“Kenapa jadi begini sih, Bi? Aku tahu kalau aku salah. Tapi aku punya alasan kenapa harus merahasiakan itu dari kamu. Aku—” Daviendra menghentikan ucapannya sendiri, begitu melihat bagaimana tatapan Bianca yang sarat akan kebencian. Jujur saja, itu sangat menyakitinya. Tapi sekaligus pria itu benci. Benci karena semua yang terjadi adalah kesalahannya. Dan Bianca terlihat sudah tak bisa menolerir kesalahan yang fatal itu. “Apapun alasan kamu, yang namanya salah tetap saja salah. Jangan jadi pengecut dengan berlindung dibalik kata ada alasan. Basi, Daviendra!” “Terusin, Bi. Aku bahkan dari awal udah minta kamu buat marahin dan umpatin aku sesuka kamu. Aku bakalan terima semuanya. Atau kamu mau tampar aku? Nggak apa-apa, Bi. Lakukan semuanya sampai kamu merasa lega. Meskipun aku tahu se