Chandra tak peduli. Dia pergi begitu saja dengan raut wajah bangga, menyisakan Reyhan yang bungkam dan tertegun. Harusnya dari awal, dia tak menerima taruhan dari Chandra. Jika sesuatu terjadi nanti, maka ketiganya akan didera rasa sakit dan bersalah. Ketertegunan Reyhan terhenti ketika bel usai pelajaran hari ini berdentang. "Tanding basket? Lo gila? Lo terlalu nekat, Rey! Gimana kalau lo kalah? Lo juga baru selesai tes, ini terlalu mendesak. Lagian ... kenapa harus basket? Lo nggak boleh nyentuh basket apalagi dalam kondisi lo sekarang. Lo bisa drop. Kalau sampai Windy tau-" Ares sangat terkejut -terdengar dari nada suara di ponsel- saat Reyhan menghubunginya dan menceritakan tentang pertarungan ini. "Kalau gitu, jangan bilang apa pun ke Windy. Gue mau ngadepin Chandra dan nggak terus-