nada lembut. Meski Agung sudah memberikan lampu hijau untuk Se