Part 13 : Latihan

1794 Kata
Pagi sekali Luke pergi ke markas. Embun yang menetes dari dedaunan tak membuat dirinya kedinginan. Ia ingin bertemu dengan Wisky segera dan memberitahu informasi tentang Festival itu. Mereka memang tidak memiliki ketertarikan pada acara itu, tapi kesempatan untuk pergi ke desa dan bersenang-senang sangat langka. “Wisky,” teriak Luke saat melihat temannya mengumpulkan ranting pohon di sekitar markas. “Kau datang pagi sekali, Luke,” ujar Wisky. Ia masih memungut ranting pohon yang berserakan. “Aku ingin memberitahu sesuatu padamu dan juga Husel serta Domino.” Wisky menghentikan kegiatannya lalu menatap Luke penuh tanda tanya. Luke mengikuti Wisky ke belakang markas untuk menyimpan ranting yang berhasil dikumpulkan. “Apakah sangat penting?” tanya Wisky. Saat ini mereka berdiri berhadapan. Wisky melepaskan sarung tangannya lalu meletakkannya di atas tumpukan ranting. “Hm… tidak terlalu penting, tapi tidak bisa diabaikan,” kata Luke. “Ini tentang festival Redmoon,” lanjut Luke membuat Wisky tertarik. “Baiklah ceritakan padaku.” Wisky terlihat tertarik dengan informasi yang Luke berikan. Ia mengatakan semua informasi yang ia ketahui tentang Festival pada Wisky. “Hmm… menarik. Aku juga ingin melihat pertandingan itu―mengusap dagunya― aku akan memberitahu Husel dan Domino,” ucap Wisky. Luke mengangguk. Awalnya Luke tidak tertarik untuk ikut, tapi setelah mendengar kisah seorang pria yang kuat dan belum terkalahkan di arena pertandingan membuat Luke ingin menontonnya. Sehebat apa pria itu sampai-sampai belum ada yang bisa mengalahkannya. “Kita bisa pergi bersama nanti.” Luke menatap langit yang semakin cerah. “Aku serahkan semua padamu. Aku harus pergi, sampai bertemu nanti sore,” ucap Luke lalu pergi meninggalkan Wisky. Tujuan Luke selanjutnya adalah tempat latihan. Ia ingin bertemu dengan Master Fuu yang akan melatihnya hari ini. “Kau datang lebih cepat dari biasanya,” ujar Fuu saat merasakan Luke berada di dekatnya. Napas Luke terengah setelah berlari cukup lama. “Master apakah gerhana bulan akan segera tiba?” tanya Luke membuat kedua sudut bibir Fuu tertarik membentuk senyum lurus. “Kau sudah mengetahuinya ternyata. Apa kau tertarik pada perayaan itu?” tanya Fuu. “Iya, aku dengar ada pria hebat yang belum terkalahkan di arena pertandingan.” Luke menatap Fuu dengan mata berbinar. “Master tolong ajari aku supaya bisa sehebat orang itu,” kata Luke. Fuu yang melihat semangat Luke tersenyum tipis sembari mengusap jenggotnya. “Baiklah, mulai hari ini sampai Festival itu tiba kau akan berlatih keras.” Luke mengepalkan tangannya penuh semangat. Ia tidak akan menyianyiakan waktunya lagi. Luke bahkan sudah siap jika Fuu memintanya untuk berlatih hingga malam. “Latihan kita hari ini adalah menahan beban. Fisikmu harus kuat Luke jika kau ingin sehebat mereka yang ada di arena,” jelas Fuu. “Tentu aku akan menjadi lebih hebat dari mereka.” Master Fuu benar-benar melatih Luke hari ini. Keringat terus bercucuran dari dahi. Pakaian atasnya sudah ditanggalkan, Luke berusaha menghindar dari serangan Fuu yang sangat cepat. Inikah kekuatan Fuu yang sebenarnya? Luke hampir tidak melihat pergerakan kakek itu dengan mata birunya. Sangat cepat seperti cahaya. Ada beberapa luka yang ia dapatkan. Sayangnya setiap serangan dari Luke berhasil Fuu hindari dan bahkan menangkisnya. Fuu berubah menjadi seekor serigala putih. Luke ikut berubah menjadi seekor serigala bermata biru. Mereka saling memamerkan gigi tajam masing-masing. Luke tidak ingin menyerang terlebih dahulu. Ia berusaha memikirkan cara untuk bisa membuat luka di tubuh gurunya. Itulah tantangan hari ini. Jika Luke berhasil melukai Fuu maka dialah pemenangnya. Luke sudah bersiap ketika Fuu mendekatinya. Dalam hitungan detik Fuu menerjang Luke hingga terjungkal ke tanah. Luke yang tidak ingin dikalah dengan sekuat tenaga mendorong tubuh Fuu hingga menyingkir dari atasnya. Luke