Chapter 13

1185 Kata
Rena berjalan dikoridor menuju kelasnya, kepalanya menunduk menatap lantai, tatapan matanya kosong seperti desa tak berpenghuni. "Ren!" panggil Arham bukan lagi gadis indigo seperti biasanya namun Rena tetap berjalan terus tidak mendengar seruan Arham karena sibuk dengan lamunannya. Rena tiba-tiba berhenti untuk menoleh kearah orang yang menarik tangannya, tatapan Rena tak seperti biasanya saat melihat Arham, Rena hanya melepaskan perlahan tangan Arham yang ada dilengannya. "Hei dari tadi aku perhatiin bengong mulu, ada apa?" tanya Arham. Bola mata Rena melihat kekanan dan kekiri lalu menggeleng dan melanjutkan langkahnya. Hari ini Arham dibuat bingung oleh Rena karena tidak biasanya cewek indigo itu melamun sepanjang jalan. "Kamu ada masalah?" Arham mengikuti langkah Rena dari samping. Rena menggeleng. "Kalau gak ada masalah kok diem dari tadi, aku merasa kayak ngajak ngomong patung." ucap Arham lagi. Rena tiba-tiba berhenti melangkah dan Arham melihat kearah pandang Rena yang berdiri mematung kemudian terdengar helaan nafas gusar dari bibir Rena.  Arham merasa geram karena sedari tadi diabaikan oleh Rena, kedua tangan Arham menyentuh bahu Rena untuk menghadapnya, "Kamu kenapa sih Ren. Kalau ada masalah cerita sini sama aku jangan dipendem sendiri entar kalau sakit gimana?" "Gak bisa cerita disini gimana kalau ditempat lain pas pulang sekolah nanti." jawab Rena lalu berjalan kembali tapi Arham menahan tangan Rena lagi. "Mau kemana?" tanya Arham. "Kelas." Jawab Rena seadanya, Arham terkekeh geli sambil memutar badan Rena, "Kelas kamu emang ada berapa hm? Tuh kelasmu kelewat." Arham menunjuk kelas Rena yang sudah dilewati sekitar delapan meter. "Ah kayaknya aku terlalu banyak pikiran deh sejak kemarin. Kalau gitu aku masuk kelas duluan ya." Pamit Rena sambil sedikit berlari meninggalkan Arham, Arham memasukkan tangan disaku seragam celananya sambil menggeleng pelan lalu pergi ke kelasnya sendiri. Tak terasa bell pulang sekolah akhirnya berbunyi, Rena membereskan alat tulisnya kedalam tas untuk segera pulang namun ternyata Arham sudah menunggu didepan pintu kelasnya. Rena mendesah pelan berjalan menghampiri. "Kayaknya gak jadi cerita deh soalnya diluar hujan," ucap Rena sambil menatap kearah lapangan. "Emang apa hubungannya hujan sama kamu gak cerita? Kan masih banyak tempat buat kamu ngeluarin keluh kesah kenapa ngelamun dari tadi pagi sampai siang." Ucap Arham. Rena menatap Arham lalu pandangannya melihat kearah belakang Arham, wajah Rena tiba-tiba langsung pucat. Arham ikut berbalik. "Kenapa Ren? Apa ada arwah dibelakangku?" tanya Arham yang diangguki oleh Rena. Rena masih teringat kejadian tadi pagi saat akan berangkat kesekolah, awalnya dia yang hanya bisa melihat tanpa bisa menyentuh diserang oleh sosok hitam tak jelas alhasil bekas pukulannya masih terasa hingga kini. Bukan takut diserang oleh mereka lagi tapi Rena tidak ingin membawa Arham kedalam masalah yang sulit untuk diselesaikan. "Hei malah ngelamun lagi." Tegur Arham. Rena mendongak lalu tersenyum tipis. "Kalau gitu keperpus aja gimana sambil nunggu hujannya reda?" saran Rena. "Oke." jawab Arham lalu mereka berjalan bersama kearah perpustakaan yang pasti disana cukup sepi hanya beberapa anak kutu buku yang masih menghabiskan waktunya untuk membaca. Arham dan Rena duduk berhadapan dimeja panjang yang tersedia. Rena kembali melihat ke sekelilingnya membuat Arham mulai curiga dengan apa yang sedang Rena hadapi. Helaan nafas kembali terdengar dari bibir Rena, gadis itu menatap Arham serius. "Kamu yakin temenan sama aku yang mungkin saja bisa buat kamu dalam masalah?" "Setauku fungsi teman kan kayak gitu." Arham menjawab seadanya. "Jadi gini, aku sekarang bisa nyentuh mereka yang tak terlihat bukan hanya bisa liat kayak biasanya," jelas Rena. "Maksudmu mereka juga bisa nyentuh kamu kayak kamu nyentuh mereka?" Ucap Arham memperjelas. Rena mengangguk, "Mereka sekarang terlihat lebih mengerikan dari biasanya," sahut Rena. "Hhh... Aku bingung Ham, Aku harus seneng atau gak soalnya aku belum pernah ngalamin kayak gini sejak belasan tahun," Rena menundukkan kepalnaya di meja. Arham diam untuk beberapa saat, "Kamu tenang aja Ren, aku bakal ada untuk kamu kok kalau kamu butuh aku janji bakal jadi temen yang baik atau jadi temen hidup juga boleh." Arham tertawa rendah yang langsung dapat pukulan ringan dari Rena. "Bisa serius gak sih. Aku gak bercanda loh ini." Rena mendelik sebal. "Oke oke aku ngerti kok. Ujannya udah berhenti nih mau pulang atau mau pergi jalan-jalan dulu sempat kekhawatiranmu itu bisa sedikit berkurang lebih bagus sih kalau hilang semua sekalian, Jadi gimana?"   Tik..tik..tik.. Detak jarum jam sampai terdengar untuk beberapa waktu sebelum Arham mendengus. "Ah kelamaan mikir ayo buruan keburu hujan turun lagi." Arham menarik paksa Rena keluar dari perpus. Lokasi sekolah sudah cukup sepi Rena menghampiri motor scoopy nya terparkir kemudian memakai helm. "Arham motor kamu mana?" "Motorku lagi di servis jadi tadi berangkat diantar. Boleh nebeng gak? Udah gak usah banyak mikir entar keburu tua baru jalan," Arham mengambil alih kemudi, "Aku yang bonceng ya?" katanya.  Rena terkekeh pelan lalu naik keboncengan, "Ini pertama kalinya loh aku dibonceng," ucap Rena. "Seriusan?" "Iya" Arham tersenyum, "Wah aku tersanjung banget dong jadi orang pertama," Arham mulai menaiki motor Rena. "Buruan jalan, gerimis lagi nih," Protes Rena dan Arham mulai menstater motor Rena. "Jadi kamu mau kita kemana hari ini?" "Pulang," sahut Rena, "Kan kamu cuma nebeng nanti dipertigaan ada kang ojek kamu berhenti disana." lanjutnya. "Sadis banget mau nelantarin aku kayak gitu. Kalau cuman ojek, aku bisa pesen online ngapain harus kepertigaan?" "Lah itu tau terus tadi ngapain ikut nebeng?" tantang Rena. Arham langsung diam kehabisan kata-kata. Perjalanan kembali hening hanya terdengar suara kendaraan lalu lalang melewati mereka hujan yang tadinya cuma rintik-rintik kembali deras, Arham membelokan motor Rena ke sebuah bangunan ruko tak berpenghuni dipinggir jalan dan sialnya tempat itu sangat ramai bagi Rena sedangkan Arham yang tidak bisa merasakannya hanya bersikap biasa sebelum melepaskan jaket dan memakaikannya untuk Rena. "Pakaianmu yang di dalam kelihatan," katanya kemudian mengalihkan wajahnya kearah lain. Rena menunduk melihat kaos seragam putihnya yang basah mencetak dalaman hitamnya, Rena mengeratkan jaket Arham dibadannya. "Makasih. Oh ya hujannya lama gak ya?"  "Katanya kalau mendung putih hujannya bakalan awet. Tapi coba tunggu bentar lagi pasti juga reda." Arham ikut mendongak kearah langit. Rena duduk diundakan tangga depan ruko sambil sedikit meringkuk. Arham duduk disampingnya, "Rumah kamu masih jauh ya?" katanya. "Dekat kok." "Boleh aku kerumahmu sekalian kenalan sama orang tuamu?" tanya Arham. Rena tersenyum getir, orang tua ya? Bahkan dirinya lupa bagaimana rasanya memiliki orang tua. Rena tidak bisa membayangkan ataupun merasakan kasih sayang orang tua itu seperti apa. Terlalu lama ia ditinggalkan sejak kecelakaan itu terjadi hingga terbiasa hidup tanpa orang tua, hanya bik Kasih lah yang selama ini menjadi wali saat ada panggilan untuk menghadiri sesuatu disekolah. "Orang tuaku tidak ada." jawab Rena. "Apa mereka sedang bekerja?" "Tidak. Mereka sudah bahagia disurga jadi mereka tidak perlu bekerja lagi." Rena tersenyum kearah Arham. "Maaf," Arham menunduk merasa bersalah menanyakan sesuatu yang harusnya tak ia katakan. Rena menggeleng pelan menarik nafas dan menghelanya perlahan, "Tidak apa-apa karena aku sudah terbiasa hidup sendiri kayak gini sejak kecil." katanya lalu menambahkan, "Hujannya bakalan awet mending kamu pesan taksi online keburu cuaca tambah dingin." "Terus kamu?" "Aku akan naik motor lagian rumahku gak jauh kok." "Oke." Arham berdiri berjalan kearah motor scoopy Rena kemudian melepaskan tasnya dan memasuk kan tas kedalam bagasi. Arham juga mengambil tas Rena dan memasukan kedalam bagasi juga, sepasang mata cowok itu menatap Rena. "Kalau gitu kita main hujan-hujanan bareng." Ucap Arham spontan. "Hah!" Rena melongo. ____ Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN