Part 3 : Serangan Rouge

1514 Kata
Festival Redmoon adalah acara yang paling dinanti setiap remaja di desa. Mereka akan mendapatkan sesuatu yang tidak terduga. Luke bertanya pada setiap pedagang yang melintas dekat rumahnya.Dari para pedagang keliling itulah ia bisa mendapat informasi tambahan secara gratis. “Tidak banyak anak remaja yang beruntung. Jika kau salah satunya maka jangan melewatkan kesempatan. Datanglah ke tempat peramal jika kau tidak mendapatkan pasangan. Dia akan membantumu untuk mempertemukan siapa belahan jiwamu.” Kakek tua yang memikul jerami dipunggungnya kembali melanjutkan perjalanan. Luke masih duduk di atas rumput hijau sembari menatap kakek bungkuk itu menjauh. Ia semakin penasaran seperti apa festival itu akan berlangsung. Kakek itu mengatakan banyak gadis cantik yang akan menari menunjukkan kebolehan mereka untuk menarik hati para pria. Luke masih belum tertarik untuk menghadiri festival itu. Sebelum kakek itu menjauh dia berteriak, “Kau akan menemukan banyak kesenangan di sana. Cobalah untuk datang.” Luke masih bingung dengan apa yang kakek tua itu katakan. Festivval redmoon yang banyak dibicarakan orang akhir-akhir ini. Luke segera berdiri membersihkan pakaiannya dari rumput yang menempel. Waktunya untuk latihan bersama Master.Ia yakin Master mesumnya datang terlambat hari ini mengingat kemarin pria tua itu mengatakan akan menghabiskan waktu di pemandian. Luke berlari cepat ke tengah hutan. Melompat dari satu batu ke batu yang lain. Lumut-lumut yang menempel pada batu besar tak menyulitkan Luke saat melompat. Ia berhasil sampai di tempat latihan tepat waktu. Luke berdiri di atas batu bermandikan cahaya matahari. Rasa hangat menjalari tubuhnya. Ia menyukai musim panas. Suara ranting patah terdengar oleh telinganya. Luke mulai peka dengan keadaan sekitar. Ia mulai waspada kalau saja ada sekawanan rouge yang mengintai. Luke memejamkan matanya. Netra hitam itu berubah menjadi biru. Pandangan Luke semakin tajam mengamati sekitarnya. Suara ranting patah kembali terdengar. Luke melompat turun dari atas batu untuk bersembunyi. Ia harus melihat siapa orang yang mendekati perbatasan. Luke meletakkan tangannya di tanah. Ia bisa merasakan beberapa ekor serigala tengah berlari ke tempatnya. Mereka berada di seberang sungai Patana. Sungai panjang yang melintasi hutan sebelah Utara kawasan Graviti. Luke mengintip dari balik batu besar. Matanya kembali berubah hitam ketika segerombolan serigala jantan mengejar seekor serigala betina. Sekali lompat serigala betina berwarna abu-abu berhasil menyeberang. Begitu juga dengan segerombolan serigala jantan. Luke melihat serigala betina itu  terkurung. Tidak mudah melawan serigala liar yang tidak punya perasaan. Luke mengepalkan tangannya. Ia sendiri tidak yakin bisa mengalahkan kelima serigala jantan itu sendiri. Tubuh mereka penuh luka cakar yang artinya mereka sudah terbiasa berkelahi. “Apa yang harus aku lakukan?” Luke masih memperhatikan serigala betina itu. Melihat mata biru jernihnya ketakutan membuat kebernian Luke muncul. Ia memejamkan matanya sejenak, kemudian melompat ke atas batu. Perhatian kelima serigala jantan itu teralihkan. “Jangan menyakiti gadis itu. Kalian pengecut.” Luke berdiri menantang. Tatapan tajamnya membuat kelima serigala itu mulai mengeram. Tanpa diduga salah satu dari mereka berlima melompat menerjang tubuh kurus Luke hingga terjungkal. Punggungnya membentur batu-batu kecil yang membuat Luke mengerang kesakitan. Serigala yang ada di atas tubuhnyanya bersiap mencabik kulit kecoklatan Luke, tapi ia lebih dahulu meninju d**a serigala itu hingga terpental jauh. Menabrak batang pohon besar. Seketika serigala itu berubah menjadi seorang pria paruh baya, rambutnya terurai panjang, ikal dan gimbal. Pria itu pingsan setelah mendapat pukulan keras. Belum sempat Luke berdiri, dua serigala lain sudah menerjang tubuhnya. Luke berhasil menendang satu diantaranya. Namun, satu serigala lain berhasil melukai tangannya. Darah segar mengalir dari lengan Luke. Ia merasakan sakit yang luar biasa. Kuku-kuku jari Luke perlahan mulai memanjang. Bulu-bulu halus mulai tumbuh pada kulit tangannya. Luke menggeleng. Ia tidak boleh terpancing. Ia harus belajar megendalikan dirinya dan sebisa mungkin bertahan dalam wujud manusia dalam waktu yang lebih lama. Luke berhasil meredam amarahnya. Kuku yang memanjang perlahan kembali seperti semula. Bulu-bulu yang tumbuh di tangannya pun menghilang. Luke segera berdiri. Ia sudah siap menerima serangan dari dua serigala lainnya. Darah masih mengalir dari luka di tangannya. Luke bangkit tanpa rasa takut. Dua serigala itu menyerang bersamaan. Luke berhasil menghindar, gerakannya begitu cepat ia berhasil memegang salah satu kaki dua serigala itu, lalu berputar hingga mereka terpental jauh. Pohon-pohon kecil hancur menghantam tubuh besar dua serigala itu. Keadaan mereka sama seperti rekan yang pertama. Kedua serigala itu pun berubah menjadi manusia. Darah keluar dari mulut dua pria yang memakai ikat kepala merah. Tidak ada lambang pada ikat kepalanya. Itu berarti mereka adalah rouge bayaran. Wajah mereka sangat pucat membuat Luke curiga ada yang aneh. Terlebih warna kulit mereka putih pucat seperti orang yang sudah meninggal. Luke bersimpuh sembari memegangi tanganya yang terluka. Ia tidak memiliki kekuatan lagi untuk melawan dua serigala yang tersisa. Dengan luka menganga yang belum diobati membuat Luke menjadi lemah. Tangannya lemas, tidak bisa digerakkan. Sial, apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus lari? Cih, aku bukan pengecut, tapi mati di sini bukan sesuatu yang keren. Ayo Luke berpikirlah. Luke melirik dua serigala yang mendekatinya. Air liur mengalir dari taring tajam mereka. Luke memejamkan matanya. Bola mata itu berubah warna  menjadi biru membuat dua serigala itu memundurkan langkahnya. Seketika keduanya berubah menjadi manusia. “Aku akan mengingatmu. Urusan kita belum selesai.” Dua pria itu dengan cepat membawa tiga temannya yang terluka parah pergi. Luke memejamkan matanya. Napasnya terengah sembari menahan rasa sakit. Darah menetes dari jari telunjuknya. Wajah Luke pucat, ia harus mengobati luka itu sebelum kehabisan darah. “Terima kasih.” Suara lembut itu membuat Luke menoleh. Seekor serigala betina mendekatinya. Luke terdiam ketika serigala itu membuka mulutnya lebar-lebar, mengeluarkan gelembung berwarna hijau dari mulutnya. Gelembung itu mengarah pada luka Luke. Ketika gelembung itu pecah, percikan cairan yang mengenai luka seketika tertutup. Rasa sakit itu pun ikut menghilang. “Kau bisa menyembuhkanku?” Serigala betina itu hanya diam menatap Luke yang kini sudah sehat kembali. “Aku harus pergi.” “Tunggu!” Luke ingin melihat wujud asli gadis itu untuk yang terakhir kali. Mendengar suaranya membuat perasaan Luke tenang. “Kita belum berkenalan,” kata Luke. “Ah, tidak. Itu tidak penting. Di mana aku bisa bertemu denganmu lagi? Kita bisa menjadi teman.” Serigala betina itu tidak menjawab. Ia berjalan memutari tubuh Luke lalu berlari menjauh. Melompat ke atas batu besar lalu berbalik menatapnya. Bulu-bulunya tebal dan bersih membuat Luke yakin hidupnya berkecukupan di desa. “Aku akan menemuimu di festival. Kau harus datang ke tempat seorang peramal masa depan. Aku akan menunggumu di sana.” Dalam sekali lompat ia langsung menghilang dari pandangan Luke. Mata hitam itu mulai terpejam merasakan aroma yang ditinggalkan gadis itu. Luke menikmatinya sembari tersenyum tenang. Namun, bau harum itu perlahan berubah busuk membuat Luke membuka mata. Luke terjungkal saat melihat wajah Master yang begitu dekat. Bau busuk yang ia cium tadi berasal dari mulut sang Master yang terbuka lebar tepat di depan hidung Luke. “Master kenapa kau melakukan itu? Bau sekali.” Luke mengibaskan tangannya di depan wajah untuk menghalau bau busuk itu. “Salahmu sendiri tidak menyadari kedatanganku.” Master melompat ke atas batu besar lalu duduk bersila. Matanya terpejam, kedua tangan terlipat di depan d**a. Ia seperti petapa di gunung. Rambut putih yang semula terurai kini telah diikat rapi. “Ada yang ingin aku sampaikan padamu, Luke.” Mendengar ucapan sang master membuat Luke menaruh perhatian penuh.  Rambut putihnya berkilau tertimpa sinar matahari. Luke ingin bercerita tentang apa yang ia alami tadi, tapi melihat wajah Master lebih serius dari biasanya membuat Luke urung melakukan. Ia memutuskan menjadi pendengar yang baik. “Aku ingin kau menemui seseorang ketika aku pergi. Dia akan membantumu berlatih,” kata Master membuat Luke tidak paham. “Kenapa bukan dirimu yang melatih, Master?” Senyum tipis terlukis pada wajah tuanya. Keriput di wajah mulai terlihat sesuai usianya saat ini. Master menatap Luke lekat lalu menghela napas. “Dia lebih hebat dariku. Kau bisa belajar banyak padanya. Dia juga seorang peramal yang tahu bahaya yang akan terjadi padamu. “Apa yang kau maksud? Apa kau tidak mau melatihku lagi?” “Aku akan pergi dalam waktu yang lama. Belajarlah pada kakek tua bangka itu.” Luke mengernyit. Apa Master tidak menyadari bahwa dia pun termasuk kekek tua bangka. Luke tidak yakin ada orang yang lebih hebat dari Master. “Baiklah. Aku akan menuruti keinginanmu.” Master tersenyum senang. “Jika aku tidak kembali itu artinya kau harus belajar selamanya dengan kakek itu. Dia kakek tua mata keranjang yang lebih parah dariku.” Master tertawa membuat Luke mengepalkan tanganya. Ingin rasanya ia menyumpal bibir sang Master dengan rerumputan. Namun, ia merasa kenyamanan saat mendengar suara itu dan mungkin Luke akan merindukanya. Master akan pergi dan tak tahu kapan akan kembali. “Aku ingin setelah kau pulang nanti kita bisa bertarung adu kekuatan,” kata Luke membuat tawa Master mereda. “Aku tidak yakin pulang secepat itu.” Luke melihat senyum tipis di wajah tua sang Master. Ia mulai takut sesuatu akan terjadi pada pria itu. Angin bertiup lebih kencang mmebuat dedaunan berguguran. Entah mengapa Luke melihat sang master menjauh dari pandangannya.  "Tapi kau seorang assassin." "Tidak ada jaminan aku akan berhasil dalam setiap pertempuran. Apa kau takut aku mati?" Luke memalingkan wajahnya. Ia tidak suka mengakui hal itu. Master tersenyum melihat muridnya yang begitu peduli. Apa yang akan terjadi? Kenapa perasaanku tidak tenang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN