“aku antar”, Rangki bangkit ingin mendekat.
“Tidak”,,,, aku tau jalan pulang. Ucap Nata tegas, lalu bergegas keluar ruangan.
Rangki dengan cepat mengambil salah satu sweaternya yang ada dalam lemari lalu berusaha mengejar Nata yang memang berjalan sangat pelan, karena ada yang dirasa disana.
“aku antar” tidak bisa dibantah, ucap Rangki. Berusaha bertangung jawab, setidaknya memastikan gadis ini sampai kerumahnya. lalu pakai ini, sambil meberi satu sweater yang kebesaran untuk ukuran Nata.
“Tidak ,,, Tidak,, Tidak,,,Tolaknya” sambil berteriak, Nata pun tidak ingin satu mobil dengan bajing*n itu, tentu dia sangat tidak mau melihatnya lagi.
Ok, baik lah, Rangki menyerah melihat penolakan begitu keras, tidak ingin gadis ini tertekan dengan memaksa mengantarnya.
Setidaknya ambil ini, pakai baju ini, tidak mungkin kamu pulang dengan baju itu, menunjukan dadanya yang menonjol tanpa bra, yang sedari tadi dihindari Rangki.
Nata dengan kesel berteriak, jangan lihat, bajig*an sepertimu tidak perlu mengingatkan ku, lalu baju itu ditarik paksa oleh Nata kedalam gengaman nya lalu segera memakainya.
“aku sudah menikmatinya, sudah tau ukuranya” ucap Rangki dengan genit mengoda Nata. Kau.. kau memang b******n piskopat laknat, caci Nata lalu berjalan dengan cepat keluar dari kantor CEO Rangki.
Berbicara genit memang sudah jadi kebiasaan Rangki, dia tipe pria pengoda, namun tidak disangka akan mendapatkan cacian dari Nata. Ya memang dia pantas mendapatkan nya, bahkan lebih bukan sekedar caci maki saja, harunya Nata memberinya beberapa pukulan.
Nata berjalan pelan, keluar dari kantor, masih merasakan ngilu, diseretnya kakinya dilorong koridor, lalu dia berpapasn denga sosok lelaki tinggi, berpakaian rapi. Nata tidak peduli dengan sapaan orang itu dia hanya fokus berjalan pelan.
Ray yang sapaanya dicuekin, ini pertama baginya, biasanya jika dia menyapa para gadis akan tersenyum minimal mebalas sapaanya. Namun kali ini tidak. Membuatnya penasaran, siapa gadis ini yang tidak pernah dilihatnya sebelumnya, dan membuatnya penasaran karena keluar dari kantor CEO Rangki.
Ray bergegas mempercepat langkahnya, tanpa mengetuk langsung masuk. Niat hati ingin bertanya, gadis cantik yang barusan keluar dari ruangan ini. namun belum juga satu kata keluar dari mulutnya, sudah di perintahkan dengan cepat oleh Rangki. “ Ray kamu bertemu dengan gadis yang keluar dari sini? Ia aku ketemu di koridor.
“segera kejar dia, dan ikuti dia laporkan pada ku apa yang dilakukanya, tidak boleh melewatkan apapu . itu perintah. Ikuti dia tanpa sepengetahuanya. Ucap Rangki tegas.
Ray langsung bergegas berlari setelah menerima perintah, mencepat langkah berusaha mengejar Nata, agar satu lift denganya, agar jejaknya tidak tertinggal.
Benar saja, Ray melihat Nata masih berjalan dengan pelan sambil memegang bagian bawah perutnya, tanganya menyentuh dinding koridor. Dengan cepat disamperi gadis itu.
maaf ada yang bisa aku bantu tanya Ray, aku melihat mu kesakitan ucap Ray dengan serius.
“Terima kasih”, aku tidak apa-apa hanya sedikit nyeri.
Ray melihat nata sangat pucat, kulitnya yang puti makin terlihat puti, seperti tidak ada darah dalam tubuhnya., dilihat sekilas pegelangan gadis ini terluka, apakah dia barusaja berusaha melakuakn bunuh diri.
Ray, di tolak, dan diapun tidak ingin memaksa. Lalu bergegak dengan berjalan lebih cepat seakan-akan tidak peduli dengan gadis itu.
Saat berada tepat di depan lift, dia tidak langsung menekan tombol lift, dia berniat menunggu Nata, ketika nata terlihat mulai mendeka, pintu lift di tekan, selang beberapa saat kemudian pintu lift mulai terbuka, lalu Ray bergegas masuk, ketika berbalik badan Ray dapat melihat nata ingin mengerjar pintu lift yang terbuka, lalu dengan inisiatifnya Ray menekan tombol lift untuk membiarkan pintu terbuka lebih lama.
Nata mempercepat langkahnya, walau terasa nyeri dia tetap menahan langkahnya dan berjalan masuk kedalam lift.
Kelantai berapa? Tanya Ray. “Satu” jawab Nata
Lift terus bergerak turun, lalu Nata mencoba mencari hp, dan ternyata Hp dan tasnya tertinggal di ruang kantor CEO, ketika ingin keluar dengan cepat melupakan hal penting.