berhasil, Fuu terlempar beberapa meter ke belakang. Kini giliran Luke yang menyerang. Saat kuku jari Luke hampir melukai Fuu dengan cepat kakek itu menghindar. Luke mengeram kesal lalu menyerang si kakek berubi-tubi. Lagi, Fuu dengan lihai menghindar setiap serangan. Luke terengah, matanya menatap tajam serigala di depannya. Fuu melompat menerjang tubuh Luke. Pergulatan terjadi, Luke yang ada di bawah berusaha untuk membalikkan keadaan. Ia berhasil kini giliran Luke yang berada di atas. Sayang, Fuu dengan cepat menggigit tangan Luke dengan taring tajamnya. Luke kembali dilumpuhkan. Ia sudah tidak berdaya melawan kekuatan Fuu yang diluar perkiraan. Luke pikir pria tua itu tidak sehebat Masternya, tapi ternyata melebihi. Perlahan Fuu berubah menjadi sosok kakek tua, begitu juga dengan Luke yang kembali ke wujud manusia. “Kemarilah, biar kuobati lukamu,” ujar Fuu. Luke sembari memegang lengannya yang berdarah segera menghampiri. Fuu memegang tangan Luke yang terluka. Butuh waktu yang cukup lama hingga luka itu menutup. “Apa kau bisa sihir?” tanya Luke. Fuu sering sekali mengobati lukanya tanpa bantuan media apa pun. “Iya, tidak banyak yang aku ketahui. Saat itu aku bertemu dengan seorang penyihir di sebuah pulau kecil tengah laut. Dia sangat baik menolongku yang saat itu terluka. Dia mengajariku bagaimana cara mengobati luka dengan sebuah mantra,” jelas Fuu. Luke sangat antusias, ia ingin seperti Fuu yang bisa mengobati luka. “Tolong beritahu aku mantranya,” kata Luke membuat Fuu tersenyum tipis. “Belum saatnya kau tahu. Lagi pula kau tidak memerlukannya,” jawab Fuu membuat Luke kebingungan. Bagaimana Fuu bisa mengatakan hal seperti itu? Tentu ia sangat membutuhkan untuk mengobati luka ketika bertarung. “Apa maksudmu?” tanya Luke. Fuu memegang pundak Luke cukup kuat. “Ada kekuatan besar yang tersembunyi di dalam tubuhmu. Kekuatan itu akan mendatangkan petaka, atau justru sebaliknya. Jika kau bisa mengendalikannya dengan baik maka kekuatan itu akan membantumu, tapi jika sebaliknya maka kekuatan itu akan menghancurkan dirimu dan orang-orang yang kau cintai.” Luke menatap tangannya dengan seksama. Kekuatan besar apa yang Fuu maksud. Luke masih ingat bagaimana ibunya mengatakan bahwa ia terlahir dengan tubuh lemah. Kedua orang tuanya sempat khawatir kalau Luke tidak akan selamat. “Kekuatan besar?” gumam Luke. “Tubuhmu harus siap menerima kekuatan besar itu jika waktunya sudah tiba.” Luke mendongkak menatap Master Fuu penuh kebingungan. Ia sendiri merasa tidak yakin dengan ucapan Fuu. Pria lemah seperti dirinya menyimpan kekuatan besar? Itu seperti mimpi. “Apa yang harus aku lakukan untuk mengendalikan kekuatan itu?” tanya Luke. “Berlatih kekuatan fisik. Seranganmu cukup baik, tetapi tubuhmu cepat lelah. Mulai besok kita akan berlatih fisik, persiapkan dirimu, Nak.” Luke mengangguk. “Tentu aku akan siap dengan latihan besok,” sahutnya penuh semangat. Fuu sangat senang mendengar semangat Luke membara seperti biasanya. Setelah latihan selesai, Luke bergegas menemui teman-temannya. Luke yakin mereka sedang berkumpul di markas atau bisa saja mereka sedang berburu rusa di sekitar. Asap mengepul dari belakang markas. Luke mempercepat larinya hingga sampai di asal asap itu. Ternyata ketiga temannya sedang memasak. Luke sedikit kaget melihat perabotan rumah tangga lebih banyak dari sebelumnya. “Luke, duduklah. Husel baru saja membuat sup untuk kita,” kata Wisky saat melihatnya datang. Luke duduk di samping Wisky sementara Husel dan Domino duduk di depan tungku yang terbuat dari tiga batu yang ukurannya sama. “Itu sup apa?” tanya Luke. Wisky yang ada di sampingnya pun memberikan Luke sepiring ulat pohon berwarna putih. Ukuranya besar membuat Luke sedikit ngeri. “Ini ulat pohon kelapa. Ulat ini boleh di makan, kau harus mencobanya,” jelas Wisky. Luke menelan ludahnya susah payah. Melihat bentuk ulatnya saja membuat Luke ngeri. Ia tidak akan mau mencobanya. Di saat seperti ini Luke teringat sup jamur buatan Megi yang terasa seperti tanah rebus. Luke rasa sup ulat ini lebih parah dari sup jamur. “Apa kalian sudah mempunyai keputusan tentang festival Redmoon?” tanya Luke. Ketiga temannya teringat akan percakapan mereka beberapa jam lalu.  Wisky merangkul pundak Luke. “Tentu kita akan pergi dan bersenang-senang bersama,” teriak Wisky dan disambut oleh Husel dan domino. Luke sangat senang. Ini akan menjadi pengalaman yang berkesan untuk mereka bertiga. Sup ulat kelapa sudah siap. Wisky memberikan semangkuk kecil yang berisi tiga daging pada Luke. Awalnya ia menolak, tapi melihat temannya makan dengan lahap membuat Luke memberanikan diri untuk memakanya. “Kami sudah memutuskan untuk tinggal di sini. Bagaimana dengan dirimu, Luke?” tanya Husel setelah meneguk habis kuah sop yang ada di mangkuknya. “Aku tidak bisa,” jawab Luke. Domino dan Wisky terlihat sangat menikmati makan malam mereka. Kini perhatian Domino tertuju pada Luke. “Tidak masalah, kau bisa datang ke markas kapan saja,” ucap Domino membuat Luke tersenyum tipis. Malam itu setelah makan mereka duduk di depan pintu masuk . Mereka berempat kompak menatap langit gelap melalui celah dedaunan pohon yang lebat. “Bolehkah aku bertanya alasan kalian tinggal di markas?” tanya Luke. Wisky memeluk lututnya untuk mengurangi rasa dingin. “Kami merasa sudah dewasa dan tinggal jauh dari keluarga tidak akan masalah,” jelas Domino yang sedang memejamkan mata seraya bersandar pada tembok yang terbuat dari batu bata. Luke tahu alasan teman-temannya pergi dari rumah hampir sama seperti Wisky. “Tinggal di hutan pun tidak masalah,” gumam Luke. Hutan memberikan mereka makanan yang cukup, tidak perlu khawatir perut mereka akan keroncongan. Domino mencoba untuk membuat api unggun dibantu oleh Wisky yang sejak tadi terlihat kesal karena Domino tak kunjung bisa. Api unggun menghangatkan tubuh mereka berempat. Sebentar lagi akan memasuki musim salju. Biasanya Megi akan membuatkan topi dan sarung tangan rajut yang baru untuk Luke. Luke menatap api unggun yang terus membesar saat Husel menambahkan ranting kecil. Ia tertegun teringat dengan Master yang entah berada di mana sekarang.   “Aku dengar festival ini menjadi pertarungan terakhir Senk. Sang legenda,” kata Domino membuat ketiga temannya menaruh perhatian. Domino menjelaskan bahwa Senk adalah orang kepercayaan Tuan Aidan yang berasal dari klan Beta. Selama ini belum ada yang melampaui kekuatannya ketika beradu di festival. Ini akan menjadi kesempatan emas bagi mereka untuk melihat kemampuan Senk. Tiga kali berturut-turut Senk memenangkan pertandingan. Rekor itu belum ada yang memecahkan. “Kita tidak boleh menyianyiakan kesempatan baik ini.” Domino bercerita dengan menggebu-gebu. Ia sepertinya tertarik dengan pertarungan seru sang legenda. Begitu juga dengan tiga temannya yang menjadi semangat setelah Domino bercerita. “Aku juga mendengar setelah Senk berhenti bertarung dari festival dia akan menjadi guru tuan muda Branstom,” lanjut Domino. Wisky menggeser duduknya mendekati Domino, begitu juga dengan Husel. Luke tetap berada di posisinya yang sudah nyaman dengan hangatnya api unggun. “Maksudmu Areez Branstom?” tanya Wisky. “Aku dengar dia pria yang tampan dan berbakat. Apa dia akan pergi ke festival?” Husel ikut menimpali. “Aku dengar seperti itu, tapi ada area khusus bangsawan yang tidak boleh sembarang orang masuki. Kau tahu sangat mustahil bagi kita bertemu dengannya,” jelas Domino membuat Wisky dan Husel mendesah lemas. “Areez Branstom, anak dari Tuan Aidan Branstom. Mereka bangsawan kelas atas mana mungkin mau berbaur dengan rakyat bisa seperti kami,” gumam Luke. Juah di lubuk hati Luke, ia ingin berteu dengan Areez Branstom. Walau hanya sekali itu sudah cukup. Luke menatap teman-temannya yang sedang menatap langit gelap.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN