Sandy Adiatma *** Senyuman Avita mengembang, tapi tidak dengan sorot matanya, matanya sayu memancarkan kesedihan yang tak terhingga, dan lagi-lagi air mata itu mendesak turun, boneka berwarna pink itu kini menjadi sasaran empuk Avita, menangis takkan mengubah semuanya, tapi setidaknya itu bisa membuat Avita lebih tenang. “Kamu enggak akan ninggalin aku kan? Hah!!!” Avita memukul dengan keras boneka beruang itu, lalu memeluknya kembali. Hatinya hancur berkeping-keping, semuanya sudah berakhir. Hingga suara ketukan pintu membuat Avita semakin keras mengeluarkan suaranya, dadanya sesak tak tertolong, udara yang ada di kamar Avita serasa habis, tak sanggup lagi rasanya ia berdiri, bahk