"Maaf Bu, gak bisa. Aku juga capek habis beres-beres. Kenapa ibu gak nyuruh Icha aja? Oh iya, asal ibu tahu ya, aku mau kembali pulang kesini bukan untuk jadi babu, melainkan jadi ratu." Wajah ibu tampak tegang mendengar jawabanku. "Hahaha, bercanda Bu. Kenapa tegang gitu?" timpalku lagi sambil tertawa. Mas Azzam memandangku dengan tatapan bingung. Ya, ini baru permulaan Bu, aku akan mengalah dulu. Takkan kutunjukkan aku berubah secara drastis. Pelan-pelan saja, kita nikmati permainannya. Rasanya ingin juga memberi pelajaran kepada ibu, juga pada adik sepupunya yang tak tahu diri itu. Sebenarnya aku kurang sreg dia ada disini. Walaupun ibu mertuaku bilang Icha sudah seperti anaknya sendiri karena telah mengasuhnya sedari kecil, tapi tetap saja Icha dan Mas Azzam bukanlah mahram. Ba