“Astaga” kenapa aku bisa melupakan nya. Semua identitasnya dan juga HP nya ada didalam tas. Wajahnya memprlihatkan kepanika, ingin kembali takut, dan itu tidak mungkin, lalu murung dan diam.
Ray,, mencoba membuka suara, setelah memperhatikan wajah gadis ini murung.
Kenapa? Tanya Ray sok akrab, “tidak kenapa-napa”. Ucap Nata yang memang tidak ingin berbagi dengan orang yang tidak ia kenal.
Lift bergerak, 4…3…2…1, ting, pintu lift terbuka, Ray sengaja keluar lebih cepat, seaakan-akan tidak peduli..
Ray sangat tau jika wanita ingin ditolong mereka akan meminta bantuan. Jika sok akrab malah wanita akan menghindar.
Tanpa permisi Ray keluar, memperlambat langkah nya menuju ke Lobby gedung ini lalu menunggu disana sambil bermain HP.
Nata masih dengan kondisi lemas berjalan menyereti tubuhnya perlahan-lahan, otaknya berpikir keras, bagaimana bisa mendapatkan ojek online kekosanya, atau bagaimana harus membayar, saat ini tidak punya apa-apa dan disini tidak kenal siapa-siapa. kembali keatas mustahil.
Sesaat kemudian sampai dilobi gedung ini, tidak menghiraukan terus melangkah keluar, lalu Nata kembali ketemu dengan pria yang ada di lift tadi. Dengan sedikit ragu Nata menyapa.
“Permisi Pak, bisa bantu saya”, ucap Nata. Lalu melanjutkan kalimatnya, saya butuh ojek online, namun HP dan dompet saya kecopetan, saya tidak punya uang untuk pulang. Kalimat lengkap keluar dari mulut Nata.
Tanpa ragu Ray menjawab bisa, ya memang ini yang ditunggu-tunggu, biar saya yang mengantarkan adik, kebetulan saya ingin keluar dan lagi tidak sibuk, tipu Ray dengan mulus, berharap tidak susah-susah membututinya.
Tidak, Nata dengan tegas menolak. Saya bisa pakai ojol sekitar 17 rb sudah sampai dirumah saya, terima kasih jika mau membantu.
Baiklah jika itu mau kamu dik, saya punya aplikasinya, kamu mau kemana?
Lalu Nata menyebutkan alamat dengan cepat, kejalan mangga, lorong B2. Lalu Ray mengetik dengan cepat. “sudah, kita tunggu ojolnya segera kesini.
“Saya akan membayar anda kembali”, tidak perlu hanya 17 rb ucap Ray merasa bukan hal yang besar.
Terima kasih pak.
Panggil saya Ray, ini kartu nama saya, Ray menyodorkan kartu nama nya yang tidak ada hubunganya dengan restoran tempat Nata bekerja. , jika kamu butuh bantuan bisa hubungi saya.
Nata dengan sopan mengambil kartu nama itu lalu dimasukan kedalam kantong Sweater yang digunkan, Ray melihat sekilas, ini Sweater bermerek sudah pasti milik tuanya.
Kali ini aku tinggalkan setengah hari apa yang dilakukan tuanya, Ray mulai penasaran karena dia tanpa tau apa-apa harus memantau seorang gadis.
Tidak lama kemudian ojol sudah sampai, lalu Ray memberi tahu Nata, dan Nata pun berpamitan tanpa memberitahu namanya.
Diruang CEO, Rangki dengan gelisah menunggu kabar dari Ray, detik berikunya matanya tertuju pada tas. Sudah pasti ini tas Permata Nata. Rangki mendekati tas tersebut, lalu membuka isinya, terdapa HP, dompet dan juga buku catatan kecil berisi beberapa resep makanan.
Lalu bergegas keluar, mimilih turun mengejar, dengan alasan mau memberikan tas ini. sesaat kemudia sudah tiba di lobby dan yang ditemui hanya Ray. “kamu disini? Bukanya kamu aku minta memata-matai gadis yang tadi. Apakah tidak ketemu tanya Rangki dengan emosional.
Tenang bos, semua sudah saya atasi, saya sudah menemukan alamatnya, dan dia akan aman karena ojol sudah mengantarnya, sambil menujukan riwayat perjalanan, dan Ray bisa tracking melalui hp.
“cerdas” kirimkan alamat nya padaku kata itu keluar dari mulut Rangki.
Lalu Rangki membalik badanya dan begegas menuju lift, kembali menuju kantornya.
Awalnya Rangki memilih untuk tidak menghubungi gadis itu lagi, namun perasaan bersalah terus menghantuinya, perasaan tidak tenang terus dirasakanya. Sehingga ia perlu melakukan sesuatu.
Setelah mendapatkan alamat Nata, Rangki segera mengutus seseorang untuk mencari kamar tepat didepan kosan gadis tersebut. hatinya tidak bisa tenag jika pengamatan dilakukan orang lain, menunggu membuatnya tersiksa.
***
Sekitar 45 menit melewati terik nya panas siang hari kota C dan bermacet-macet di beberapa persimpangan jalan, tiba lah Nata di depan gang. Nata segera turun, tidak lupa mengucapkan terima kasih. Dalam perjalanan nata tidak memperlihatkan kesedihan, selain kesakitan yang terlihat jelas diwajahnya yang pucat, tidak ada kesedihan maupun tangisan.
Nata berjalan menyusuri lorong, jalan setapak, tidak begitu jauh sampai di kos-kosan yang disewanya. Tidak menyapa siapun yang ada di koridor kos. Saat ingin membuka pintu, baru sadar kalau kunci kamarnya tertinggal. “astaga” gumamnya, merasa kesel sama diri sendiri.
Lalu kembali turun kelantai satu, mencari rumah ibu kos. Tok.. Tok..Tok.. mengetuk pintu Rumah ibu kos, Assalammualaikum ibu.
Waalaikum salam, terdengar suara di dalam rumah menjawab salam. Sambil membuka pintu, oh nak Nata, ada apa?
Ibukos sedang kedatangan tamu rupanya, maaf ucap Nata ketika mengetahui ada orang sedang bertamu.
Ibu kos tersenyum, hanya orang yang ingin menyewa kontrakan jelanya.
Lalu Nata menyampaikan tujuanya, “ibu, saya kehilangan kunci Kos, bisakah ibu pinjamkan kunci cadangan, untuk kemudian saya buatkan duplikatnya kembali.
Bisa lah, tenang saja nak Nata, saya akan mengambil. Lalu ibu kos kebelakang mencari kunci cadangan dan segera kembali dengan mebawa satu kunci cadangan dengan gantungan konci love berwarna pink tergantung disana.
Ini kuncinya, nak Nata ucap ibu kos sangat lembut.
Lalu Nata segera berpamitan.
Ibu kos memperhatikan cara jalan Nata, dan wajahnya yang sangat pucat. Lalu sedikit berteriak karena ketika dia sadar Nata sudah lumayan jauh. Kamu habis Jatuh Nata? Tanya ibu Kos.
lalu nata berbalik, tidak punya alasan lalu segera menjawab, ia ibu, saya habis ketemu Anjing gila. Lalu tersenyum pahit.
Ya Allah nak, harunya kamu lebih hati-hati, ya sudah istirahat, kalau butuh apa-apa hubungi saja ibu, atau Karyo putra ibu bisa membantu kamu jika kamu butuh bantuan.
Terima kasih ibu, ibu dan Mas Karyo selalu baik pada saya. Saya pamit dulu bu, Assalammualaikum. Nata segera mengakhiri kalimatnya agar bisa bergegas kekamarnya.
Ibu kos (bu karti), kembali menyapa tamu yang berniat akan menyewa kosanya. Itu tadi teman depan kos kamu, ucap bu Karti. Kasian sekali katanya jatuh hanis di kejar Anjing gila, terlihat sangat pucat, pasti dia sangat syok, jelas bu Karti panjang.
Tamu tadi Cuma be o,oo, saja lalu melanjutkan kalimatnya, yang akan tinggal disini bukan saya bu, namun sepupu saya Sanhan, ucap lelaki itu, saya hanya membantu mencari kos untuknya, mungkin dia akan pindah tengah malam nanti ucap lelaki itu (lelaki yang diminta mencari kosan oleh Rangki).
Oh bukan nak Arya yang akan tinggal ucap bu Karti. Bukan bu, saya hanya di minta membantu. Nanti kunci nya saya serahkan pada sepupu saya, akan saya minta menyapa besok pagi, sekaran dia sibu ucap Arya berpura-pura sebagai sepupu, nyatanya hanya teman Rangki yang selalu siap membantu apapu yang Rangki perintahkan. Kalau begitu saya pamit ibu, ada urusan yang harus saya urus ucap Arya pamit.
Nata sudah dikamar, saat dikamar dia langsung terjatuh lemas, melewati hari yang begitu berat, segera kekamar mandi lalu dinyalakanya kran dan terus menguyurkan air ketubuhnya, mengosok semua bagian sampai kulitnya memerah dan mulai merasakan sakit. Lalu menangis tanpa suara, sangat ketakutan, takut ketahuan tetangga, takut mengungkapkan pelecehan ini, dan dia tidak punya teman tempatnya bercerita. Nata sekarang benar-benar sendiri, menderita sendiri.
Menyudahi mandinya lalu melilit tubuhnya dengan handuk, tanpa mengeringkan tubuhnya, masih dengan rambut yang basah, haduk yang terlilit dibadanya lalu Nata telungkup dikasur dengan lemas, menangis sejadi-jadinya, walau tanpa suara.
Menangis sampai dia taksadarkan diri, mengeluarkan semua emosi yang sudah ditahan. Tidak ada yang dipikirkanya.
***
Dikantor Rangki menerima pesan berisi “Gadis yang seberang kamar dengan mu mengaku di kejar anjing gila, dia cukup cantik” tulis Arya.