Part 2

1429 Kata
Luke terengah ketika Master mulai menyerangnya. Latihan Fisik kali ini berbeda dari bulan-bulan yang lalu. Master meminta Luke untuk tetap menjadi manusia dan mengendalikan kekuatan serigalanya ketika diserang. Luke mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Ia akui kekuatan Masternya tidak bisa dianggap remeh. Beberapa kali ia terpental jauh hingga ranting-ranting pohon hancur mengenai punggungnya. Pikiran Luke kembali fokus pada serigala di depannya. Serigala hitam kembali menyerang. Luke mulai bisa membaca gerakan lawan. Ia menghindar dengan cepat, berlari menaiki pohon yang tinggi kemudian melompat.  Serigala itu terus mengepungnya. Luke akhirnya turun dari pohon dan berlari menuju batu besar. Di atas batu itu tersedia sebotol air dan semangkuk sup buatan Megi yang masih hangat. Luke yakin bisa mendekati batu itu dan menyantap makan siangnya. Namun, serigala hitam tiba-tiba muncul di depan menghadangnya. Hanya butuh satu kali kibasan ekor Luke terpental jauh. Tubuhnya membentur pohon kecil hingga patah. Luke mengeram kesal. Perlahan kuku dan taringnya muncul diikuti bulu-bulu tebal di sekujur tubuhnya.Luke berubah menjadi serigala. Dua serigala itu berjalan mendekat. Dalam sekejap serigala hitam berubah wujud menjadi manusia. Sang Master berdiri di depan Luke. “Kau kalah, Nak.” Luke seketika berubah menjadi manusia. Master tertawa, ini sudah kesepuluh kalinya Luke tidak bisa mengontrol kekuatannya yang artinya makan siangnya untuk sang Master. Luke sangat kesal. Tinggal sedikit lagi maka ia akan menang. Master melompat ke atas batu besar lalu menyantap makan siangnya sementara Luke duduk di bawah sembari memegang lukanya. Sesekali Luke menatap sang Master yang sedang makan dengan rakus. Ini tidak adil, Luke mambawa dua porsi makanan, tetapi Master menyantapnya sendiri. “Master,” panggil Luke membuat pria tua beruban itu menoleh. Bibirnya penuh berisi makanan. “Aku haus,” ujar Luke. “Ya, minum,” sahut Master singkat. “Boleh aku minum air itu?” tanya Luke menunjuk botol minumannya. Seketika master mengambil botol minuman Luke lalu memunggunginya. Luke mengeram kesal, Master tidak mau berbagi. Terpaksa Luke pergi ke sungai untuk minum air. Sungai Patana dikenal dengan sungai paling jernih di kawasan Graviti. Para werewolf menyebutnya air suci karena para Vampir sangat takut terkena air ini. Luke rasa bukan karena air ini menyimpan kekuatan magis akan tetapi karena Vampir takut mandi. Mereka bau, pikir Luke. Rasa segar memenuhi kerongkongannya. Luke menatap pantulan dirinya pada air. Tubuhnya yang dulu kurus kering kini sudah berisi. Otot-otot tubuhnya sudah terbentuk sejak Master melatihnya. Perutnya yang datar dan sedikit kembung kini menjadi pahatan sempurna. Luke tersenyum bangga pada tubuhnya. Sreekk…. Suara aneh dari semak-semak membuat Luke waspada. Ia menatap sekitar. Luke yakin ada seseorang yang mendekat. Luke memundurkan langkahnya saat bayangan muncul dari balik pohon diikuti suara tawa. Ia tahu betul itu suara teman-temannya. Wisky, Husel dan Domina. Mereka muncul dari kegelapan. Luke berdiri di seberang sungai menatap ketiga temannya yang selesai berburu. Seekor rusa besar berhasil mereka dapatkan. “Hai, kita bertemu pecundang,” ucap Domina. “Bukan pecundang, tetapi beban,” sahut Wisky. Mereka bertiga tertawa. Namun Luke hanya diam membiarkan temannya tertawa puas. “Kau terlihat berbeda Luke. Lihatlah tubuh kecilmu sudah berubah kekar, kau pasti bekerja keras untuk itu.” Husel meneliti tubuh Luke seksama. Temannya yang satu ini sedikit berbeda. Ia lebih berperasaan dari pada dua teman lainnya. “Ya, kau benar. Aku berusaha keras untuk menjadi kuat.” Lagi-lagi mereka bertiga tertawa. Sekali lompat ketiga temannya sudah berada di sisi sungai yang sama dengan Luke. Rusa yang tak berdaya itu diletakkan dekat bebatuan. Mereka menghampirinya lalu meneliti setiap perubahan Luke selama beberapa bulan. “Apa yang kau lakukan sampai tubuhmu jauh lebih tinggi dari kami?” Wisky menatap Luke. Jarak mereka sangat dekat membuat Luke harus memundurkan wajah untuk menatap Wisky. “Aku berlatih.” Wisky tersenyum kaku. “Orang tuamu hanya pengerajin. Kau adalah anak lemah dan penakut sejak kecil, dengan siapa kau berlatih? Semua temanmu tidak ada yang peduli.” Wisky memundurkan langkahnya, lalu tiba-tiba ia melancarkan tinju ke arah wajah Luke. Dengan sigap Luke menahannya. Wisky terhenyak. Luke meremas tangannya kuat. Tidak ingin kalah ia menendang kaki Luke kuat. Namun, lagi-lagi Luke bisa menghindar.                 Domina dan Husel cukup kaget melihat kemampuan Luke meningkat pesat. Tubuh pria itu juga cukup kekar membuat mereka sulit mengalahkannya dalam sekali serang. Luke melepaskan tangan Wisky yang masih digenggamnya. Tangan itu memerah membuat Wisky menatapnya tajam.                 “Kau tetap si pecundang,” ujar Wisky lalu pergi. Husel dan Domino menyusulnya sembari membawa rusa yang mereka tangkap. Luke merasakan bagaimana tubuhnya bereaksi terhadap serangan. Ia sendiri merasa aneh dengan tubuhnya.                 “Lawanmu bukan mereka, tapi para vampire.” Luke menoleh ke sumber suara. Ternyata Master sedari tadi memperhatikannya. Pria itu duduk di dahan pohon sembari menatap Luke.                 “Vampir? Apa maksudmu?”                 Master melompat turun. Ia memberikan kotak bekal makan siang yang sudah kosong pada Luke, tidak lupa dengan botol air mineral yang bergambar bunga.                 “Aku akan menceritakannya besok. Saatnya ke pemandian, para wanita sudah menungguku.” Dalam sekejap Master menghilang. Ia melompat dengan sangat cepat membuat Luke kesal.                 “Dasar Master genit!” teriak Luke lalu bergegas pergi. Perutnya sudah lapar perlu diisi. Luke berjalan pulang melewati beberapa pemukiman warga. Sejak kecil ia sangat jarang berinteraksi dengan warga sekitar dikarenakan tubuhnya yang berbeda dari yang lain. Luke memiliki tubuh tinggi, otot lengannya pun mulai terbentuk semenjak latihan dan yang paling menonjol adalah kulit putih pucatnya. Dia merasa asing di tempat tinggalnya sendiri.                 “Aku pulang!” teriak Luke membuat Megi menghentikan aktivitasnya di dapur. Wanita itu berlari menyambut sang putra. Ia sangat senang melihat kotak bekal Luke bersih. Megi mendongkak menatap Luke yang lebih tinggi darinya. Mungkin setelah ini Megi dan Efan akan merombak rumahnya agar lebih tinggi.                 “Kau mau segelas teh?” tanya Megi. Entah kenapa ia sangat bahagia melihat putranya. Luke berjalan ke pojok ruangan, melepas sepatunya dan meletakkan pada rak kayu. Hampir seluruh perabotan rumah berbahan kayu yang dibuat oleh Megi dan Efan. “Tidak, aku sangat lapar, Bu,” jawab Luke.                  Megi menatapnya aneh. Makan siangnya sudah habis, tapi Luke masih lapar? Mengetahui kebingungan Megi membuat Luke beranjak mendekat. Ia memeluk Megi dari belakang. Kebiasaan jika Luke tidak tahu apa yang harus ia katakan pada ibunya.                 “Bu, apa kau tahu tentang festival Redmoon?” tanya Luke membuat Megi tersentak. Semakin hari Megi semakin khawatir karena anaknya akan terus tumbuh. Lingkungannya mungkin mulai curiga pada Luke yang memiliki postur tubuh yang menyerupai Alpha.  Wajah tampan, kulit bersih dan postur tubuh yang tinggi kekar.                 “Tanyakan pada ayahmu, Luke. Kau akan mendapat jawaban yang memuaskan.”                 Pelukan Luke terlepas. Ia melupakan rasa laparnya sejenak. “Di mana ayah sekarang?” Megi menunjuk pintu belakang dengan dagunya. Kedua tangan Megi sedang memotong daging ayam mentah kemudian menatanya di atas piring. Luke bergegas menemui Efan. Pria itu sedang melukis di atas kayu.                 “Ayah,” panggil Luke. Efan bergumam, ia masih fokus pada pekerjaannya.                 “Apa kau tahu tentang Fastival Redmoon?”                 Efan menatap Luke. Diletakkannya kayu dan alat lukisnya sejenak. Efan menatap lekat anaknya. Ia baru menyadari Luke sudah sangat dewasa. Rasa khawatirnya pun semakin menjadi.                 “Festival Redmoon? Kenapa kau ingin tahu?”                 Luke duduk dekat ayahnya. “Teman-temanku sering membicarakan hal itu,” ucapnya. Ya, dia tidak mungkin mengatakan bahwa Master genit itu yang memberitahunya. Memikirkan tentang sang Master Luke jadi membayangkan kalau peria tua itu sedang berendam di air panas ditemani para wanita-wanita cantik.  Pria tua itu pasti senang bukan main.                 “Redmoon adalah festival yang diadakan ketika gerhana bulan tiba. Para remaja akan berkumpul di tengah desa menyambut kedatangan Moon Godness. Ketika saat itu tiba para Alpha akan menemukan jodohnya.”                 “Hanya itu?” Luke merasa festival itu membosankan.                 “Jangan salah, mate justru yang akan memberikan kekuatan bagi para Alpha. Seperti Tuan Branstom yang kuat tak terkalahkan karena memiliki seorang Luna seperti Nyonya Estefania Blonde,” jelas Efan.                 “Tapi itu tidak ada hubungannya denganku. Kenapa mereka sangat senang dengan festival itu.” Efan menyenggol lengan Luke. “Kau akan bertemu wanita-wanita cantik, Luke. Nikmatilah festival itu dengan temanmu.” Efan mengenang kembali masa mudanya. “Dulu ayah bertemu dengan ibumu di festival. Bukankah itu keberuntungan?” Luke mengangguk lalu perlahan menjauh dari ayahnya yang sedang bercerita tentang masa lalunya yang membahagiakan. Efan sesekali tersenyum membayangkan masa-masa berpacaran dengan Megi. Ia bahkan tidak sadar kalau Luke sudah tidak di sisinya lagi. Luke masuk ke kamar, merebahkan tubuh besarnya di atas tempat tidur. Pikirannya menerawang jauh membayangkan festival yang ayahnya katakan. Bertemu wanita? Luke tidak pernah berinteraksi dengan para wanita sebayanya. “Mate?” Luke tersneyum tipis. Ia tidak tertarik dengan wanita yang ada di benaknya saat ini adalah bagaimana menjadi kuat dan bisa mengalahkan Alpha. Luke ingin sekali menantang mereka. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN